Wednesday 19 November 2014

ISLAM DI SISILIA (ITALIA)

A.    Latar Belakang
Tidak sampai dua abad dari kalahiran Islam, panji Islam telah berkibar diantara pegunungan Pyrenia dan Himalaya, antaran padang pasir ditengah Asia sampai kepadang pasir didua benua Afrika. Hasil gemilang ini bersumber dari beberapa factor antara lain watak orang-orang Arab sendiri, hakekat ajaran Nabi Muhammad saw., dan keadaan umum di timur pada saat lahirnya Islam.
Sebahagian ahli sejarah menyatakan bahwa Islam menyebar kesaantero jagat raya karena akibat dari ekspansi besar-besaran dan berkelanjutan yang digulirkan sejak zaman khalifah Umar Bin Khattab.[1] Kegiatan ekspansi ini terus berlanjut sampai pada masa dinasti bani Umayyah dan Abbasiah yang terus memperluas wilayah kekuasaan, khususnya pada masa dinasti Umayyah yang mempunyai ambisi untuk memantapkan dirinya menjadi sebuah negara adikuasa dengan menguasai jalur-jalur perdagangan strategis di Eropa, Asia, Afrika dan sekitarnya seperti Afrika Utara, Andalusia dan sebagainya. [2]
Beberapa daerah yang dikuasai oleh Dinasti Uamyyah tersebut, merupakan daerah pusat-pusat kebudayaan. Demikian juga dengan di daerah-daerah sebelah Barat yang dikuasai oleh Islam seperti Spanyol dan Sisilia mengalami perkembangan yang amat pesat. Bahkan Sisilia juga dikanal sebagai daerah yang berada dikawasan laut Adriatik yang selama kurang lebih 350 tahun mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan merupaan salah satu pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan  Islam yang sudah maju pada saat itu.
A.    Masuknya Islam di Sisilia
Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengan, letaknya berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Pulau ini bentuknya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah kawasan laut Mediterranian, sebelah utara berbatasan dengan laut Tyrhenian dan sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian.[3] Pulau Sisilia bergunung gunung dan sangat indah, iklimnya yang baik, tanahnya subur, dan penuh dengan kekayaan alamnya.[4] Pulau ini di bagi menjadi tiga bagian: Val di Mazara di sebelah barat, Val di Noto di sebelah tenggara dan Val Demone di bagian timur laut. Islam hanya menjadi agama resmi di Val di Mazara sedangkan di bagian yang lainnya mayoritas beragama kristen.[5]
Sebelum dikuasai Islam, Penguasaan pulau ini berpindah-pindah dalam beberapa abad mulai dari Yunani, Cartage, Romawi, Vandals, dan Byzantium, kemudian dikuasai oleh kaum Muslimin.[6] Usaha untuk menjadikan Sisilia sebagai wilayah Islam telah dimulai sejak Khalifah Usman bin Affan dengan mengirim gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 652 M. Pada waktu Muawiyah menjadi khalifah, ia juga menyerang pulau Sisilia pada tahun 667 M. Pada zaman Abd Malik dan Al-Walid bin Abd Malik juga dilakukan serangan. Gubernur Afrika Utara Musa bin Nuhair setelah berhasil menguasai Andalusia juga menyerang Sisilia di bawah pimpinan anaknya Abdullah.[7]
Islam eksis di Sisilia pada tahun 827 M, ketika salah seorang khalifah Dinasti Aglab[8] yakni Ziyadatullah I[9] memulai proyek besar mencari kawasan baru untuk dijadikan tujuan ekspansi/perluasan wilayah Islam.
Penaklukan atas Sisilia sebenarnya dilatar belakangi oleh adanya konplik intern penguasa Romawi, Kaisar Romawi memerintahkan gubernur Sicilia, Constantin untuk menangkap Euphenius seorang komandan tentara Bizantium di Sicilia. Perintah penangkapan tersebut disambut oleh pasukan Euphenius, pertempuran tak terelakkan ketika terdesak, Euphenius minta bantuan kepada Ziyadatullah dan menawarkan kekuasaan atas Sicilia, tawaran itu diterima oleh Ziyadatullah.
Pada tahun 827 (212 H), Ziyadatullah memerintahkan orang kepercayaannya Asad bin Al Furat untuk melaksanakan penyerbuan. Ekspedisi yang berlangsung dua tahun dan memakan korban. Dua komandan tersebut, mampu menguasai dan kota Massara dan Alineo di Timur. Pada tahun 831 (216 H) Palermo pun dapat dikuasai. Sehingga pasukan Aglabi terus dapat mengokohkan kedudukannya di Sicilia, terutama bagian barat (Val di Massara), tetapi ibukotanya sendiri. Castrogiovanni (dulunya Syiracuse) baru dapat diduduki pada tahun 859 M (245 H). Kegembiraan pasukan Aghlab ini, juga ditandai dengan pengiriman rampasan perang kepada khalifah di Baghdad, al Mutawakkil (w. 861 M/247 H). Pada tahun 902 M/289 H) pulau Sisilia berhasil secara penuh dikuasai.[10]
Selanjutnya Sisilia berada di bawah pemerintahan muslim dengan  Palerno sebagai ibukotanya. Sisilia berada di bawah kekuasan Islam oleh pemerintahan Aghlabiyah dan kemudian di bawah gubernur-gubernur Fatimiah sampai penaklukan oleh orang-orang Norman pada abad ke Sebelas.
Gubernur-gubernur Fatimiah sendiri, sangat terterik khususnya untuk menguasai Sisilia karena alasan politik dan ekonomi. Mereka ingin mendirikan negara besar laut tengah dan merencanakan untuk membuat Sisilia sebagai pangkalan angkatan bersenjata (laut), agar supaya bias menagkis serangan-serangan Bizantium di pantai–pantai Afrika dan berhasil mewujudkan ambisi-ambisi mereka di Afrika utara dan Mesir. Dari sudut pandang ekonomi, mereka berpendapat bahwa Sisilia adalah merupakan daerah produktif yang akan membekali/memakmurkan mereka.[11]
Selama berada di bawah pemerintahan Islam, disitulah  Sisilia mencapai beberapa kemajuan dan menjadi pusat penting bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa Kristen.[12]
B.     Masa Kemajuan Islam di Sisilia
Selama berkuasa di Sisilia Islam mencapai beberapa kemajuan antara lain, kemajuan dalam bidang sains, sebuah universitas telah didirikan di Palermo. Yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, sehingga Islamisasi sains yang telah ditaklukkan telah memberikan warna terhadap kultur masyarakat Sisilia dan sekitarnya. Sisilia berperan sebagai tempat penting dalam menghubungkan Eropa dengan dunia Islam. Di samping Andalusia (Spanyol) Sisilia juga berfungsi untuk memperkenalkan budaya dan kehidupan spritual Islam kepada Eropa. Walau Sisilia sendiri tidak menghasilkan pemikir dan lembaga spektakuler, akan tetapi keberadaan literatur dan tradisi keilmuan yang di bawa dari dunia Islam lainnya, telah  memungkinkan para ulama dan cendekiawan Sisilia menyalurkan hal-hal baru kepada kolega mereka dari daratan Eropa. Penerjemahan karya-karya penting baik filsafat, kedokteran, sufisme, matematika, optik atau astronomi kedalam bahasa-bahasa Eropa banyak dilakukan lewat Sicilia.[13] Karya-karya Islam termasuk terjemahannya menjalin Eropa melalui pintu gerbang Sicilia.
Karya-karya tersebut sudah barang tentu berguna bagi sejarah perkembangan peradaban umat manusia[14] bahkan terjemahannya dilakukan terhadap karya Yahya Ibnu Rusyd kedalam bahasa Latin dan bahasa Nebraw (Yahudi). Buku-buku Ibnu Rusyd yang berbahasa Arab diangkut ke Universitas Teledo dan Palermo yang pada waktu itu menjadi pusat penerjemahan. Karena itu, tidaklah mengherankan pada waktu pembakaran buku-buku Ibnu Rusyd, yang musnah adalah dalam bahasa aslinya (bahasa Arab) karena dalam waktu yang relatif singkat di beberapa tempat di Eropa, muncul karya-karya Ibnu Rusyd dalam bahasa Latin (Yahudi).[15]
Jika dicermati lebih jauh, penulis berasumsi bahwa tranfer khasanah intelektual Islam ini, merupakan penopang utama lahirnya renaissance di Italia dan Eropa. Pemikiran-pemikiran ulama Islam terdahulu, utamanya Ibnu Rusyd merupakan kontribusi Islam terhadap kebangkitan Eropa. Pulau Sisilia merupakan tempat terjemahan buku-buku Islam telah memberikan sumbangsih yang cukup penting dalam kebangkitan tersebut.
Dalam bidang terjemah muncul nama Rahib Jiral Salfalter yang menerjemah dari bahasa Arab ke bahasa latin, Musa ibn Maimuna (1191 M) seorang reformis Yahudi. Penerjemah lainnya adalah Michead Scot (1230 M), Yacob Abrawi, seorang Yahudi (1232 M) Herwan (1256 M).[16]
Selain kemajuan dalam bidang sains, penguasa Islam di Sisilia telah berhasil menghapus secara total pajak hewan yang digunakan untuk mengangkut barang atau membajak sawah, sebelum Islam berkuasa di Sisilia yakni pada saat Sisilia berada di bawah kekuasaan Bizantium pajak terhadap hewan sangat tinggi.[17] Selain itu Islam di Sisilia juga telah berhasil membuat mata uang sendiri dengan mencantumkan nama gubernur Sisilia dan Amir Bani Aghlab. Di bidang pertanian telah dibangun irigasi yang bermanfaat bagi peningkatan hasil pertanian sehingga  hasil pribumi seperti kapas, tebu, buah apel, dan lain-lain mencapai hasil yang  maksimal. Di bidang pertambangan, emas, perak, timah hitam, air raksa yang melimpah-limpah dikelola dengan sangat baik oleh penguasa Fatimiah.[18]
Dengan memperhatikan sederet kemajuan yang dicapai, penulis dapat mengatakan bahwa siapapun tidak dapat menafikan peranan pulau yang kecil ini, dalam mengkontribusikan kehidupan Eropa, letak geografisnya yang sangat strategis dan sumber alam yang diperbaharui, merupakan faktor utama yang sangat membantu gubernur-gubernur Islam yang pernah berkuasa/menduduki daerah tersebut, dalam rangka memajukan Islam baik dari segi intelektualitas maupun dari segi peradaban.

C.    Masa Kemunduran dan Kehancuran Islam di Sisilia
Setelah melalui masa-masa jaya, kekuasaan Islam di Sisilia nampak lemah, mundur dan berakhir dengan kejatuhannya. Mundurnya kekuasaan tersebut antara lain disebabkan karena situasi politik umat Islam yang sangat dapat dipengaruhi sehingga terjadi perpecahan internal, terjadi persaingan dan pertentangan antara dinasti-dinasti, tenggelamnya sebahagian penguasa Islam dalam kehidupan mewah sehingga lupa pada tugas utamanya untuk mengurus negara, terjadinya hubungan khsusus antara penguasa Islam tertentu dengan penguasa Kristen untuk menjatuhkan saingannya sesama muslim, dan menguatnya kembali kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang didukung oleh seruan dan semangat perang salib, khususnya perang salib angkata kedua dan ketiga. [19]
Kehancuran Islam di Sisilia bermula atas pergamtian kekukasaan dari dinasti Aghlabiyah ke dinasti Fatimiyah, kemudian pusat pemerintahan dinasti Fatimiyah pindah ke daerah Mesir pada tahun 972 M, dengan demikian kontril pemerintahan menjadui lemah. Dalam lembaga-lembaga pemerintahan dengan diam-diam menjadi warisan merut garis al-Hasan Ali al-Kalbi. Warisan-warisan gubernur al-Kalbi yang berlangsung sampai pada tahun 1040 memberi tandan hilangnya pengaruh dan kekuatan muslim di Sisilia.[20]
Dengan kejatuhan al-Kalbi menyebabkan timbulnya perang saudara antara muslim Sisilia dengan muslim Afrika, Palermo diperintah oleh orang-orang yang terhormat, sementara sebahagian yang lain diperintah oleh pangeran-pangeran local orang-orang Norman yang berhasil menduduki Italia Selatan.[21]
Satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kemunduran dan bahkan mengantarkan kekuasaan Islam di Sisilia mengalami kehancuran adalah upaya penguasa Kristen Romawi untuk mengembalikan Sisilia kepangkuannya. Usaha itu semakin mendapat peluang dengan munculnya penguasa-penguasa daerah lokoal yang bersekongkol dengan Romawi, seperti Ibn al-Sammah, untuk memenuhi ambisinya ia meminta bantuan kepada orang-orang Normandia. Begitu pula dengan Ibn Hamud yang menyatakan kesetiaannya kepada Roger (penguasa Normandia saat itu), maka satu demi satu daerah kakuasaan Islam jatuh ketangan penguasa Kristan yaitu Normandia dan Roger I.[22]
Kesimpulan
Menyimak beberapa uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1.      Islam masuk di Sisilia pada masa pemerintahan Aghlabiyah melalui dengan selat Cartago.
2.      Kemajuan dunia barat (Eropa) tidak terlepas dari peranan pulau Sisilia, yang merupakan sarana yang paling penting dalam mentransfer khasanah ilmu pengetahuan dan kehidupan spritual umat Islam. Selain dalam bidang sains, pertanian, pertambangan turut mengalami kemajuan di bawah pemerintahan Islam.
3.      Kemunduran  dan kehancuran Sisilia disebabkan adanya ketidakpuasan orang-orang Sisilia terhadap gubernur yang dikirim oleh penguasa Fatimah ke Sisilia sebagai reaksi ketidak puasan ini, mengakibatkan umat Islam di Sisilia tidak solid dan loyal terhadap pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA


Ali, K., Studi Of Islamic History, diterjemahkan oleh Gufron A. Mas’adi dengan judul Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasty Usmani (Tarikh Pramodern ), Cet. III; Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada, 2000.

Bosworth, E., The Islamic Dynasties, diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul Dinasti-dinasti Islam, Cet. I; Bandung: Mizan, 1993.

Hammond, Headline World Atlas, New Jersey: Hammond Incorporated Maplewood, 1969.

Hasan, Hasan Ibrahim, Islam History and Culture, diterjemahkan oleh Jahdan Hilman  dengan judul Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.

http: //alwialatas.multiply.com/journal/item/29/sisilia-dua-abad-keemasan-di-bawah-islam-bagian-1. Diakses pada tanggal 20 – 09 – 2010

Lewis, Bernard, The Arabs in History, diterjemahkan oleh Said Jamhensi dengan judul, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988.

Nasution, Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Cet. V; Jakarta: UI-Press, 1985.

Nasution, Hasyim Syah, Filsafat Islam, Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.

Sunanto, Musyrifah, Prof. Dr., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003.

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992.

Uwais, Abd. Halim, Dirasah li Suquth Tsalasin Daulah Islamiyah, yang diterjemahkan oleh Yudian Wahyudi dkk dengan judul, Analisa Runtuhnya Daulah-daulah Islamiyah, Solo: Pustaka Manthiq, 1992.

Yahaya, Mahayudin Hj., Islam di Spanyol dan Sicily, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990.





[1] Michael H. Hart, The 100 a Ranking of Most Influencing power in History, yang diterjemahkan oleh Makbuk Djunaedi dengan judul, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Pustaka Jaya: Jakarta, 1991), h. 266.
[2] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Cet. I; UI-Press: Jakarta, 1985), h. 61-62.
[3] Hammond, Headline World Atlas, (New Jersey: Hammond Incorporated Maplewood, 1969), h. 36.
[4] Dari Sisilia, Italia mengeksport buah jeruk, jagung, jewawut, zaitun, buah badam, anggur, kapas dan menghasilkan minyak bumi terbesar di Eropa, menghasilkan dua per tiga kebutuhan Italia atas blerang, aspal, garam karang, garam laut, dan batu apung Italia. Lihat Grolier Internasional Inc, (ed), Itali, Negara dan Bangsa Eropa, Jilid 6 (Jakarta, 1988), h. 158.
[5] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), h. 160.
[6] http: //alwialatas.multiply.com/journal/item/29/sisilia-dua-abad-keemasan-di-bawah-islam-bagian-1. Diakses pada tanggal 20 – 09 – 2010
[7] Mahayudin Hj Yahaya, Islam di Spanyol dan Sicily, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990), h. 17.
[8] Dinasti Aglab (800–909) adalah dinasti yang didirikan oleh Ibrahim I Ibnu Aglab pada tahun 184 H. Ibrahim diberi propinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun Al-Rasyid sebagai imbalan atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar pemberian ini meliputi hak-hak otonomi yang besar, membuatnya telah bebas menentukan nasib pemerintahannya, terutama perluasan daerah Sicilia.
[9] Ziyadatullah I (201 M/817 H)  adalah seorang khalifah Aglabiyah yang sangat cakap dan energik.
[10] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 448.
[11] Hasan Ibrahim Hasan, Islam History and Culture, diterjemahkan oleh Jahdan Hilman  dengan judul Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), h. 232.
[12] E. Bosworth, The Islamic Dynasties, diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul Dinasti-dinasti Islam, (Cet. I; Bandung: Mizan, 1993), h. 46.
[13] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah op.cit., h. 499. Bandingkan dengan Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya (Cet. V; Jakarta: UI-Press, 1985), h. 74.
[14] K. Ali IA Studi Of Islamic History, diterjemahkan oleh Gufron A. Mas’adi dengan judul Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasty Usmani (Tarikh Pramodern ), (Cet. III; Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada, 2000), h. 296.
[15] Hasyim Syah Nasution, Filsafat Islam (Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 126.
[16] Hasym Syah Nasution, op.cit.,  h. 127.
[17] Mahyuddin H. Yahya, Islam di Spanyol dan Sisilia (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990), h. 164.
[18] Hasan Ibrahim Hasan, op.cit., h. 232.
[19] Pasukan salib angkatan keempat terbentuk atas seruan Paus Calestine III, dua tahun setelah Sultan Salahuddin al-Ayyubi wafat. Lihat K. Ali, h. 429.
[20] Bernard Lewis, The Arabs in History, diterjemahkan oleh Said Jamhensi dengan judul, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988), h. 120.
[21] Ibid.,
[22] Abd. Halim ‘Uwais, Dirasah li Suquth Tsalasin Daulah Islamiyah, yang diterjemahkan oleh Yudian Wahyudi dkk dengan judul, Analisa Runtuhnya Daulah-daulah Islamiyah, (Solo: Pustaka Manthiq, 1992), h. 128-129.

0 komentar:

HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html