Friday 16 January 2015

PENDIDIKAN ISLAM DI NUSANTARA

Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan, karena dapat membantu manusia dalam mencapai kemajuan. Pendidikan yang tepat telah mendorong Islam mencapai kejayaannya pada masa klasik, begitu pula pendidikan yang kurang tepat membawa kemunduran Islam pada masa belakangan. Karena itu, jika umat Islam ingin maju, pendidikannya mestilah dibenahi. Dan pembenahan ini hanya dapat dilakukan manakala umat Islam memahami sejarah pendidikannya sendiri.

Oleh karena itu, berbicara tentang Pendidikan Islam di Nusantara tidak dapat dipisahkan dari sejarah penyebaran dan perkembangan umat Islam di bumi nusantara. Islam masuk ke Indonesia pada abad VII M. dan berkembang pesat sejak abad VIII M dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, maka pendidikan Islam juga mengalami perkembangan seiring dengan dinamika perkembangan Islam. Di mana saja di Nusantara ini terdapat komunitas umat Islam, maka di sana juga terdapat aktivitas pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam ketika itu dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi lokal di mana kegiatan pendidikan itu dilaksanakan.[1]

Persoalan lain yang menjadi masalah dalam melacak pengajaran Islam di Nusantara adalah tentang siapa yang memperkenalkan Islam ke Nusantara. Karena itu muncul teori bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang. Teori lain menyatakan bahwa Islam tersebar di Indonesia oleh para ulama (mulla). Sedangkan teori ketiga menyatakan bahwa kekuasaan (konversi) keraton sangat berpengaruh bagi pengislaman di Nusantara. Masuknya Islam penguasa akan diikuti oleh rakyatnya secara cepat.[2]

A. Pendidikan Sebelum Kedatangan Islam

Berkenaan dengan masalah pendidikan Sebelum kedatangan Islam memberi gambaran kepada kita bahwa kontak pertama antara pengembangan agama Islam dan berbagai jenis kebudayaan dan masyarakat di Indonesia, menunjukkan adanya semacam akomodasi cultural. Di samping melalui pembenturan dalam dunia dagang, sejarah juga menunjukkan bahwa penyebaran Islam kadang-kadang terjadi pula dalam suatu relasi intelektual, ketika ilmu-ilmu dipertentangkan atau dipertemukan, ataupun ketika kepercayaan pada dunia lama mulai menurun.[3]

Pada pertengahan abad ke-19 pemerintah Belanda mulai menyelenggarakan pendidikan model barat yang diperuntukkan bagi orang-orang Belanda dan sekelompok kecil orang Indonesia (terutama kelompok berada). Sejak itu tersebar jenis pendidikan rakyat, yang berarti juga bagi umat Islam. Selanjutnya pemerintah memberlakukan politik Etis (Ethische Politik), yang mendirikan dan menyebarluaskan pendidikan rakyat sampai pedesaan.

Pendidikan kolonial Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam tradisional pada pengetahuan duniawi. Metode yang diterapkan jauh lebih maju dari sistem pendidikan tradisional. Adapun tujuan didirikannya sekolah bagi pribumi adalah untuk mempersiapkan pegawai-pegawai yang bekerja untuk Belanda. Jika begitu, pemerintah Belanda tidak mengakui para lulusan pendidikan tradisional. Mereka tidak bisa bekerja baik di pabrik maupun sebagai tenaga birokrat.

Kehadiran sekolah-sekolah pemerintah Belanda mendapat kecaman sengit dari kaum ulama. Kaum ulama dan golongan santri menganggap program pendidikan tersebut adalah alat penetrasi kebudayaan barat di tengah berkembangnya pesantren atau lembaga-lembaga pendidikan Islam.

B. Pendidikan Islam Pada Masa Permulaan Islam di Nusantara Sampai       Periode Walisongo

Pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral masyarakat Islam baik dalam Negara mayoritas maupun minoritas. Dalam ajaran agama Islam pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi. Karenanya, umat Islam selalu mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan pendidikan untuk kepentingan masa depan umat Islam.[4]

Besarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan pengajaran Islam kendati dalam system yang sederhana, peengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam masjid, musallah bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia mengadopsi dan mentransfer lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada (indigeneous religious and social institution) ke dalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Di Jawa, umat Islam mentransfer lembaga keagamaan Hindu-Budha menjadi pesantren; di Minangkabau mengambil Surau sebagai peninggalan adat masyarakat setempat menjadi lembaga pendidikan Islam; demikian halnya di Aceh dengan mentransfer lembaga meunasah sebagai lembaga pendidikan Islam.

Menurut Manfred, Pesantren berasal dari masa sebelum Islam serta mempunyai kesamaan dengan Budha dalam bentuk asrama. Bahwa pendidikan agama yang melembaga berabad-abad berkembang secara pararel.[5] Pesantren berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Menurut Robson, kata santri berasal dari bahasa Tamil “sattiri” yang diartikan sebagai orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau bangunan keagamaan secara umum. Meskipun terdapat perbedaan dari keduanya, namun keduanya perpendapat bahwa santri berasal dari bahasa Tamil.

Santri dalam arti guru mengaji, jika dilihat dari penomena santri. Santri adalah orang yang memperdalam agama kemudian mengajarkannya kepada umat Islam, mereka inilah yang dikenal sebagai “guru mangaji”. Santri dalam arti orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau bangunan keagamaan, bisa diterima karena rumusannya mengandung cirri-ciri yang berlaku bagi santri. Ketika memperdalam ilmu agama, para santri tinggal di rumah miskin, ada benarnya. Kehidupan santri dikenal sangat sederhana. Sampai Tahun 60-an, pesantren dikenal dengan nama pondok, karena terbuat dari bambu.[6]

Pada abad ke XV, pesantren telah didirikan oleh para penyebar agama Islam, diantaranya Wali Songo. Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam mendirikan masjid dan asrama untuk santri-santri. Di Ampel Denta, Sunan Ampel telah mendirikan lembaga pendidikan Islam sebagai tempat ngelmu atau ngaos pemuda Islam. Sunan Giri telah ngelmu kepada Sunan Ampel mendirikan lembaga pendidikan Islam di Giri. Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam pesantren didirikan, agama Islam semakin tersebar sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga-lembaga ini merupakan ujung tombak penyebaran Islam di Jawa.

Peran Wali Songo tidak terlepas dari sejarah pendidikan Islam di Nusantara. Wali Songo melalui dakwahnya berhasil mengkombinasi metoda aspek spiritual dan mengakomodasi tradisi masyarakat setempat dengan cara mendirikan pesantren, tempat dakwah dan proses belajar mengajar.

Wali songo melakukan proses Islamisasi dengan menghormati dan mengakomodasi tradisi masyarakat serta institusi pendidikan dan keagamaan sebelumnya, padepokan. Padepokan diubah secara perlahan, dilakukan perubahan sosial secara bertahap, mengambil alih pola pendidikan dan mengubah bahan dan materi yang diajarkan dan melakukan perubahan secara perlahan mengenai tata nilai dan kepercayaan masyarakat, perubahan sosial, tata nilai, dan kepercayaan. Hal ini menciptakan alkulturisasi budaya termasuk pedoman hidup masyarakat, pemenuhan kebutuhan hidup, dan operasionalisasi kebudayaan melalui pranata-pranata sosial yang ada di masyarakat, yaitu pedoman moral atau hidup, etika, estetika, dan nilai budaya (adanya simbol-simbol dan tanda-tanda).

Di Sumatera Barat, pendidikan Islam tradisional di sebut Surau. Di Minangkabau, Surau telah ada sebelum datangnya Islam, adalah merupakan tempat yang dibangun untuk tempat ibadah orang Hindu-Budha. Raja Aditiwarman telah mendirikan kompleks Surau disekitar bukit Gombak, Surau digunakan sebagai tempat berkumpul pemuda-pemuda untuk belajar ilmu agama sebagai alat yang ideal untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

Menurut Sidi Gazalba, sebelum Islam datang di Minagkabau, Surau adalah bagian dari kebudayaan masyarakat setempat yang juga disebut “uma galang-galang”, adalah bangunan pelengkap rumah gadang. Surau dibangun oleh Indu, bagian dari suku, untuk tempat berkumpul, rapat dan tempat tidur bagi pemuda-pemuda, kadang-kadang bagi mereka yang sudah kawin, dan orang-orang tua yang sudah uzur.

Kedatangan Islam tidak merubah fungsi Surau sebagai tempat penginapan anak-anak bujang, tetapi fungsinya diperluas seperti fungsi masjid, yaitu sebagai tempat belajar membaca al-Qur’an dan dasar-dasar agama dan tempat ibadah. Namun, dari segi fungsi Surau lebih lebih luas daripada fungsi Masjid. Masjid hanya digunakan untuk shalat lima waktu, shalat jum’at, shalat ‘id. Sedangkan Surau juga digunakan shalat lima waktu, sebagai tempat belajar agama, mengaji, bermediatsi dan upacara-upacara, di samping sebagai tempat semacam asrama anak-anak bujang. Lebih lanjut Surau digunakan sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki sisten yang teratur, ini dapat dibuktikan dengan didirikannnya Surau sebagai lembaga pendidikan Islam oleh Syekh Burhanuddin (1646-1691) setelah berguru kepada Syekh Abdurrauf bin Ali.[7] Dengan demikian Surau telah berubah fungsi sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran Islam.

Meunasah semula adalah salah satu tempat ibadah yang terdapat dalam setiap kampung di Aceh. Selanjutnya mengalami perkembangan fungsi baik sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat pendidikan, tempat pertemuan, tempat transaksi jual-beli, dan tempat menginap para musafir, tempat membaca hikayat, dan tempat mendamaikan jika ada warga kampung yang bertikai.[8] Sedangkan dayah adalah lembaga pendidikan yang terdapat hampir di tiap-tiap uleebalang, seperti halnya di tiap-tiap kampung harus ada meunasah. Setiap dayah memiliki sebuah balai utama sebagai tempat belajar dan salat berjama’ah. Dilihat dari mata pelajaran yang diajarkan, dayah mengkaji materi pelajaran yang lebih tinggi daripada di meunasah.

Lembaga-lembaga pendidikan semacam Pesantren, Surau, Meunasah dan Dayah memiliki peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai Islam, terjadi transfer ilmu, transfer nilai dan transfer perbuatan (transfer of knowledge, transfer of value, transfer of skill) sehingga mampu mencetak intelektual muslim Nusantara yang patut diperhitungkan dalam era peta pemikiran Islam.

C. Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan-Kerajaan Islam

Salah satu tujuan adanya pendidikan Islam adalah terbentuknya masyarakat muslim di Indonesia. Terbentuknya masyarakat muslim disuatu daerah adalah melalui proses yang panjang, yang dimulai dari terbentuknya pribadi muslim sebagai hasil dari upaya para da’i.

Dengan terbentuknya komunitas atau masyarakat muslim pada beberapa daerah di Indonesia ini, mendorong untuk membentuk kerajaan Islam sebagai pusat kekuatan atau kekuaaan politik didalam proses Islamisasi di Indonesia. Maka berdirilah kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudera Pasai dan Perlak di Aceh pulau Sumatera, Demak di pulau Jawa, kerajaan Mataram, dan sebagainya. Dengan berdirinya kerajaan Islam di Indonesia ini, maka fase perkembangan Islam berikutnya adalah fase perkembangan Islam dan politik, yang artinya perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan politik.

Tumbuhnya kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini jelas sangat berpengaruh sekali dalam proses Islamisasi/ pendidikan Islam di Indonesia, yaitu sebagai suatu wadah/ lembaga yang dapat mempermudah penyebaran Islam di Indonesia. Ketika kekuasaan politik Islam semakin kokoh dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, pendidikan semakin memperoleh perhatian, karena kekuatan politik digabungkan dengan semangat para mubaligh (pengajar agama pada saat itu) untuk mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.


Kesimpulan

Kedatangan Islam di Nusantara dibawa oleh para pedagang dan ulama-ulama, mereka datang dari Arab, Persia maupun India, penyebarannya adalah berada pada jalur-jalur dagang internasional pada saat itu. Pendidikan Islam Islam dilakukan dalam bentuk khalaqah di rumah-rumah pedangang ataupun ulama maupun dengan tauladan.

Walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa sangat berhasil karena mampu mengislamisasikan wilayah Jawa. Lembaga pendidikan yang digunakan adalah pesantren. Keberhasilannya didukung oleh pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kultur masyarakat Jawa.

Pendidikan Islam pada masa kerajaan Islam di Indonesia sudah berlangsung cukup baik. Terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini sangat berpengaruh bagi proses islamisasi di Indonesia sebagai peranannya didalam penyiaran agama Islam, melalui para Ulama sebagai mubaligh/ pendidik dalam penyiaran agama Islam dan kerajaan Islam sebagai wadah kekuasaan politik Islam, keduanya sangat berperan dalam mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Taufik. (Ed.), Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: CV. Rajawali, 1983.

Asrohah, Hanun. Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Logos, 1999.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992.

Rukiati, Enung K dan Fenti Hikamawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Ziemek, Manfred. Pesantren dalam Perubahan Sosial, diterjemah oleh Butche B. Soendjojo. Jakarta: P3M, 1983.


[1] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan (Cet.III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 5.


[2] Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 141.


[3] Enung K Rukiati dan Fenti Hikamawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2006). h. 55.


[4] Op.cit., h. 143.


[5] Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, diterjemah oleh Butche B. Soendjojo (Jakarta: P3M, 1983), h. 17.


[6] Hanun Asrohah, op. cit., h. 145.


[7] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992), h. 18.


[8] Taufik Abdullah (Ed.), Agama dan Perubahan Sosial (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), h. 120.



MARHANI 

0 komentar:

HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html