Oleh : Nur Husnaeni Thamrin
Kemerdekaan adalah suatu keadaan dimana suatu posisi keadaan menjadi bebas. Bebas yang dimaksud adalah bebas menentukan jalan hidup dan masa depan secara mandiri tanpa adanya campur tangan pihak lain. Suatu keadaan merdeka merupakan suatu keadaan yang begitu diidamkan bagi siapapun, begitu juga pada suatu negara seperti Indonesia. Dengan keadaan Indonesia yang telah menderita begitu lama oleh penjajahan yang dialakukan oleh Belanda dan Jepang, menjadikan suatu kemerdekaan merupakan puncak cita-cita yang ingin diraih dan diusahakan.
Merebut suatu kekuasaan yang telah lama mengakar dan begitu kuat, menjadikan bangsa Indonesia begitu sulit untuk terlepas dari cengkraman para penjajah. Samapi pada usaha untuk mengupayakan kemerdekaan dengan begbagai cara yang akhirnya berbuat manis dengan hadiah kemerdekaan itu sendiri pada 17 Agustus 1945.
Namun yang namanya negara baru berdiri secara de facto,memang memiliki suatu keadaan yang tidak setabil. Yang dimaksud adalah posisinya begitu rentan terhadap ancaman dari luar karena memang masih dalam tahap merangkak menjadi suatu negara yang independen. Terutama ancaman dari negara yang pernah menjajah, karena ingin kembali menguasai dan mengeksploitasi negara jajahan.
Dengan demikian berbagai upaya dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaanya, hal tersebut juga semakin menjadi berat karena aksi perlawanan para penjajah yang lebih keras. Sehingga dari hal ini munculah suatu keadaan yang begitu rumit yang menjadikan bangsa Indonesia melakukan perlawanan dan memunculkan perang yang bertujuan untuk mempertahankan posisi kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pembahasan lebih mendalam akan hal ini. Yang menjadikan suatu pemaparan sejarah perang kemerdekaan Indonesia.
A. Pengertian Perang Kemerdekaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perang adalah permusuhan antara dua negara (bangsa, agama, suku, dsb), pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih (tentara, laskar, pemberontak, dsb), perkelahian, konflik, cara mengungkapkan permusuhan.
[1]
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan
dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industri. Hal ini tercermin dari
doktrin angkatan perangnya seperti "Barang siapa menguasai ketinggian maka menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian harus dicapai oleh
teknologi. Namun kata perang tidak lagi berperan sebagai kata kerja, namun sudah bergeser pada kata sifat. Yang memopulerkan hal ini adalah para
jurnalis, sehingga lambat laun pergeseran ini mendapatkan posisinya, namun secara umum perang berarti "pertentangan".
Secara spesifik dan wilayah filosofis, perang merupakan turunan sifat dasar manusia yang tetap sampai sekarang memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana memperkuat eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuh. Dengan mulai secara psikologis dan fisik. Dengan melibatkan diri sendiri dan orang lain, baik secara kelompok atau bukan. Perang dapat mengakibatkan kesedihan dan kemiskinan yang berkepanjangan. Dan penyebab terjadinya perang di antaranya adalah:
2. Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan;
3. Perbedaan kepentingan;
Sedangkan kemerdekaan adalah
pemerintahan sendiri oleh penduduk-penduduk sebuah
negara yang secara dasarnya menuntut
kedaulatan. Istilah kemerdekaan digunakan untuk membedakan dengan
penaklukan yang merujuk kepada sesuatu kawasan sebagai "wilayah" yang dikawal oleh sebuah bangsa asing dari segi
politik dan lainya. Perkataan ini terkadang juga digunakan dalam arti kata yang lebih lemah untuk membedakan dengan
hegemoni yang merupakan kawalan sebuah negara secara tak langsung oleh sebuah negara yang lebih kuat.
Kemerdekaan dapat diartikan sebagai taraf permulaan bagi sebuahnegara baru (sering kali untuk mengisi kekosongan politik), tetapi sering merupakan pembebasan dari kekuasaan yang mendominasi kawasan itu. Dari segi negatif, kemerdekaan juga boleh diartikan sebagai keadaan yang tidak dikuasai oleh kuasa yang lain melalui
penjajahan,
dasar peluasan kuasa atau
imperialisme.
Kemerdekaan boleh diperoleh melalui pembenasan jajahan, pemisahan atau pembagian. Walaupun ketiga kata tersebut sering diartikan sama dengan kemerdekaan, ketiga-ketiga ini harus tidak dikelirukan dengan
pemberontakan yang biasanya merujuk kepada penggulingan pihak berkuasa secara ganas. Ini terkadang hanya bertujuan untuk pengalihan kekusaan semula.
[3]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perang kemerdekaan adalah suatu wujud manifestasi konflik yang dilakukan secara fisik maupun non fisik dengan saling bertikai, bertempur, dan menyerang dengan tujuan untuk mendapatkan atau memperebutkan suatu kekuasaan dengan keadaan bebas dan independen.
B. Keadaan Indonesia Sebelum Terjadinya Perang Kemerdekaan
Pada pukul 05.00 (waktu Jawa pada Zaman Jepang) tanggal 17 Agustus 1945, anggota PPKI dan tokoh-tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamaan Maeda, pulang ke rumah masing-masing setelah berhasil merumuskan teks proklamasi. Sebelum pulang, Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di lembaga pers dan kantor berita untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkanya ke seluruh dunia. Dan para pemuda langsung melakukan kegiatan dan mebagi tugas.
Ribuan teks berhasil dicetak dengan reneo dan segera disebarkan ke pelbagai penjuru kota, dan ditempelkan diberbagai tempat publik. Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, barisan pemuda datang berbondong-bondong menuju lapangan Ikada, ternyata lapangan Ikada telah dijaga oleh pasukan Jepang. Para pemuda datang ke lapangan Ikada dari informasi mulut kemulut, mereka tidak mengetahui keputusan terakhir PPKI bahwa Proklamasi diadakan di Pegangsaan Timur No.56.
Pada pagi itu pekarangan rumah Soekarno sudah dipadati oleh sejumlah masa pemuda. Sementara itu, wakil wali kota Suwiryo, memerintahkan Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan, yaitu microfon dan alat pengeras suara. Sudiro memerintahkan S. Suhud untuk menyiapkan satu tiang untuk menggerek bendera.
Sebagaimana yang disepakati bahwa para anggota PPKI menjelang pukul 10.30 telah berdatangan ke Pegangsaan Timur. Rangkaian acara yang akan dilaksanakan itu adalah: pembacaan teks Proklamasi, pengibaran bendera Merah Putih, dan sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi. Ketika mendekati pukul 10.00, sedang acara sbelum dimulai dan para pemuda tidak sabar mereka terus mendesak untuk segera di bacakan teks Proklamasi kemerdekaan.
Lima menit sebelum acara dimulai, Hatta datang. Ia langsung ke kamar Soekarno. Beberapa menit sebelum pukul 10.00 kedua pemimpin menuju tempat upacara, diiringi oleh Nyonya Fatmawati Soekarno. Upacara berlangsung tanpa protokol. Segera Latief memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda, semua berdiri dengan sikap sempurna. Latief mempersilakan Bung Karano dan Hatta untuk maju beberapa langkah dan Soekarno mendekati Mikrofon. Sebelum membacakan proklamasi Bung Karno menyampaikan pidato, setelah pidatao singkat disampaikan Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi. Acara selanjutnya adalah pengibaran bendera Merah Putih. Peristiwa besar itu berlangsung hanya selama kurang lebih satu jam dengan penuh kekhidmatan.
[5]
Sebelum berita tentang,
proklamasi kemerdekaan Indonesia menyebar ke pulau-pulau lain, banyak masyarakat Indonesia yang jauh dari ibu kota
Jakartatidak percaya. Saat berita mulai menyebar, banyak dari orang Indonesia datang untuk menyatakan diri mereka sebagai pro-republik, dan suasana revolusi menyapu seluruh negeri. Kekuatan luar di dalam negeri telah menyingkir, seminggu sebelum tentara Sekutu masuk ke Indonesia, dan Belanda telah mulai melemah kekuatannya dikarenakan perang. Disisi lain, pasukan Jepang, sesuai dengan ketentuan diminta untuk menyerah dan meletakkan senjata, da juga menjaga ketertiban umum.
Kevakuman kekuasaan selama berminggu-minggu setelah Jepang menyerah menciptakan suasana ketidakpastian di dalam politik Indonesia saat itu, tetapi hal ini menjadi suatu kesempatan bagi rakyat. Banyak pemuda Indonesia bergabung dengan kelompok perjuangan pro-republik dan laskar-laskar. Laskar-laskar yang paling terorganisir antara lain kelompok
PETA dan
Heiho yang dibentuk oleh Jepang. Namun pada saat itu laskar-laskar rakyat berdiri sendiri dan koordinasi perjuangan cukup kacau. Pada minggu-minggu pertama, tentara Jepang menarik diri dari daerah perkotaan untuk menghindari konfrontasi dengan rakyat.
Pada bulan September 1945, pemerintah republik yang dibantu laskar rakyat telah mengambil alih kendali atas infrastruktur-infrastruktur utama, termasuk stasiun
kereta api dan
trem di kota-kota besar di Jawa. Untuk menyebarkan pesan-peasn revolusioner, para pemuda mendirikan stasiun radio dan koran, serta grafiti yang penuh dengan sentimen nasionalis. Di sebagian besar pulau-pulau di Indonesia, komite perjuangan dan laskar-laskar milisi dibentuk. Koran kaum republik dan jurnal-jurnal perjuangan terbit di Jakarta,
Yogyakarta dan
Surakarta, yang betujuan memupuk generasi penulis yang dikenal sebagai
Angkatan 45.
Para pemimpin republik berjuang untuk menyatukan sentimen yang menyebar di masyarakat, karena ada beberapa kelompok yang menginginkan revolusi fisik, dan yang lain lebih memilih menggunakan cara pendekatan damai.
Beberapa pemimpin seperti
Tan Malaka dan pemimpin kiri lainnya menyebarkan gagasan bahwa revolusi harus dipimpin oleh para pemuda. Soekarno dan Hatta, sebaliknya, lebih tertarik dalam perencanaan sebuah pemerintahan dan lembaga-lembaga negara untuk mencapai kemerdekaan melalui diplomasi. Massa pro-revolusi melakukan demonstrasi di di kota-kota besar, salah satunya dipimpin Tan Malaka di Jakarta dan diikuti lebih dari 200,000 orang. Tetapi aksi ini yang akhirnya berhasil dipadamkan oleh Soekarno-Hatta, karna mengkhawatirkan pecahnya aksi-aksi kekerasan.
Pada September 1945, banyak pemuda Indonesia yang menyatakan diri "siap mati untuk kemerdekaan 100%" karena tidak dapat menahan kesabaran mereka. Pada saat itu, penculikan kaum "nonpribumi" - interniran Belanda, orang-orang
Eurasia,
Maluku dan
Tionghoa - sangat umum terjadi, karena mereka dianggap sebagai mata-mata. Kekerasan menyebar dari seluruh negeri, sementara pemerintah pusat di Jakarta terus menyerukan kepada para pemuda agar dapat tenang. Namun, pemuda yang mendukung perjuangan bersenjata memandang pimpinan yang lebih tua sebagai para "pengkhianat revolusi", yang pada akhirnya sering menyebabkan meletusnya konflik internal di kalangan masyarakat sipil.
[6]
C. Latar Belakang Terjadinya Perang Kemerdekaan
Sesuai dengan
perjanjian Wina pada tahun
1942,
negara-negara sekutu bersepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki
Jepangpada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.
Pada sisi lain, Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaanya yang telah di kumandangakan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945, hal ini tentusaja membuat suatu situasi setatus negara yang berbeda sebelumnya. Apabila sebelumnya Indonesia berada pada kekuasaan Jepang yang telah merebut Indonesia dari kekuasaan kolonial Belanda, menjadi negara yang menyatakan lepas, bebas, atau merdeka dari penjajahan.
Namun dengan dimenangkanya perang Dunia II oleh pihak sekutu, dan dengan keterangan sebelumnya, Belanda sangat berhasrat kembali untuk menguasi Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada
23 Agustus 1945 Inggris bersama tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh.
15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di
Jakarta, dengan didampingi
Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada
Sekutu. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi
NICA (Netherland Indies Civil Administration- pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh
Dr. Hubertus J van Mook, ia dipersiapkan untuk membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio
Ratu Wilhelmina tahun
1942 (statkundige concepti atau konsepsi kenegaraan), tetapi ia mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara dengan
Soekarno yang dianggapnya telah bekerja sama dengan
Jepang. Pidato Ratu Wilhemina itu menegaskan bahwa di kemudian hari akan dibentuk sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya adalah Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda.
[7]
Dari hal tersebutlah yang menciptakan perang berkecamuk antara Jepang yang berusaha mempertahankan kekuasaanya pada Indonesia, pihak Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia dengan bantuan Sekutu, dan pihak Indonesia yang ingin seutuhnya merdeka tanpa ganggu gugat yang di prakarsai oleh proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
D. Tujuan dari Perang Kemerdekaan Indonesia
Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan yang terjadi pada 17 Agustus 1945, menjadi suatu cita-cita besar bangsa Indonesia yang terwujud. Selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan penjajah baik Belanda maupun Jepang, menjadikan suatu kemerdekaan adalah tahapan puncak perjuangan bangsa Indonesia. Dan akhirnya hal tersebut benar-benar nyata digenggaman bangsa Indonesia.
Tanpa disangka, meski Indonesia telah menyatakan kemerdekaanya, namun ancaman besar begitu saja menghampiri ditengah euforia Revolusi Indonesia. Hal tersebut dikarenakan menjelang akhir Perang Dunia Jepang terkalahkan dan sesuai dengan perjanjian bahwa negara jajahan yang dikuasai Jepang harus dikembalikan kepada pihak kolonial yang telah menjajah asalkan mampu mengalahkan pasukan Jepang. Dari titik inilah suatu kekhawatiran melanda bangsa Indonesia, posisi kemerdekaan terancam untuk diambil alih oleh Belanda. Lebih-lebih dalam percobaan penguasaan ini Belanda lebih keras untuk menaklukan Indonesia secara keseluruhan.
Berkaca pada hal tersebut, maka dimulailah perang kemerdekaan Indonesia. Dalam membahas tujuan dari dari perang kemerdekaan ini, tentunya mengupayakan penetapan kemerdekaan yang sebenarnya dan seutuhnya untuk bangsa Indonesia. Sehingga tidak ada namanya penjajan diatas bumi Indonesia, dan Indonesia hanyalah untuk bangsa Indonesia.
E. Tahapan dan Prosesi Perang Kemerdekaan Indonesia
Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan merupakan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas baru, untuk persatuan dalam menghadapi kekuasaan asing, dan untuk tatanan sosial yang lebih adil tampaknya akhirnya membuahkan hasil pada masa-masa sesudah Perang Dunia II. Untuk yang pertama kalinya di dalam kehidupan kebanyakan rakyat Indonesia, segala sesuatu yang serba paksaan yang berasal dari kekuasaan asing hilang secara tiba-tiba. Tidaklah mengherankan apabila hasilnya bukanlah munculnya suatu bangsa baru yang serasi namun suatu pertarungan sengit diantara individu-individu dan kekuatan-kekuatan sosial yang bertentangan.
Penyelidikan-penyelidikan akademis tentang revolusi berusaha untuk mendapat semacam tatanan mengenai masa yang pada dasarnya kacau balau. Mengenai orang-orang Indonesia yang mendukung revolusi, maka ditarik perbedaan-perbedaan anatara kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dan kekuatan-kekuatan diplomasi, anatara mereka yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang menentangnya, antara generasi muda dan generasi tua, antara golongan kiri dan golongan kanan, anatara kekuatan Islam dan kekuatan “Sekuler”, dan sebagainya.
Baik pihak Belanda maupun pihak revolusioner Indonesia menganggap Revolusi Indonesia sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Bagi Belanda, tujuanya menghancurkan orang yang bekerjasama dengan jepang dan memulihkan rezim kolonial. Bagi pemimpin revolusi Indonesia tujuanya adalah melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional. Sebenarnya inilah saat ketiga kalinya pihak Belanda bermaksud menaklukan Indonesia, mereka saat itu akan mencoba untuk yang ketiga kalinya, dan masalah yang mereka hadapi ialah menaklukkan seluruh nusantara sekaligus. Bagi rakyat Indonesia, mereka mengalami suatu keadaan yang belum pernah dialami sebelumnya sejak abad ke XVI yaitu hampir menguasai seluruh nusantara. Tetapi persatuan nasional yang bulat masih tetap jauh, dikarenakan berbagai sistem yang belum tepat dan keadaan konflik internal yang belum terselesaikan menjadikan Belanda hampir berhasil. Namun keberhasilan tersebut tidak berlangsung karena perlawanan bangsa Indonesia serta dukungan dari bangsa-bangsa lain.
|
http://www.detikbuzz.com/
Pasukan Republik Indonesia dengan tank Vickers Carden-Loyd, 29 Januari 1946. Tank ini direbut tentara Republik dari pasukan Jepang, yang sebelumnya merampas tank mini ini dari KNIL beberapa tahun sebelumnya. |
Pemerintah pusat Republik segera dibentuk di Jakarta pada akhir Agustus 1945. Pemerintah ini menyetujui konstitusi yang telah dirancang oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia sebelum menyerahnya jepang, Soekarno diangkat menjadi Presiden dan Hatta sebagai wakil dan ditunjuklah KNIP untuk membantu tugas mereka dan komite nasional serupa yang ditempatkan di Propinsi dan karesidenan. Suatu struktur pemerintah juga ditetapkan dengan mudah. Orang-orang Indonesia yang menjabat sebagai penasehat pemerintah (Sanyo) dan wakil residen diangkat sebagai pejabat Republik, sehingga Jepang dapat menyerahkan pemerintahan secara damai dan hati-hati kepada mereka tanpa melakukan pelanggaran yang begitu mencolok terhadap syarat-syarat penyerahan jepang kepada pihak sekutu. Jawa Hokokai menjadi partai negara dan dinamai Partai Nasional Indonesia diteruskan sebagai partai, namun Syahrir tidak setuju apabila ada sesuatu organisasi bentukan jepang, sehingga akhirnya ditangguhkan.
Sementara persiapan-persiapan pemerintah tampak akan berjalan lancar di Jawa, terjadilah perpecahan di kalangan kekuatan-kekuatan militer Republik. Para pasukan-pasukan bentukan Jepang segera diambil alih oleh pemimpin Republik yang cakap.
Saat tersiarnya berita tentang proklamasi kemerdekaan, banyak rakyat Indonesia yang tinggal jauh dari Jakarta tidak mempercayainya. Pada tanggal 22 Agustus, pihak Jepang akhirnya mengumumkan menyerahnya mereka, tetapi baru pada bulan september 1945 proklamasi diketahui di wilayah-wilayah yang lebih terpencil. Sesaat sesudah hal itu diketahui, timbullah segera masalah kesetiaan. Bagi rakyat Indonesia, ada rasa kebebasan yang mendorong kebanyakan dari mereka untuk menganggap dirinya sebagai pro Republik, tetapi tanpa pengetahuan yang jelas tentang konsekuensi sikap ini. Sepeninggalnya bangsa asing mengakibatkan suatu kebingungan kepada para pegawai birokrasi Republik sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Euforia Revolusi segera mulai melanda negeri ini, dan khususnya kaum muda Indonesia merespons kegairahan dan tangan kemerdekaan. Terlihat adanya semangat revolusi di dalam kesastraan dan kesenian, selain dalam politik. Banyak pemuda bergabung dengan badan-badan perjuangan.
Segera meletus tindakan kekerasan antara Revolusi dengan pihak-pihak yang dianggap sebagai musuhnya. Setelah Jepang menyerah, banyak orang Belanda yang menjadi tawanan pergi begitu saja meninggalkan kamp-kamp dan mereka pulang ke rumah. Pada bulan September telah terjadi berbagai keributan di jalan-jalan Surabaya antara pemuda Indonesia dengan orang Eropa, dan ketegangan memuncak di daerah-daerah lain.
|
www.detikbuzz.com
Ket Fot :Penandatanganan penyerahan kota Solo dan Pacitan dari Belanda ke pasukan Republik di Stadion Solo 12 November 1949. Belanda diwakili oleh Kolonel van Ohl dan Republik Indonesia diwakili oleh Letnan Kolonel Slamet Rijadi. Tampak Mayor Jendral Mollinger dibelakang keduanya. Letkol Slamet Rijadi sebelumnya memimpin Serangan Umum Surakarta melawan pasukan Kol. van Ohl, 7-10 Agustus 1949.
|
Dengan mulai tibanya pihak sekutu guna menerima penyerahan Jepang, maka muncullah tantangan-tantangan serius yang pertama terhadap Revolusi. Kemajuan yang dicapai Amerika melalui Samudra Pasifik telah membuat daerah-daerah kantong Sekutu di Kalimantan, Morotai, dan berbagai wilayah di Irian Jaya. Para pejabat Belanda sudah kembali ke daerah-daerah tersebut. Pada akhir Juni 1945 satuan-satuan komando kecil telah diterjunkan ke Sumantera Utara. Pada awal 1945 pihak sekutu telah memusatkan pasukan-pasukan Amerika akan memusatkan perhatian di pulau-pulau Jepang, dengan demikian pada saat terakhir tanggungjawab atas Indonesia di pindahkan kepada komando Asia Tenggara Inggris di bawah kepemimpinan Lord Louis Mountbatten.
Di wilayah yang dikuasai angkatan laut Jepang, Revolusi terhenti pada awalnya ketika pihak sekutu segera masuk. Pihak Australia menerima penyerahan Jepang disana (kecuali Bali dan Lombok) dan bersama mereka datanglah pasukan-pasukan dan pejabat-pejabat Belanda, antara Pertengahan September samapai Pertengahan Oktober Australia telah menduduki kota-kota Besar di Indonesia Timur. Sementara itu, pasukan-pasukan Inggris, yang sebagian besar terdiri atas orang India, bergerak memasuki Jawa dan Sumatera. Dengan mulai munculnya pasukan-pasukan sekutu, maka semakin meningkatlah ketegangan-ketegangan di Jawa dan Sumatera.
Pada bulan Oktober 1945, pihak Jepang berusaha mendapatkan kembali kekuasaan di kota-kota besar dan kecil di Jawa yang baru saja ia setujui diambil alih bangsa Indonesia. Ini menyebabkan dimulainya tahapan-tahapan pertama dari peperangan. Terjadi keributan dan pembantaian yang menimbulkan banyak korban akibat perebutan wilayah oleh jepang dan mendapatkan perlawanan dari Indonesia dan sekutu, pada tanggal 2 November, Soekarno memerintahkan gencatan senjata atas permintaan pihak Inggris, tetapi pada akhir bulan November, pertempuran telah berkobar lagi dan pihak Inggris mundur ke pesisir.
|
www.detikbuzz.com
Latihan militer TNI di Subang, 1947. Pasca kemerdekaan, untuk melanjutkan perjuangan TNI melaksanakan reorganisasi dan juga latihan latihan militer. Tampak diujung jalan, pabrik gula yang sekarang menjadi RNI, dan rel lori tebu di samping jalan. |
Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama Revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. Di kota yang sedang bergolak inilah kira-kira 6.000 pasukan Inggris yang terdiri atas serdadu-serdadu India tiba pada tanggal 25 Oktober untuk mengungsikan tawanan. Dalam waktu tiga hari, pertempuranpun berkobar. Pihak Republik kehilangan banyak tenaga manusia dan senjata dalam pertempuran surabaya, tetapi perlawanan mereka yang bersifat pengorbanan tersebut telah menciptakan lambang dan pekik persatuan demi Revolusi. Hal itu juga meyakinkan Inggris bahwa akanlah bijaksana apabila mereka bersikap netral dalam Revolusi.
Pimpinan pusat di Jakarta hanya mempunyai sedikit hubungan, pengaruh atau simpati dengan dengan tindak kekerasan yang kini tersebar luas. Kehadiran pihak sekutu yang lebih awal dan lebih kuat di jakarta mengakibatkan di sana hanya terjadi sedikit kekerasan Revolusioner, dan pimpinan pusat terikat pada suatu revolusi yang tertib yang akan memperoleh pengakuan dan dukungan diplomatik akan tetapi sosok Soekarno yang tampak di butuhkan Indonesia merupakan beban yang menyulitkan untuk mendapat dukungan Internasional dan beberapa perilaku lainya Soekarno, Inggris memutuskan untuk mendorong kaum Revolusioner untuk tidak mempercayai dirinya. Dengan demikian, muncullah Sutan Syahrir dalam gerakan di kalangan elite Jakarta, sebagian karena dia tidak pernah bekerjasama dengan pihak Jepang, sehinga lebih diterima oleh pihak sekutu selain itu dia juga mempunyai pengaruh istimewa dikalangan pemuda Republik. Pada tanggal 16 Oktober 1945, Sjahrir dan Amir Syarifudin merencanakan suatu pengambilalihan kekuasaan di dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Masa kekuasaan presiden yang istimewa berakhir berakhir. KNIP diberi kekuasaan legislatif, yang akan diselenggarakan oleh sebuah badan pekerja KNIP yang dipilih Sjahrir dan Amir. Partai-partai politik saat itu dibentuk, sehingga mulailah proses yang melembagakan konflik-konflik di kalangan bangsa Indonesia.
Pada bulan November dan desember1945, Revolusi di wilayah pedesaan memasuki suatu tahapan yang lazim dikenal sebagai ‘Revolusi Sosial’. Akan tetapi, istilah ini agak menyesatkan jika diangap sebagai istilah untuk pertentangan kelas.
|
www.detikbuzz.com
Anggota Laskar Kemerdekaan, Cirebon 1947. Di seluruh Indonesia, rakyat membentuk laskar laskar kerakyatan, untuk melakukan perjuangan, yang kemudian memperoleh senjata dengan berbagai cara, membeli dari pasar gelap, merampas senjata eks jepang hingga bahkan merakit sendiri. Laskar laskar kerakyatan ini yang kemudian dilebur bersama BKR menjadi TNI. |
Kedatangan pasukan-pasukan pertama sekutu hanya meningkatkan ketegangan di Sumatera dan Jawa, dan mendorong orang-orang yang mendukung Republik dengan sepenuh hati untuk melawan orang-orang yang kesetiaanya diragukan. Ketegangan sosial di wilayah pesisir utara Jawa mencapai puncaknya pada bulan Desember 1945. Di tiga kabupaten, yaitu Brebes, Pemalang, dan Tegal yang ketiganya merupakan bagian dari karesidenan Pekalongan terjadi apa yang dikenal dengan ‘peristiwa tiga daerah’. Di sana, protes sosial kaum tani dan keinginan untuk membalas ketertindasan yang dialami selam masa Jepang telah mengompori tindakan kekerasan yang luas.
Di kerajaan Yogyakarta terjadi perubahan sosila untuk selamanya, kali ini dari atas ke bawah. Pada awal tahun 1946, sudah muncul di Yogyakarta beberapa undang-undang yang memperbanyak jumlah orang yang berhak memilih dewan-dewan dan kepala-kepala desa dan yang menghapus pajak kepala. Pemerintah desa di Yogyakarta waktu itu mungkin merupakan yang paling maju di Indonesia.
Pada bulan January 1946, pendudukan kembali Belanda atas Jakarta telah berjalan begitu jauh sehingga diputuskan untuk memeindahkan ibu kota Republik ke Yogyakarta, yang tetap menjadi ibu kota merdeka selama revolusi. Di Sumatera terjadi “revolusi-revolusi sosial” yang keras yang menentang elite-elite bangsawan. Di Aceh terjadi permusuhan sengit antara para pemimpin agama (ulama) dan para bangsawan birokrat (uleebalang) mengakibatkan timbulnya suatu perubahan yang permanen di tingkat elite. Di Sumatera timur, kelompok-kelompok bersenjata yang sebagian besar terdiri atas orang-orang Batak dan dipimpin oleh kaum kiri, menyerang raja-raja Batak Simalungun dan Batak karo pada bulan maret 1946, seperti yang terjadi pada tahun 1942.
|
www.detikbuzz.com
Pejuang TNI sedang melakukan latihan militer di Subang, 1949. Sebagai anggota militer, berbagai taktik penyerangan bersenjata, tetap dipelajari. Tampak anggota TNI sedang melakukan latihan teknik penghadangan/ambush. |
Sementara itu perpecahan di kalangan elite revolusi di Jawa menjadi semakin tegang ketika partai-partai politik terbentuk. Walaupun beberapa partai politik mewakili aliran-aliran ideologi, banyak partai politik hanya merupakan pengikut-pengikut pribadi pemimpin-pemimpin tertentu. Suatu kelompok informal terbentuk di sekeliling Tan Malaka, mantan pemimpin PKI yang kembali dari pembuangan secara diam-diam tahun 1942. Pada bulan-bulan pertama tahun 1946, partai-partai politik yang penting di masa Revolusi telah dapat diidentifikasi Partai Komunis (PKI) terbentuk kembali pada bulan oktober 1945. Setelah mengalami banyak pertikaian internal dan suatu bentrokan dengan satuan-satuan tentara Republik pada bulan February 1946, maka pada April 1946 PKI telah dikuasai oleh para pemimpin generasi tua yang yang berorientasi internasional ortodoks, yang kebanyakan adalah mantan aktivis dari tahun 1920-an yang kini bebas dari tahanan. Pada bulan November 1945 para pengikut Amir Syarifudin dalam gerakan pemuda bawah tanah dahulu membentuk Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia); sebgai menteri pertahanan, Amir juga membentuk Polisi Militer sebagai kekuatan yang setia padanya. Partai politik Islam yang paling penting adalah Masyumi. Di dalamnya, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, masing-masing sebagai organisasi menjadi anggota. Partai Nasional Indonesia (PNI) bangkit lagi pada bulan January 1946.
Tentara juga muncul sebagai suatu kekuatan politik, tetapi tercerai-berai. Dapat ditarik suatu perbedaan umum antara dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka dari kalangan mantan prajurit Peta dan Heiho serta laskar-laskar non reguler yang tidak pernah mendapat latihan militer di masa pra-Jepang yang diilhami semangat revolusi dan terutama terlatih untuk perang gerilya. Kelompok lainya adalah para mantan serdadu tentara kolonial Belanda.
Pada bulan-bulan pertama tahun 1946, tekanan-tekanan terhadap pihak Republik maupun pihak Belanda mulai meningkat. Pada bulan Desember 1945-Januari 1946, Belanda menggantikan Australia di Indonesia Timur. Pada awal tahun 1946, Belanda juga menduduki Bangka, Belitung , dan Riau. Inggris menyerahkan Bandung ke Belanda bulan April, dan tanggal 13 Juli 1946 komando Asia Tenggara secara resmi menyerahkan seluruh Indonesia, kecuali Jawa dan Sumatera, kepada penguasa Belanda. Dengan penguasaan Belanda, Inggris mendesak Belanda supaya Belanda mencapai kesepakatan dengan pihak Republik. Masalah Indonesia juga muncul di PBB untuk yang pertama pada bulan January 1946. Ini merupakan awal keterlibatan PBB yang pada akhirnya menjadi penting.
Sementara itu tekanan dalam negeri terhadap Sjahrir semakin meningkat. Lawan-lawan pemerintahanya menyatakan bahwa kesediaanya Sjahrir untuk berunding dengan Belanda akan meruntuhkan Republik. Pada bulan January 1946, Persatuan Perjuangan dibentuk dibawah pengaruh Tan Malaka. Para pemimpin muda, kaum radikal seperti Yamin, dan sebagian besar tentara yang tidak reguler mendukung tuntutan persatuan perjuangan berupa ‘kemerdekaan 100 persen’ sebagai dasar Republik di dalam perundingan. Sjahrir dan para pengikutnya benar-benar terancam oleh koalisi ini.
Dengan memuncaknya tekanan, maka Soekarno menampilkan dirinya, sebagai satu-satunya orang Jawa diantara pemimpin-pemimpin utama Republik menjadi sangat penting sebagai penengah konflik yang dapat memberikan legitimasi kepada semua pihak atas nama Revolusi. Pada bulan Maret 1946, Sjahrir dan Amir menarik para pengikutnya, khususnya satuan-satuan bersenjata Pesindo, dari persatuan perjuangan. Dalam konferensi organisasi di Malang pada bulan tersebut, satuan-satuan Pesindo dan Polisi Militer menawan para pemimpinya. Tan Malaka ditahan selama lebih dari dua tahun sambil menunggu diadili. Tetapi serangan pihak oposisi terhadap pemerintah belum berakhir. Karena ibu kota Republik terletak di Yogyakarta, maka tidak mustahil bahwa kota istana yang menjadi sainganya, Surakarta merupakan pusat oposisi.
|
www.detikbuzz.com
Interogasi terhadap pelaku pemberontakan PKI di Madiun, medio akhir 1948. Di tengah jepitan serangan tentara belanda ke wilayah Republik, Republik Indonesia ditikam dari belakang oleh pemberontakan PKI 1948. Operasi pembersihan pun dilakukan, dan berhasil menumpas pemberontakan tersebut. |
Di Surakarta, penguasa yang lemah, Pakubuwana XII dan Mangkunegara VIII, hanya menunjukkan sedikit kepandaian seperti yang dimiliki Hamengkubuwana IX dan Pakualaman VIII di Yogyakarta. Apalagi mereka tidak dapat bekerja sama. Mereka tidak berhasil memanfaatkan kesempatan-kesempatan untuk memainkan peranan positif dalam revolusi. Karena itu mereka pun tidak pernah dapat menguasai peristiwa-peristiwa yang terjadi. Akhirnya atas desakan Soedirman dan kaum radikal, hak-hak istimewa raja Surakarta di luar tembok istana mereka secara resmi dihapuskan oleh pemerintah tanggal 1 juni 1946, dan pemerintah Sjahrir harus menyaksikan jatuhnya seluruh Surakarta ketangan kaum oposisi, baik dibidang militer maupun politik.
Perundingan-perundingan dengan pihak Belanda kini berada pada tahap yang sulit. Pada bulan Maret 1946, Sjahrir secara rahasia telah bersepakat dengan Van Mook untuk berunding atas dasar kedaulatan de fakto Republik hanya atas Jawa, Madura, dan Sumatera, pengakuan terhadap kedaulatan Belanda di wilayah-wilayah lainya, dan upaya bersama pihak Republik-Belanda untuk membentuk negara Indonesia federal di dalam suatu uni Belanda Indonesia. Pada tanggal 27 Juni 1946, Hatta menyampaikan sebuah pidato di Yogyakarta yang mengungkapkan keterbatasan posisi berunding pemerintah. Kekuatan oposisi menganggap bahwa hal ini sebagai pengkhianatan terhadap ‘kemerdekaan 100 per sen’. Malam harinya Sjahrir dan beberapa orang lainya saat melakukan perjalanan ke Jawa Timur, mereka ditangkap oleh satuan tentara setempat karena berhadap dengan hal ini Soekarno, Soedirman dan ‘kemerdekaan 100 per sen’ berkuasa atas Republik. Akan tetapi sebaliknya, Soekarno mengumumkan keadaan perang dan meminta agar perdana menteri dibebaskan. Namun Soedirman tidak bersedia untuk membebaskanya, pada tanggal 30 Juni Soekarno mengadakan siaran radio bahwa penangkapan Sjahrir membahayakan bangsa. Dan akhirnya Sjahrir dibebaskan dan dikembalikan ke Jakarta.
Selanjutnya pemerintah menangkap beberapa lawan utamanya. Yamin berhasil lolos, tetapi Malik dan beberapa orang lainya tertangkap. Kemudian giliran tentara lah untuk membebaskan tawanan-tawanan tersebut. Pada tanggal 3 Juli 1946 terjadilah suatu kericuhan akibat tentara yang membebaskan tawanan-tawanan dan mengirimkan delegasi kepada Soekarno untuk membubarkan kabinet dan menugaskan Soedirman meanggani keamanan. Akan tetapi para delegasi tersebut ditawan dan beberapa orang lainya ditangkap oleh pendukung pemerintah. Kejadian ini begitu berbahaya karena hal ini mendekatkan mereka pada perang saudara di Jawa Tengah, Tan Malaka di salahkan akan hal ini. Dan sekali lagi Soekarnolah yang menjadi penengah untuk mencegah terjadinya perpecahan.
Sementara itu Belanda mendapat kemajuan dalam usaha mereka mencapai cara penyelesaian federal. Pada Bulan Juli 1946, mereka menyelenggarakan suatu konferensi di Malino dengan 39 wakil dari Indonesia. Akhirnya pihak Belanda mencapai kesepakatan diplomatik pertama mereka dengan Republik pada bulan November tahun 1946. Pihak Inggris mendesak terjadinya kesepakatan dan pada bulan Oktober perundingan-perundingan dimulai dan disepakati suatu gencatan senjata di Jawa dan Sumatera. Pada 12 November di Linggarjati Belanda mengakui Republik sebagai penguasa de fakto di Jawa, Madura Sumatera, kedua phak bersepakat dalam pembentukan negara Indonesia Serikat ran ratu Belanda menjadi pemimpin simbolis untuk Belanda-Indonesia. Persetujuan perdamaian ini tidak berlangsung lama karena ketidak percayaan keduanya sehingga menimbulkan pertikaian-pertikaian sengit dari konsesi yang telah di buat.
Pihak Belanda kini mulai menyadari bahwa federalisme tidak selalu merupakan cara pemecahan yang mudah. Pada November 1946, kedudukan mereka di sulawesi selatan benar-benar terancam oleh para pemuda Republik yang kembali dari Jawa. Di Bali sekitar 1.500 pejuang pro Republik dibagi menurut garis pemisahnya seperti di jawa, pada bulan November 1946, kelompok militer yang lebih profesional dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai, namun sebagian besar habis ditumpas pasukan kolonial. Pihak Belanda terus bergerak maju dengan rencana-rencana membentuk negara federal sedapat mungkin. Sebuah negara Indonesia Timur didirikan dalam suatu konferensi di Denpasar (Bali) pada Desember 1946, negara tersebut dinamakan Negara Indonesia Timur (NIT) dan suatu negara terpisah di Kalimantan Barat. Sjahrir memprotes pembentukan kedua negara yang dilakukan secara sepihak tersebut, namun hal itu sia-sia.
|
http://www.detikbuzz.com/ Laskar dengan bambu runcing, medio 1946. Kemerdekaan yang baru diproklamasikan memanggil banyak orang untuk ikut berjuang mempertahankannya. Namun, karena senjata yang tersedia tidak mencukupi, laskar laskar rakyat pun mempersenjatai diri dengan bambu runcing dan melakukan latihan latihan kemiliteran |
Perkembangan-perkembangan tersebut justru memperdalam kecurigaan Republik terhadap pihak Belanda dan ketidak senangan terhadap persetujuan Linggarjati. Dalam rangka memperbesar peluang disetujuinya perjanjian tersebut oleh KNIP, maka dirasa perlu untuk memperbanyak jumlah angota dari 200 menjadi 514 dan membentuk koalisi bernama sayap kiri bulan Desember 1946. Meski demikian pengesahan belum dapat dipastikan. akan tetapi apabila Linggarjati tidak disetujui Soekarno dan Hatta meletakkan jabatan maka KNIP menyetujuinya pada February 1947. Dan perluasan Sayap Kiri mengakibatkan berakhirnya dominasi syahrir. Pada bulan Juni 1947, Amir Syarifuddin dan sebagian besar anggota Sayap Kiri menarik perwakilan Republik di PBB. Pada bulan Juli Amir menjadi perdana menteri tepat menghadapi serangan besar-besaran Belanda yang pertama terhadap Republik.
Sekitar bulan Mei 1947, pihak Belanda sudah memutuskan bahwa mereka harus menyerang Republik secara langsung. Biaya pemeliharaan suatu pasukan bersenjata 100.000 serdadu di Jawa, yang sebagian besar tidak aktif merupakan pemborosan keuangan yang serius yang tidak mungkin dipikul perekonomian Belanda yang hancur karena perang. Apabila dipertahankan Belanda memerlukan komoditi dari Jawa dan Sumatera.
Pada 20 Juli tengah malam, pihak Belanda melancarkan “aksi polisional” mereka yang pertama. Pasukan-pasukan bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki Madura dan Ujung Timur. Gerakan pasukan lebih kecil mengamankan Semarang. Dengan demikian Belanda menguasai semua pelabuhan perairan di Jawa. Di Sumatera, perkebunan di sekitar Medan, instalasi-instalasi minyak dan batubara di Palembang dan daerah padang diamankan. Pasukan Republik bergerak mundur dan dalam kebingungan. Di beberapa daerah terjadi aksi-aksi pembalasan detik terakhir, namun berakhir dengan pembunuhan. Orang Belanda termasuk Van Mook, ingin melanjutkan menguasai Yogyakarta dan membentuk pemerintahan Republik yang lunak. Namun pihak Inggris dan Amerika menggiring Belanda untuk menghentikanya.
|
www.detikbuzz.com
Latihan bela diri siswa sekolah militer dengan menggunakan klewang kayu, Yogyakarta, Desember 1947. Tentara Republik mulai melakukan perekrutan bagi pemuda pemuda yang berminat masuk ke militer. |
PBB kini terlibat langsung dalam konflik tersebut, suatu keterlibatan yang akhirnya akan menyebabkan pihak Belanda dalam posisi diplomatik yang sulit. Pada akhir bulan Juli 1947, pihak Belanda menyadari Bahwa mereka harus menerima himbauan PBB untuk melakukan gencatan senjata, yang kemudian diperintahkan oleh Belanda dan Soekarno pada 4 Agustus. PBB selanjutnya mempersilahkan Sjahrir untuk berbicara atas nama Republik, tetapi tidak bersedia menerima wakil dari daerah yang dikuasai Belanda. Pada Oktober dibentukklah komite jasa-jasa baik PBB yang beranggotakan Amerika, Australia, dan Belgia untuk membantu perundingan Belanda-Republik.
Pada Januari 1948 tercapai persetujuan baru atas kapal USS Renville milik Amerika di pelabuhan Jakarta. Persetujuan ini mengakui gencatan senjata di sepanjang apa yang disebut “Garis Van Mook”. Walaupun persetujuan ini tampak kemenangan besar Belanda, namun Republik yang sangat bijaksana dengan menerima persetujuan ini mendapat dukungan Amerika yang sangat penting. Penghinaan dari aksi “polisional” pertama dan persetujuan Renville yang mengakibatkan jatuhnya pemerintahan Amir Syarifuddin, dari hal ini Sjahrir mengambil kesempatan untuk membuat partai yaitu Partai Sosialis Indonesia.
Sementara itu pihak belanda terus bergerak maju dalam upaya mereka membentuk negara-negara federal di wilayah-wilayah yang telah direbutnya, tetapi hanya memperoleh sedikit keberhasilan karena dukungan yang mereka dapatkan menghilang dengan cepat. Keadaan di dalam Republik di Jawa pada tahun 1948 sangat kacau. Kekuasaan republik secara efektif telah terdesak kewilayah pedalaman Jawa Tengah yang sanagt padat penduduknya dan kekurangan beras, dimana penderitaan semakin meningkat sebagai akibat blokade Belanda dan masuknya sekitar 6 juta pengungsin dan tentara Republik.
Golongan kiri yang berada di luar pemerintahan Republik melalui suatu usaha yang menimbulkan bencana untuk mendapatkan kembali kekuasaan di bawah pimpinan Amir Syarifuddin. Pada Februari 1948, koalisi sayap kiri berganti nama menjadi Front Demokrasi Rakyat dan mencela persetujuan Renville yang sebetulnya dirundingkan sendiri oleh pemerintahan Amir. Front tersebut berusaha membentuk organisasi-organisasi petani dan buruh, dan dimulai pada bulan Mei 1948 terjadilah pemogokan-pemogokan dan kericuhan pada masyarakat Jawa.
|
http://www.detikbuzz.com/
Tiga orang pejuang Republik tertangkap Belanda karena melakukan serangan setelah adanya gencatan senjata pasca Agresi Militer I, Tangerang 1947. Pejuang yang ditengah, adalah eks-KNIL, yang kemudian bergabung dengan TNI dan berpangkat Letnan TNI. Tampak matanya memancarkan api perjuangan. |
Sementara itu, telah terjadi suatu gerakan militer yang genting. Sesuai dengan persetujuan Renville maka Kolonel Nasution memimpin 22.000 prajurit Siliwangi keluar dari wilayah Jawa Barat ke wilayah Jawa Tengah yang dikuasai Republik. Di Jawa Barat masih terdapat gerilyawan Islam militan yang dipimpin oleh seorang Jawa penganut tasawuf bernama S.M Kartosuwirjo. Ketika Divisi Siliwangi bergerak mundur, Kartosuwirjo merasa bahwa Jawa Barat telah ditinggalkan dan diserahkan kepada Belanda oleh pihak Republik. Reaksinya adalah melancarkan apa yang merupakan pemberontakan daerah yang pertama terhadap Republik Indonesia, sambil melanjutkan perjuangan melawan Belanda di Jawa Barat. Gerakan Siliwangi ke Jawa Tengah menimbulkan akibat-akibat di wilayah itu sangat penting artinya bagi pencapaian terakhir kemerdekaan. Nasution dan para pengikutnya, yang sebagian besar orang Sunda, membentuk suatu pasukan yang setia terhadap kepemimpinan Hatta. Segera timbul pertentangan-pertentangan antara mereka dengan satuan-satuan setempat, yang beranggotakan orang Jawa yang cenderung kepada kepemimpinan Soedirman atau Front Demokrasi Rakyat dibawah Amir Syarifuddin.
Pada tanggal 11 Agustus 1948, secara tiba-tiba Musso, pemimpin PKI pada tahun 1920-an, tiba di Yogyakarta dari Uni Soviet. Kecuali untuk suatu kunjungan rahasia pada tahun 1935untuk membentuk organisasi PKI Bawah Tanah, Musso tidak pernah menginjakkan kakinya di Indonesia sejak tahun 1926. Amir dan sebagian besar pemimpin lain Front Demokrasi rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur segera mengakui kekuasaan Musso dan mengumumkan bahwa dirinya telah menjadi anggota PKI bawah-tanah sejak tahun 1935. Saat itu PKI mendorong dilakukanya demonstrasi-demonstrasi dan pemogokkan-pemogokkan oleh kaum buruh dan petani. Kaum tani di Surakarta dan di daerah lainya didorong untuk mengambil alih ladang dari tuan tanah, Masyumi mencela mencela aksi-aksi komunis tersebut. Dan akibat lain dari maraknya ajaran Musso, membahayakan strategi utama diplomasi Republik untuk memperoleh simpati Amerika Serikat. Semua ini menjadi tantangan yang serius berbagai pihak, kemudian Tan Malaka dibebaskan dengan harapan menjaugkan sayap kiri dari Musso, namun semuanya tinggal harapan.
Pada pertengahan bulan September 1948, pertempuran terbuka antara kekuatan-kekuatan bersenjata yang pro-PKI dan pro pemerintah meletus di Surakarta. Pada 17 September, Divisi Siliwangi berhasil memukul mundur para pendukung PKI dari kota tersebut, mereka mundur ke Madiun dan bergabung dengan pro-PKI lainya. Pada 18 September, para pendukung PKI tersebut merebut tempat-tempat yang strategis di daerah Madiun, membunuh tokoh-tokoh pemerintah, dan mengumumkan melalaui radio bahwa suatu pemerintahan Front Nasional yang baru telah terbentuk. Musso, Amir, dan para pemimpin PKI lainya bergegas pergi ke Madiun untuk menangani usaha kudeta yang prematur ini. Dan Soedirman terjepit dalam posisi yang sulit. Pada tanggal 19 September, sekitar 200 orang anggota PKI dan pemimpin-pemimpin golongan kiri lainya yang masih berada di Yogyakarta ditangkap. Malam itu, Soekarno mengecam para pemberontak Madiun melalui radio dan menghimbau bangsa Indonesia untuk bergabung dengan dirinya dan Hatta daripada dengan Musso dan rencana-rencananya membentuk pemerintahan gaya Soviet.
|
www.detikbuzz.com
Pejuang pejuang yang tertawan dalam suatu pertempuran di Malang, medio Juli 1947, diinterogasi terlebih dahulu sebelum akhirnya di eksekusi. |
Pasukan-pasukan pro-pemerintah yang dipelopori oleh Divisi Siliwangi kini bergerak menuju Madiun, dimana terdapat sekita 5.000 sampai 10.000 tentara pro-PKI. Ketika terdesak mundur, para pemberontak mulai membunuh para pejabat pemerintah dan para pemimpin Masyumi dan PNI. Di desa-desa mulai terjadi pembunuhan-pembunuhan menurut garis santri-abangan. Pada tanggal 30 September, kaum pemberontak meninggalkan Madiun dan terus dikejar oleh pasukan-pasukan pro-pemerintah ke wilayah-wilayah pedesaan. Peristiwa Madiun merupakan salah satu titik balik Revolusi yang sangat penting. PKI tidak lagi merupakan ancaman bagi para pemimpin Republik sampai tahun 1950-an, dan untuk selamanya ternoda oleh pengkhianatanya terhadap Revolusi. Golongan kiri pada umumnya tidak dipercaya lagi dan pemimpinya dijebloskan ke penjara atau mati. Dengan lenyapnya kelompok Stalinis, maka kaum komunis nasional yang menganut pemikiran Tan Malaka dan menentang pemberontakan PKI di Madiun bergabung membentuk partai Murba pada Oktober 1948. Mereka kini merupakan kelompok kiri yang utama dikalangan kaum revolusioner. Mungkin yang terpenting ialah bahwa keberhasilan Republik menumpas pemberontakan kaum komunis mengubah simpati samar-samar Amerika yang didasarkan atas sentimen-sentimen anti penjajahan menjadi dukungan diplomatik yang didasarkan pada strategi global.
Sementara Belanda secara sepihak melanjutkan penyelesaian federal mereka, perundingan-perundingan antara mereka dan pihak republik terhenti sama sekali. Sementara itu, pertempuran-pertempuran kecil terus berlangsung di belakang Garis Van Mook dan meningkat ketika Divisi Siliwangi mulai merembes masuk kembali ke Jawa Barat setelah peristiwa Madiun. Pada November-Desember 1948, Belanda memutuskan untuk melancarkan serangan militer terakhir guna menghancurkan Republik. Pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda melancarkan “aksi polisional” mereka yang kedua, yang menimbulkan bencana militer maupun politik bagi mereka walaupun mereka tampak memperoleh kemenagan dengan mudah. Pada 19 Desember 1948 Yogyakarta diduduki, para pemimpin Republik membiarkan diri ditangkap dengan harapan opini dunia akan tersinggung dengan kemenangan militer belanda mnjadi kekalahan diplomatik. Pasukan-pasukan Republik mengundurkan diri ke pedalaman dan melalui perang gerilya secara besar-besaran di kedua sisi Garis Van Mook. Pihak tentara mundur dari Yogyakarta pada 19-20 Desember malam, dengan langkah itu mereka membunuh Amir Syarifuddin dan 50 orang beraliran kiri karena khawatir dibebaskan oleh Belanda.
Dewan keamanan PBB merasa tersinggung sekali, sesuatu yang memang diharapkan oleh pemerintah Republik. Opini Amerika menjadi berang, tanggal 22 Desember Amerika menghentikan pemberian dana bantuan lebih lanjut kepada Belanda, sementara tekanan menghentikan sama sekali bantuan ekonomi kepada belanda semakin meningkat pada kongres Amerika. Pihak Belanda menyadari bahwa kemajuan militer mereka hanya menimbulkan permasalahan melulu. Hanya sedikit sekali orang sipil Indonesia yang bersedia lagi bekerjasama dengan mereka dan operasi-operasi gerilya Indonesia berhasil mengancam banyak posisi Belanda sehingga sebenarnya mereka dalam keadaan terkepung, Belanda juga tidak berhasil mendapat dukungan politik Indonesia.
Belanda menerima himbauan PBB supaya mengadakan gencatan senjata pada tanggal 31 Desember 1948 di Jawa dan tanggal 5 Januari 1949 di Sumatera, tetapi perang gerilya terus berlangsung. Pada 22 Desember Nasution memproklamasikan suatu pemerintahan militer untuk Jawa, ia menggantikan Soedirman karena keadaanya kritis karena penyakit TBC-nya. Satu-satunya politisi sipil utama yang hidup dan bebas adalah Tan Malaka, yang berada di Jawa Timur ketika belanda melancarkan serangan. Dia menghimbau untuk melakukan perlawanan semesta tetapi dia sendiri tidak memiliki banyak pengikut. Pada Februari 1949 saat bersama dengan tentara yang kalah saat bentrokan dengan satuan Republik lainya, Tan Malaka ditangkap dan dibunuh.
PBB dan Amerika mulai bersikap lebih tegas terhadap Belanda. Tekanan ini bersama-sama dengan tekanan militer Republik, akhirnya memaksa Belanda untuk memutuskan upayanya yang terakhir membentuk imperium di Indonesia pada akhir Januari 1949, dewan keamanan PBB menuntut pembebasan kabinet Republik, pembentukan suatu pemerintahan sementara dan penyerahan kedaulatan secara penuh sebelum 1 Januari 1950. Pada tanggal 6 Juli 1949, pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta, yang sudah ditinggalkan oleh pasukan-pasukan Belanda pada akhir bulan Juni. Soedirman dan pimpinan-pimpinan tentara lainya enggan mengakui kekuasaan sipil yang mereka anggap telah meninggalkan Republik. Akan tetapi, pihak militer akhirnya mengakuinya ketika Soekarno mengancam akan mengundurkan diri kalau tidak melakukanya. Suatu konferensi diselenggarakan di Jakarta daN yogyakarta di bulan juli, dan bersepakat tentara Republik akan menjadi inti kekuatan militer bagi Republik Indonesia Serikat (RIS) yang baru dan bahwa Soekarno dan Hatta akan menjadi Presiden dan Wakil negara tersebut.
Pada tanggal 1 Agustus, diumumkanlah gencatan senjata yang akan dimulai berlaku pada tanggal 11 Agustus dan di Sumatera pada tanggal 15 Agustus. Sebelum gencatan senjata dilaksanakan, sedikit-demi sedikit penyerahan kekuasaan Belanda kepada Republik terus terjadi di berbagai daerah.
Dari tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949, Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di Den Haag. Hatta mendominasi pihak Indonesia selama berlangsungnya perundingan-perundingan dan semua mengaguminya. Suatu uni yang longgar antara negeri Belanda dan RIS disepakati dengan ratu Belanda sebagai pimpinan simbolis. Soekarno akan menjadi Presiden RIS dan Hatta sebagai perdana menteri merangkap wakil presiden. Namun banyak orang Indonesia menganggap rencana-rencana tersebut sebagai pembatasan-pembatasan kedaulatan yang tidak adil. Pada tanggal 27 Desember 1949, negeri Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan atas Indonesia, tidak termasuk Papua kepada RIS, sebuah negara federal yang hanya bertahan secara utuh beberapa minggu saja.
Pada 23 Januari 1950, Westerling dan sekitar 800 orang serdadunya merebut tempat-tempat penting di bandung, tetapi komisaris tinggi Belanda dan komandan garnisun Belanda yang masih berada di Bandung mendesaknya supaya mundur pada hari itu juga. Hari berikutnya diketahui Westerling masih melakukan perencanaan untuk menyerang pokok penting pemerintahan, namun hal tersebut dapat dipukul mundur. Pada Februari Westerling meninggalkan Indonesia dengan jalan menyamar. Ditangkapnya beberapa pemimpin pasundan karena dicurigai terlibat dalam komplotan Westerling mendorong parlemen negara bagian tersebut meminta, pada tanggal 27 Januari 1950 agar Pasundan dibubarkan. Sampai akhir bulan Maret, sebagian besar negara federal yang kecil telah mengikuti contoh ini dengan membubarkan diri dan bergabung dengan Republik. Oposisi yang terbesar terhadap gerakan persatuan tersebut berasal dari negara-negara Sumatera Timur dan Indonesia Timur. Setelah melalui serangan-serangan yang hebat dari Bulan Juli samapi November, perlawanan-perlawanan tersebut tidak bertahan lagi dan ikut bergabung dengan Republik.
[9]
F. Hasil dari Perang Kemerdekaan
Setelah melaksanakan perjuangan yang begitu rumit dan melelahkan, akhirnya pada saat peringatan hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan yang kelima pada tanggal 17 Agustus 1950, semua struktur konstitusional semasa tahun-tahun Revolusi secara resmi dihapuskan. Republik Indonesia Serikat, dengan Republik Indonesia sebagai unsur didalamnya, dengan Republik Indonesia Timur serta Indonesia Timur digantikan oleh Republik Indonesia yang baru yang memiliki konstitusi kesatuan, dan Jakarta dipilih sebagai Ibu Kota negara baru ini.
Revolusi politik usai sudah. Masih tetap ada banyak persoalan, tetapi tahun-tahun Revolusi tampaknya memecahkan beberapa masalah. Cukup alasan untuk berpendapat bahwa Indonesia tidak akan menjadi negara Federal, negara Islam, atau negara komunis, ataupun terutama sekali suatu jajahan Belanda. Akan tetapi, tahun-tahun yang akan datang akan menunjukkan bahwa hal-hal itu tidak sama pastinya dengan yang terlihat pada tahun 1950. Juga, tidaklah jelas apa implikasi dari kemerdekaan terhadap banyak masalah sosial, agama, kemasyarakatan, kesukuan, kebudayaan, dan ekonomi yang masih tetap ada. Masih terdapat masalah-masalah dasar yang pada masa kolonialisme, perang dan Revokusi belum pernah dihadapi bangsa Indonesia karena tidak adanya waktu atau kesempatan.
[10]
Perang kemerdekaan adalah suatu wujud manifestasi konflik yang dilakukan secara fisik maupun non fisik dengan saling bertikai, bertempur, dan menyerang dengan tujuan untuk mendapatkan atau memperebutkan suatu kekuasaan dengan keadaan bebas dan independen.
|
Pejuang TNI sedang melakukan latihan militer di Subang, 1949. Tampak seragam masih belum menggunakan standard issue, begitu juga senjatanya, masih belum seragam. Di tengah keterbatasan, hanya semangat juang yang membuat mereka melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. |
Keadaan Indonesia sebelum terjadinya perang kemerdekaan adalah sedang menikmati manisnya suasana kemerdekaan yang selama ini diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintahan Indonesia yang awam, masih sibuk dengan mempersiapakan kelengakapan yang diperlukan oleh suatu negara yang merdeka.
Hal yang melatar belakangi terjadinya perang kemerdekaan adalah suasana kemerdekaan yang terancam akibat kekalahan jepang sebelum Perang Dunia Berakhir, yang mengharuskan negara dalam kekuasaan jepang yang dulunya dijajah harus dikembalikan kepada pihak kolonial yang menajajah asalkan mampu mengalahkan Jepang. Hal ini mengakibatkan Belanda berhasrat kembali menguasai Indonesia dengan mgembawa bala bantuan dari serkutu, dari dari posisi yang terancam inilah rakyat Indonesia melaksanakan perang demi memenangkan kemerdekaan yang seutuhnya.
Tujuan dari dari perang kemerdekaan ini adalah mengupayakan penetapan kemerdekaan yang sebenarnya dan seutuhnya untuk bangsa Indonesia. Sehingga tidak ada namanya penjajan diatas bumi Indonesia, dan Indonesia hanyalah untuk bangsa Indonesia.
Selama sekitar empat tahun, beberapa peristiwa berdarah terjadi secara sporadis. Selain itu terdapat pula pertikaian politik serta dua intervensi internasional. Dalam peristiwa ini pasukan Belanda hanya mampu menguasai kota-kota besar di pulau
Jawa dan
Sumatera, namun gagal mengambil alih kendali di desa dan daerah pinggiran. Karena sengitnya perlawanan bersenjata serta perjuangan diplomatik, Belanda berhasil dibuat tertekan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Setelah melaksanakan perjuangan yang begitu rumit dan melelahkan, akhirnya pada saat peringatan hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan yang kelima pada tanggal 17 Agustus 1950, semua struktur konstitusional semasa tahun-tahun Revolusi secara resmi dihapuskan. Republik Indonesia Serikat, dengan Republik Indonesia sebagai unsur didalamnya, dengan Republik Indonesia Timur serta Indonesia Timur digantikan oleh Republik Indonesia yang baru yang memiliki konstitusi kesatuan, dan Jakarta dipilih sebagai Ibu Kota negara baru ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Poesponegoro, Marwati Djoened., Notosusanto, Nugroho. 2010.Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta : Balai Pustaka.
[5]Poesponegoro, Marwati Djoened., Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia VI. (Jakarta : Balai Pustaka, 2010), h. 149-157.
[9]Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, . 2005), h. 428-467.
[10]Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, h. 468.