Racik-Meracik Ilmu,- Mengamati napak tilas perjalanan sejarah umat Islam sejak zaman Rasulullah saw. hingga hari ini, dapat ditarik benang merah bahwa kepala naga Yahudi yang pada saat tertentu menyembunyikan diri dan pada saat yang lain menampakkan diri sedikit demi sedikit, maka hari ini telah kembali menunjukkan kepalanya sambil menyemburkan bisa-nya yang sangat beracun ke seluruh penjuru dunia.
|
id.wikipedia.org |
Racun Yahudi tersebut telah ada jauh sebelum Konferensi I di Bazil bulan Agustus 1897, juga telah ada jauh sebelum Rabae Leiva (1520-1659) yang menyerukan berdirinya Negara Yahudi di tanah Palestina. Justru ancaman Yahudi telah muncul sejak terbitnya fajar Islam empat belas abad yang lalu, bahkan telah muncul sejak zaman Nabi Isa as., mereka mendustakannya dan berusaha membunuhnya, kira-kira dua ribu tahun yang silam. Bahkan sebelumnya lagi -pada zaman Nabi Musa as.- sejarah mencatat adanya perkumpulan rahasia orang-orang Yahudi. Maka pada tahun 1717, setelah ribuan tahun, perkumpulan itu muncul dengan nama ‘free masonry’ yaitu suatu perkumpulan yang bertujuan menghancurkan agama-agama, lalu pemeluknya diperbudak untuk kepentingan Yahudi sendiri.
[1]
Dalam banyak kajian, zionisme dianggap sebagai biang keladi yang paling kerok. Dalam wawancara Yasser Arafat (alm.) dengan sebuah majalah -- seperti yang dikutip dan ditulis oleh Amien Rais--, menyatakan bahwa yang paling ditentang oleh PLO (pada masa pemerintahannya) bukanlah Israel, akan tetapi Zionisme yang berada di belakang Israel.
[2] Dan menerangkan bahwa impian zionisme yang menakutkan pihak Arab adalah dua garis biru di bagian atas dan bawah bendera Israel yang melambangkan sungai-sungai Eufrat di Irak dan Nil di Mesir. Aspirasi ekspansionis Zionisme ini mendambakan wilayah Israel yang membentang di antara dua sungai tersebut.
[3]
Pandangan Yasser Arafat ini merupakan pendapat umum para pemimpin dan pemikir Arab, dan bukan tanpa alasan. Sejak Theodor Herzl (1860-1904M) menulis buku Der Judenstaat (Negara Yahudi) tahun 1895, tokoh-tokoh Yahudi melakukan serangkaian kongres dunia untuk mereasasikan cita-cita Zionis. Dan sebagai salah satu bapak Zionisme, Herzl meyakinkan bangsa Yahudi bahwa mereka punya hak penuh untuk mendirikan suatu negara.
[4]
Gerakan Zionisme dan pembentukan Negara Israel ini telah menjadi problem dunia, dari dulu hingga hari ini. Dengan banyaknya generasi kaum Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia, khususnya di Eropa hingga di Amerika. Pada awalnya ide gerakan Zionisme ini masih tersembunyi di dalam jiwa orang-orang Yahudi fanatis, yang oleh karena kefanatikannya berusaha untuk menghidupkan negeri di mana mereka hidup, dengan alasan keagamaan yang dipimpin oleh pemuka-pemuka Yahudi. Dengan berjalannya waktu mereka membentuk kelompok-kelompok rahasia yang tidak boleh dihadiri kecuali orang Yahudi fanatis. Hal ini berlangsung hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang kemudian berubah menjadi gerakan politis.
[5]
Berangkat dari pemaparan di atas maka setidaknya ada dua masalah utama yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu : (1) Bagaimana sejarah perkembangan zionisme dan (2) Bagaimana proses berdirinya negara Israel.?
|
www.eramuslim.com |
A. Pengertian Zionisme
Mengemukakan pengertian istilah “Sahyu'niyah” atau Zionisme secara tepat, diakui agak sulit oleh Abd al-Wahhab Mohammad al-Masiri'
[6], hal yang sama juga dialami oleh Ahmad Sa’ddudin ‘Ali al-Bassa-ti.
[7] Al-Masiri beralasan bahwa yang tersebar dalam kamus Barat kata zionisme berarti cita-cita zionis, bukan bermakna fenomena zionisme, misalnya sebagai gerakan untuk mengembalikan kaum Yahudi ke negeri nenek moyangnya sebagaimana yang dijanjikan. Terdapat perbedaan antara makna harapan Zionis dan realitas Zionis, demikian pula rencana pendudukan kolonis.
Lain halnya al-Bassa>ti>, meski mengakui bahwa asal kata Sahyu-n adalah nama sebuah gunung/bukit. Namun dia mengemukakan dua pengertian dari Zionisme. Pengertian pertama yang bermakna umum yaitu gerakan politik yang berlandaskan pemikiran zionis yang terambil dari aqidah kitab Taurat dan Talmud, dan kehidupannya yang terkait dengan pemikiran Yahudi dengan ikatan keagamaan dan golongan. Dan yang kedua bermakna khusus yaitu kepercayaan akan pentingnya membentuk masyarakat Yahudi yang memiliki pemerintahan sendiri di tanah Palestina dan merealisasikan cita-cita kaum Yahudi untuk kembali ke tanah sucinya (al-ard} al-muqaddasah).
[8] Al-Bassa>ti> juga menambahkan, bahkan ada pengertian yang ketiga yaitu gerakan Yahudi yang berusaha dengan segala cara guna mengembalikan masa keemasan bani Israil dan membangun kembali haykal Sulaeman yang berada di masjid al-Aqs}a serta menguasai dunia dengan pemerintahan yang berpusat di Quds yang diperintah oleh raja Yahudi yaitu al-masih al-muntazar. Dan pengertian terakhir, meski agak jauh makna dari pengertian sebelumnya, yaitu mengembalikan ide kebangsaan Yahudi yang berdasarkan sipil sekuler seperti halnya yang diterapkan pada bangsa-bangsa di Eropa.
[9]
Sedangkan kata Zionisme sendiri berasal dari akar kata zion atau sion
[10]. Kata ini digunakan pada awal sejarah bangsa Yahudi yang merupakan sinonim dari perkataan Yerussalem. Arti dari istilah tersebut adalah bukit/gunung yaitu bukit suci Yerussalem yang juga simbol dari konsep teokrasi Yahudi, zion atau sion juga berarti bukit suci yang terletak di bagian selatan Bait al-Maqdis.
[11] Atau salah satu bukit yang terletak di sebelah Timur dari dua buah bukit dalam wilayah Yerussalem kuno, ibukota kerajaan Israel pada masa kekuasaan kerajaan Daud (king David). Dan di bukit ini juga didirikan sebuah bangunan suci yaitu Haikal Sulaiman (Solomon Temple).
[12] Sahyuni (Zionis) menurut kaum Yahudi berarti tanah yang dijanjikan, yaitu tanah suci (holy land) yang diperuntukkan bagi mereka. Zion juga dinisbatkan sebagai julukan bagi kota Yerussalem sebagai “kota rahasia”, kota Allah atau kota tempat tinggal Yahweh.
[13]
Sementara kata zion/sion dalam kitab perjanjian lama disebutkan sebanyak 152 kali dan kesemuanya menunjuk pada kota Yerussalem. Kata zion sendiri menurut para sejarawan merupakan nama sebuah bukit yang diceritakan dalam kitab perjanjian lama. Misalnya dalam kitab Mazmur 137 disebutkan (terjemahan bahasa Arabnya):
على أنهار بابل هناك جلسنا ، بكينا أيضا عند ما تذكرنا صهيون...
[14]
“Di tepi sungai-sungai Babilonia, di sana kami duduk., sambil menangis, ketika kami teringat bukit zion”.
Selanjutnya istilah Zionisme atau Zionist movement secara utuh dibawa ke dalam agenda dunia di akhir-akhir abad ke XIX dan dipopulerkan oleh Theodor Herzl, sang bapak Yahudi dunia di Wina Austria tahun 1897. Baik Herzl maupun rekan-rekannya adalah orang-orang yang memiliki keyakinan agama yang sangat lemah, jika tidak ada sama sekali. Mereka melihat keyahudian sebagai sebuah nama ras, bukan sebuah masyarakat beriman. Mereka mengusulkan agar orang-orang Yahudi menjadi sebuah ras terpisah dari bangsa Eropa, yang mustahil bagi mereka untuk hidup bersama, dan bahwa penting artinya bagi mereka untuk membangun tanah air mereka sendiri. Mereka tidak mengandalkan pemikiran keagamaan ketika memutuskan tanah air manakah itu seharusnya. Theodor Herzl, suatu kali memikirkan Uganda, dan ini lalu dikenal sebagai Uganda Plan. Sang Zionis kemudian memutuskan Palestina. Alasannya adalah Palestina dianggap sebagai "tanah air bersejarah bagi orang-orang Yahudi", dibandingkan segala kepentingan keagamaan apa pun yang dimilikinya untuk mereka.
Selain itu istilah Zionisme digunakan untuk menyebutkan komunitas Yahudi penganut Yudaisme yang mengharapkan datangnya seorang mesias (juru selamat) Sang mesias ini akan membawa mereka pada kerajaan Allah yang akan dipusatkan di tempat terjadinya kisah-kisah yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.
[15] Dari istilah inilah kemudian nama Zionisme sabagai sebuah gerakan politik bangsa Yahudi diambil.
B. Sejarah Perkembangan Zionisme
Menurut catatan al-Masiri, bahwa gerakan Zionisme dimulai dengan hadirnya Yahudi itu sendiri, khususnya setelah penghancuran haykal. Hal ini disebabkan dua faktor yaitu faktor positif dan negatif. Faktor negatif yaitu adanya fenomena permusuhan, pembunuhan, dan tekanan-tekanan yang dialami etnis Yahudi di setiap waktu dan tempat. Faktor positifnya, hasrat mereka yang kuat untuk kembali ke Palestina sebagai tanah air, tanah nenek moyang, tanah yang dijanjikan, karena mereka merasa terasing di luar.
[16]
Dalam sejarah perkembangan Zionisme, ini berawal dari tawanan kaum Yahudi di Babilonia. Saat Nebukhadnezar dari Babilonia menyerang kerajaan Yahuza pada tahun 587 SM., dan menahan 50 ribu kaum Yahudi lalu dibawa ke Babilonia (Irak sekarang). Di sana mereka dapat beradaptasi dengan penduduk setempat, membangun masyarakat baru, dan tidak fanatik dengan keyahudiannya. Sebagian mereka mengajak untuk memeluk agama Yahudi, kawin mawin dan menjalankan aktifitas ekonomi.
[17] Sebagian lagi tetap pada keyahudiannya, tidak bergaul dengan penduduk Babilonia, juga tidak kawin mawin. Mereka tetap merindukan untuk kembali ke bukit sion/zion di Palestina.
[18]
Dari sini dapat dikatakan bahwa gerakan Zionisme ini memiliki akar historis dan ideologis pada gerakan-gerakan politik maupun keagamaan Yahudi yang pernah ada sebelumnya. Misalnya gerakan Makkabi ( حركة المكابيين ), gerakan Bar Kakhuya ( حركة بار كوخيا ), gerakan Moses al-Kreti (Karaites), gerakan David Rabin, dan gerakan politik lainnya semasa hidup berdiaspora di berbagai negara di dunia.
[19]
Dalam perjalanan waktu, hasrat bangsa Yahudi yang berserakan di berbagai pelosok dunia (Yahudi diaspora) untuk kembali ke Palestina melahirkan dua aliran Zionis. Zionisme politik dan Zionisme kultural atau spiritual. Hingga hari ini pertarungan antara keduanya berakhir dengan kemenangan zionisme politik, meski demikian pendukung zionisme spiritual masih sering memunculkan suaranya.
Para penggagas zionis politik di antaranya adalah Theodor Herlz, Moshe Lilienblum, Leo Pinsker, Yabotinsky, Chaim Weizmann, Menachem Begin, Moshe Dayyan dan Yitzhak Samir. Mereka ini melontarkan gagasannya melalui buku dan media lainnya, meski di antara mereka acap kali terjadi perbedaan pendapat, akan tetapi juga memiliki persamaan yang prinsipil yaitu;
- Wilayah Palestina harus direbut dari tangan orang-orang Arab, yang sudah menghuninya sejak ribuan tahun. Dengan cara bahwa sebelum Negara Israel berdiri harus memperoleh tanah seluas mungkin di Palestina.
- Penduduk Arab Palestina harus diusir dari tanah airnya. Sensus di Inggris mencatat pada tahun 1922 terdapat 660,641 orang Arab Palestina dan 83,790 orang Yahudi di Palestina. Untuk membaliknya, dilancarkan Yahudinisasi Palestina dan imigrasi besar-besaran oleh kaum zionis.
- Teror sistemik adalah cara yang paling efektif untuk menyebarkan kepanikan di kalangan bangsa Palestina. Para tokoh zionis, sejak sebelum Israel berdiri sampai sekarang sangat memahami fungsi terror sebagai cara paling mudah dan murah untuk menghabisi nyali bangsa Palestina. Dengan disertai mitos ‘Yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan.[20]
Menurut Amien Rais, bahwa sikap dan pikiran ekstrem ini ditentang oleh kaum Zionis kultural atau spiritual. Tokoh-tokohnya di antaranya; Ahad Ha-am, Judas Magnes, Martin Buber, Hans Kohl. Mereka berpandangan bahwa, ada isu moral sangat mendasar yang menyangkut eksistensi bangsa Palestina, tanah air mereka sendiri. Sangat tidak bermoral bila kaum Yahudi mendesak dan mengusir bangsa Palestina dari tanah airnya. Dan bila zionisme menekankan hak historis bangsa Yahudi untuk kembali ke Palestina, bangsa Arab Palestina pun punya hak historis yang harus dihormati.
[21]
Dalam pengamatan Ahmad Taufiq,
[22] sebelum lahirnya gerakan Zionisme modern, ide tentang Zion sudah cukup kuat mengakar dalam kehidupan masyarakat Yahudi, khususnya kalangan Ashkhenazi (Yahudi Eropa). Di antara gerakan Zionis pra-Kongres Basel yang secara umum disebut sebagai proto-Zionisme, yang terpenting ialah Hovevei-Zion, Hibbat-Zion, dan Poalei-Zion. Semua gerakan Zionisme tersebut sering juga dikenal sebagai gerakan utopia, dan baru setelah Kongres I di Basel, gerakan Zionisme menemukan jati dirinya sebagai gerakan politik yang mempunyai program jelas.
Pada awalnya, Theodore Herzl ingin menggelar Kongres di Muenchen, Jerman. Namun ia mendapat tantangan keras dari kalangan pemuka agama Yahudi setempat dan kelompok pro asimilasionis yang khawatir Kongres Zionis dan kegiatan yang terkait dengannya hanya akan meningkatkan rasa kebencian masyarakat Jerman terhadap mereka. Oleh karenanya, Herzl terpaksa memindahkan tempat kongres di kota kecil Bazel yang terletak di wilayah Swiss tapi masih berbatasan dengan Jerman. Kongres dibuka pada Ahad pagi tanggal 29 Agustus 1897 dengan mengambil tempat di gedung Kasino milik pemerintah kotapraja Basel. Sungguh aneh sekalipun agama Yahudi mengharamkan perjudian, pelaksanaan kongres yang memperjuangkan kembalinya mereka ke tanah leluhur itu dilakukan di tempat judi. Ini bisa dimaklumi karena sebenarnya Theodore Herzl penggagas dan aktor utama kebangkitan Zionisme adalah seorang sekuler.
Persiapan kongres dilakukan dengan matang dan rapi. Beberapa bulan sebelumnya Herzl sibuk melobi ke berbagai tokoh Yahudi di London, Paris, Polandia, Rusia, dan lain-lain tempat agar bisa mengirimkan wakilnya atau datang sendiri. Meski demikian, hanya sekelompok kecil yang berani ke Basel. Israel Zangwill, adalah sedikit dari intelektual terkemuka yang memberanikan diri hadir di kongres. Kongres tersebut dihadiri antara 200 sampai 250 wanita dan pria yang datang dari 24 negara. Jumlah yang tampak tidak pasti ini karena beberapa delegasi khususnya yang datang dari Rusia meminta agar namanya tidak dicantumkan secara resmi. Dengan kata lain mereka datang secara ilegal. Beberapa delegasi tidak mau repot dengan mendaftar secara resmi karena mereka mungkin tidak menyadari sedang menghadiri kongres yang sangat bersejarah. Sebab, lima puluh tahun kemudian cita-cita mendirikan negara Israel berhasil diwujudkan dengan mengusir dan merampas tanah dari bangsa Palestina.
Dalam pandangan Roger Garaudy, zionisme adalah gerakan politik (al-siyasiyah), nasionalisme (al-qaumiyah) dan penjajahan (isti’mariyah). Inilah tiga hal yang menjadi dasar kejelasan dari politik zionisme pada Kongres Bazil 1897, hingga Theodor Herlz memprokmirkan Negara Yahudi.
[23]
Dengan demikian, sebenarnya gerakan zionisme ini muncul disebabkan oleh hak politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama mereka ditindas sehingga memaksa mereka untuk hidup diaspora di berbagai Negara. Kondisi ini menyedihkan dan memunculkan kesadaran baru bagi mereka yang hidup berbagai Negara tersebut untuk mengakhiri penderitaannya untuk kembali tanah nenek moyang mereka yaitu Palestina.
Dalam catatan sejarah, penindasan yang dialami kaum Yahudi di belahan dunia. Misalnya di Jerman, pada Agustus 1410 M Raja Robecht mengeluarkan keputusan pengusiran seluruh kaum Yahudi, bahkan pada tahun 1473M majelis kota Nuberg mengajukan tuntutan kepada Kaisar Frederick III agar orang Yahudi diusir dari seluruh kota, hingga mencapai puncaknya pada pemerintahan Adolt Hitler (1933-1945). Pada masanya dilancarkan politik anti Yahudi, sehingga kaum Yahudi menjadi sasaran penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan karena mereka dituduh berkonspirasi untuk menghancurkan Jerman.
[24]
Hal yang sama mereka rasakan di Inggris, Rusia, Portugal, Italia, Austria dan negara lainnya dan berlangsung terus hingga munculnya Theodor Herlz.
[25] Dialah yang mempopulerkan zionisme yang merupakan sebuah gerakan kaum Yahudi yang didasarkan pandangan akan eksistensi Yahudi sebuah bangsa yang utuh sekaligus sebagai bangsa yang terpilih di antara bangsa-bangsa lain di dunia.
Menurut Sa’ad al-Din S}aleh, bahwa gerakan zionisme secara resmi muncul pada tahun 1882, berawal dari Rusia setelah terbunuhnya Kaisar Rusia Iskandar II tahun 1881 dan kaum Yahudi yang tertuduh sebagai pembunuhnya. Hal inilah yang membuat kaum Yahudi terusir dan berimigrasi ke Eropa barat dan Amerika.
[26] Dan kondisi inilah yang membuat Theodor Herlz berusaha mengumpulkan kaum Yahudi sehingga mereka mengadakan konggres.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Konggres (muktamar) pertama dilaksanakan di kota Bazil Swiss pada tanggal 29 Agustus 1897. Pada konggres tersebut Herlz terpilih sebagai ketua gerakan Zionisme, dan terbentuklah komisi kerja yang disebut al-Waka>lah al-Yahu>diyah (Agen Yahudi), di antara keputusan penting yang dihasilkan dari konggres I ini sebagai berikut;
- Memotivasi/mempropaganda penjajahan/kolonialisasi Yahudi ke negeri Palestina dengan cara yang tertata dan terorganisir dengan baik.
- Mengatur gerakan Zionisme dan menyatukan lembaga-lembaga yang tersebar di penjuru dunia.
- Membangun kesadaran bangsa Yahudi
- Melaksanakan langkah-langkah persiapan pembentukan pemerintahan untuk tercapainya tujuan gerakan zionisme.[27]
Menurut al-Bassati keempat keputusan ini adalah keputusan yang bersifat terang-terangan. Sedangkan putusan yang sifatnya rahasia, tercantum dalam ‘the protocols of the meeting of the elders of zion’.
[28] Yaitu Zionisme sebagai sebuah gerakan di awalnya setidaknya mengalami empat fase penting. Perkembangan pertama dideklarasikan secara informal di Rusia, yang disebut dengan Russian Jewish Movement. Pada perkembangan kedua, gerakan zionis mulai terorganisasi secara formal dan berpusat di Rumania (Rumanian Jewish Movement). Perkembangan ketiga mengalami masa kebangkitan sehubungan dengan dukungan dari ratu Inggris yang terpusat di London dengan nama baru Zionist Movement. Perkembangan keempat adalah masa pengakuan dunia terhadap Israel yang berpusat di Amerika Serikat. Perkembangan pertama dan kedua menginginkan berdirinya Negara Yahudi di Argentina, Uganda, atau Ethiopia. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, zionisme bertujuan mendirikan Negara Yahudi di Palestina yang merupakan tanah tumpah darah leluhur bangsa Israel yang kemudian dikenal dengan istilah erset Israel atau tanah Israel.
[29]
Sejak selesainya konggres ini, Herlz mulai bekerja dan berhasil menggalang para pengusaha dan cendekiawan, bahkan agen mata-mata di seluruh penjuru dunia. Yaitu dengan membuka Bank Nasional Zionis pada tahun 1901, membuka kantor pusat di Yafa tahun 1907, memberi tanah-tanah milik Arab Palestina, membangun kota di Tel Aviv tahun 1909 dan membangun lahan-lahan pertanian tahun 1909.
[30] Bahkan berusaha membujuk Sultan Abdul Hamid yang pada saat itu sebagai Khalifah –pada masa kekhalifaannya, Palestina dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman (Khilafah Usmaniyah) di Turki-. Dengan memanfaatkan keramahtamahan dan kedamaian serta sifat toleransi yang dimiliki Islam, Herlz berusaha menemui Sultan Abdul Hamid untuk meminta persetujuannya agar orang Yahudi bisa tinggal menetap di tanah Palestina. Permintaan Herlz ditolak oleh Sultan, meski dua kali dia menemuinya dan menawarkan harta melimpah sebagai bayarannya.
[31]
Khalifah menjawab penolakannya secara tegas dengan mengatakan;
“
Saya tidak akan melepaskan Palestina meski sejengkal, sebab tanah itu bukan milik saya namun milik umat saya, mereka dapatkan dengan perjuangan dan tetesan darah. Simpanlah uang kalian. Bila khilafah hancur dan musnah suatu hari, sesungguhnya kalian bisa mengambilnya tanpa sepeserpun uang yang kalian bayarkan untuk tanah itu. Namun selagi hayat masih dikandung badan lalu kalian tusukkan pisau di jasad saya, sesungguhnya itu lebih mudah bagi saya, daripada saya harus menyaksikan Palestina terlepas dari khilafah Islamiyah. Dan saya yakin ini takkan pernah terjadi selama saya masih hidup, sebab saya tak mampu menahan sakitnya badan saya dikoyak-koyak sedang saya masih bernafas.”
[32]
|
agunkzscreamo.blogspot.com |
Sejak itulah Yahudi dan Freemasonry (kebatinan bebas) berkonspirasi menghancurkan khilafah dan mendirikan Negara Yahudi di Palestina. Saat Inggris menaklukkan Palestina 1917, jenderal Inggris Edmund Allenby berkata : “Baru sekarang Perang Salib selesai.” Lalu terjadi Deklarasi Balfour, 1917, kemudian berdirilah negara Yahudi rasis di Palestina.
Herlz lalu kembali ke Inggris dan bertemu Joseph Chamberlain dan ia menawarkan daerah Uganda sebagai daerah swatantra Yahudi tetapi usulan tersebut ditolak oleh aktivis Zionis tahun 1905 pada kongres ketujuh. Setelah itu Herlz pergi ke Rusia untuk memohon pada Tsar Rusia agar membantu Zionis memindahkan orang-orang Yahudi Rusia ke Tanah Israel.
[33]
Dalam menganalisis perkembangan zionisme, paling tidak ada tiga faktor yang dapat dikemukakan; Pertama, faktor teologis yaitu; klaim teologis bangsa Yahudi atas tanah Palestina sebagai tanah yang dijanjikan buat mereka. Setelah peristiwa eksodus bangsa Israel dari Mesir, selama 40 tahun mereka menjadi bangsa pengembara yang hidup terlunta-lunta di semenanjung Sinai. Akhirnya Allah memberikan mereka tanah Kan’an yang pada saat itu telah dihuni oleh bangsa Palestina. Berdasarkan klaim tersebut, mereka merasa berhak sebagai pemilik dan penguasa tanah Palestina. Zionisme sebagai sebuah gerakan politik Yahudi dibentuk sebagai upaya untuk merebut kembali tanah Palestina sebagai tanah yang dijanjikan buat mereka. Kedua, faktor sosio-historis, sekitar abad X SM, bangsa Israel pernah mengalami kejayaan di bawah kekuasaan Nabi Daud dan Sulaiman, kejayaan ini diceritakan dalam kitab suci baik Bibel maupun Alquran. Namun, sepeninggal Nabi Sulaiman, terjadi perpecahan internal yang menyebabkan bangsa Israel terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Israel di utara dan kerajaan Yehuda di selatan. Kemudian pada tahun 738 SM, kerajaan Asyiria menyerang kerajaan Israel dan tahun 606 SM Nebukadnezar dari Babilonia menyerang kerajaan Yehuda. Di sinilah awal masa pembantaian dan diaspora bangsa Israel oleh bangsa-bangsa penakluknya. Ketiga adalah faktor politis, diaspora yang dialami oleh bangsa Yahudi ke berbagai negara dan belahan dunia yang membuat mereka nyaris kehilangan identitas kebangsaan membutuhkan sebuah gerakan yang dapat membangkitkan kembali semangat nasionalisme Yahudi. Pembentukan zionisme merupakan upaya peneguhan eksistensi Yahudi sebagai sebuah bangsa.
[34]
Pada perkembangan selanjutnya, zionisme semakin sering diperkenalkan dalam berbagai aktifitas Yahudi hingga hari ini. Bahkan buku-buku yang mengkaji khusus tentang zionisme semakin banyak dan laku di pasaran. Zionisme juga telah semakin gencar menyebarkan pengaruh besar pada apa yang terjadi di dunia. Dengan memanfaatkan sentimen romantisme, zionis dapat menarik hati kaum Kristiani dengan keyakinan akan bangkitnya kembali ajaran al-masih di tanah Yerusalem. Di samping itu, saat ini zionisme dengan organisasi intelegennya seperti Free Masonry dan Rotary Club menjadi sebuah gerakan yang cukup berpengaruh pada jalannya politik dunia.
C. Sejarah berdirinya Negara Israel
Secara politis bahwa proses pendirian negara Israel di tanah Palestina, saat Inggris memberikan dukungan terhadap gerakan zionisme ketika terjadi Perang Dunia I (1914-1919). Ketika Inggris terlibat dalam perang melawan Jerman dan bekerjasama dengan zionisme. Inggris menjanjikan tanah Palestina bagi gerakan Zionisme sehingga terjadi konspirasi internasional untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina. Saat Perang Dunia akan berakhir dan tanda-tanda kemenangan Inggris telah nampak, maka usaha lobi kepada pemerintah Inggris semakin intens dilakukan. Para pemimpin zionis mendesak pemerintah Inggris untuk mendukung deklarasi zionisme untuk mendirikan negara Israel.
[35]
Lobi Yahudi ini menghasilkan deklarasi Balfour pada 2 Nopember 1917 yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour, yang ditujukan kepada pemimpin komunitas Yahudi Inggris, Lord Rothschild. Isi dari deklarasi tersebut adalah pengakuan Inggris akan hak-hak Yahudi yang bersejarah di Palestina, dan Inggris juga diminta untuk menyediakan fasilitas guna terbentuknya satu wilayah yang bersifat nasional bagi bangsa Yahudi.
[36] Meski pengakuan internasional tersebut baru diterapkan tiga tahun kemudian saat Perang Dunia I berakhir, yaitu dengan penyerahan mandat oleh Liga Bangsa-bangsa (sekarang PBB) untuk menyerahkan Palestina kepada Inggris agar Inggris menerapkan janjinya kepada bangsa Yahudi.
[37]
Berikut adalah isi surat dari Arthur James Balfour yang berada di belakang perjanjian tersebut;
Lord Rothschild yang terhormat;
“Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda, atas nama Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet. Pemerintahan Sri Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini. Karena jelas dipahami, bahwa tidak ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara-negara lainnya. Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh Federasi Zionis.”
Tertanda
Menurut al-Bassa>ti> bahwa, yang menjadi pondasi penting berdirinya negara Israel di Palestina ini adalah adanya kesepakatan Sykes-Picot tahun 1916 antara pemerintah Inggris dan Perancis. Di antara isi kesepakatannya adalah penetapan bahwa Palestina sebagai wilayah internasional. Lalu Deklarasi Balfour 1917 yang menjanjikan sebuah negara Yahudi di tanah Palestina bagi gerakan Zionisme, deklarasi inilah yang menjadi peletak dasar terjadinya konflik antara Arab dengan bangsa Yahudi.
Setelah dideklarasikan Balfour 1917, maka pada tanggal 8 Desember 1918 Jendral Allenby merebut Palestina dari Khilafah Turki Utsmani. Setahun kemudian, secara resmi mandat atas Palestina diberikan kepada Inggris oleh LBB. Pada tahun 29 Nopember 1947, PBB dengan sewenang-wenang membagi dua wilayah Palestina, yaitu tanah Arab (Palestina) dan Yahudi (Israel). Tahun 1948 menjadi tahun bersejarah bagi Yahudi karena merupakan tahun deklarasi pembentukan Israel. Tepat hari berakhirnya mandat dan penarikan pasukan Inggris dari Palestina dideklarasikan pendirian negara Israel, 14 Mei 1948. Chaim Weizmann terpilih sebagai Presiden sedangkan David Ben Gurion sebagai Perdana Menteri.
[39]
Selanjutnya, berkat jasa Inggris, AS, dan PBB negara Israel akhirnya terbentuk, pada tanggal 14 Februari 1949 dibentuk kneset (majelis) sebagai sebuah parlemen yang para anggotanya dipilih oleh rakyat. Israel rupanya tidak puas dengan keputusan Resolusi No. 181 yang memberikan mereka jatah 56% wilayah, sedikit demi sedikit pencaplokan dan pendudukan atas wilayah Palestina hingga perluasan pembangunan pemukiman Yahudi terus dilakukan demi melanggengkan cita-cita mereka untuk sepenuhnya menguasai tanah yang mereka yakini sebagai tanah yang dijanjikan tersebut.
Menurut Marsa Atha>illah, proklamasi negara Israel ini membuka babakan baru dalam sejarah dunia dan Timur-Tengah khususnya, yaitu permusuhan dan konflik yang semakin massif antara Israel dan negara-negara Arab, serta dunia Islam pada umumnya. Dengan berdirinya negara Israel tersebut, ambisi zionisme untuk menguasai tanah yang dijanjikan telah terwujud. Maka langkah berikutnya adalah menjadi negara terkuat di kawasan Timur Tengah dengan berusaha menghancurkan negara Arab yang dianggap berbahaya bagi keamanan dan eksistensi negara Israel.
[40]
Kesimpulan
- Istilah zionisme berasal dari kata zion, yang bermakna nama sebuah bukit. Yaitu bukit batu bangunan istana yang didirikan oleh Nabi Sulaiman di kota al-Quds,Yerusalem. Kata zionis selanjutnya dipergunakan sebagai nama suatu ideology yang diikuti oleh bangsa Yahudi di seluruh dunia bahwa bangsa Yahudi akan mendirikan negara Israel Raya dengan ibukotanya al-Quds, Yerusalem.
- Pada perkembangannya, zionisme adalah gerakan politik Yahudi sekuler. Gerakan ini dilatarbelakangi oleh adanya klaim sepihak yang dilakukan oleh Yahudi atas Palestina seperti yang tercantum dalam kitab Talmud. Sebagai sebuah agama, bangsa dan keturunan, kaum Yahudi telah ada sejak berabad-abad lalu. Bahkan sejak zaman Nabi Musa as. Adapun Zionisme sebagai gerakan politik adalah fenomena baru yang lahir pada masa imperialism dan kolonialisme Barat.
- Negara Israel berdiri pada 14 Mei 1948, setelah hampir dua ribu tahun bangsa Yahudi berada dalam diaspora. Yang pada awalnya atas ide Theodor Herzl dengan menggalang kekuatan dengan melaksanakan konggres internasional Yahudi pertama di Bazil Swiss Tahun 1897.
Dengan demikian apa yang dilakukan gerakan Zionisme terhadap bangsa Palestina merupakan praktik kolonialis yang sangat nyata. Pertama, sejarah ditulis ulang, yakni Palestina sebelum berdirinya Israel adalah wilayah tanpa bangsa untuk bangsa yang tidak mempunyai tanah air (A land without a people for people without a land). Kedua, bangsa Palestina yang menjadi korban dikesankan sebagai bangsa biadab yang jadi penjahat. Ketiga, tanah Palestina hanya bisa makmur setelah kaum Zionis berimigrasi ke sana.
Dengan berdirinya negara Israel, Yerusalem dan tanah Palestina tampaknya akan semakin panas. Gerakan zionisme yang semula dimaksudkan sebagai pemecahan terhadap masalah Yahudi di Eropa, ternyata menimbulkan masalah yang baru yakni persoalan Palestina yang sampai sekarang tidak pernah selesai.
‘Ala Kulli hal, hari ini bangsa Palestina, bangsa Arab dan kaum muslimin harus bersatu dan berusaha mengembalikan martabat dan kesucian al-Quds sebagai kiblat ketiga. Entah dengan jihad fisibilillah (perang fisik) atau dengan jihad lain berupa harta, tenaga, fikiran misalnya Indonesia dapat membangun rumah sakit di kota Gaza. Dan jalan terakhir adalah do’a, do’a adalah senjata yang paling ampuh.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Aqqa>d, ‘Abba>s Mahmu>d. Al-Sahyu>niyah al-‘Ala>miyah (Mesir: Da>r al-Ma’a>rif, 2001)
Atha>allah, Marsa. Israi>l fi> Qafasi al-Ittiham (Mesir: Maktabah al-Usrah, 2001), h. 145-155.
Al-Bassa>ti>, Ah}mad Sa’duddin ‘Ali, Al-Sahyu>niyah bayna al-Mad{i wa al-Ha>dir (Cet. I; Mesir: Da>r al-Tiba’a>h al-Muhammadiyah, 1989)
Garaudy, Roger. Les Mythes Fondateurs de la Politique Israélienne (Al-Asa>tir al-Muassasah li al-Siya>sah al-Isra>’i>liyah) Terj. Tim Penerjemah Da>r al-Gad al-‘Arabi> (Cet.I; Kairo: Da>r al-Gad al-‘Arabi>, 1996)
Al-Masiri,> Abd al-Wahha>b Mohammad, Mausu>’ah al-Yahu>d wa al-Yahu>diyah wa al-Sahyu>niyah; Namu>zaj Tafsiri> Jadi>d (Cet.I; Mesir: Da>r al-Syuru>q,1999)
Rais, Amien. Timur Tengah dan Krisis Teluk; Sebuah Analisa Kritis (Surabaya: CV. Amarpress, 1990)
Rasyid, Daud. Islam dalam Berbagai Dimensi (Cet.I; Jakarta: Gema Insani Press, 1998)
Shaleh, Sa’ad al-Din. Al-‘Aqidah al-Yahudiyah wa Khataraha ‘ala al-Insaniyah (Cet.III; Kairo: Maktabah al-Tabi’in, 2001)
Syalabi>, Ahmad. Muqa>ranah al-Adya>n; Al-Yahu>diyah (Cet.VIII; Mesir: Maktabah al-Nahdah al-Misriyah, 1988)
Nama Yahudi digunakan dalam empat nama yaitu Ibrani (Ibriyin), Israel (Israiliyin), Yahudi dan Sahyuni (zionis). Ibrani berarti orang yang menyeberang, karena mereka selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Israel bermakna hamba Allah, yang dinisbatkan kepada Nabi Ya’qub as. Kata Yahudi dinisbatkan kepada Yahudza, salah seorang anak nabi Ya’qub. Dalam al-Qur’an, istilah Yahudi dan Israel
[1] Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi (Cet.I; Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 246.
[2] Ada ungkapan yang menyatakan, tidak semua orang Yahudi adalah zionis, karena ditemukan sebagian orang Yahudi di Eropa tidak menganut ide ini, hal ini disebabkan ketidaksetujuannya menyakiti orang non Yahudi. Namun hal ini juga tidak berarti bahwa yang menetap di Palestina bukan zionis, justru semua orang Yahudi yang tinggal di tanah pendudukan dianggap sebagai zionis.
[3] Amien Rais, Timur Tengah dan Krisis Teluk; Sebuah Analisa Kritis (Surabaya: CV. Amarpress, 1990), h. 9.
[5] Ah}mad Sa’duddin ‘Ali al-Bassa>ti, Al-Sahyu>niyah bayna al-Mad{i wa al-Ha>dir (Cet. I; Mesir: Da>r al-Tiba’a>h al-Muhammadiyah, 1989), h. 3-4
[6] Abd al-Wahha>b Mohammad al-Masiri> (selanjutnya al-Masiri>), Mausu>’ah al-Yahu>d wa al-Yahu>diyah wa al-Sahyu>niyah; Namu>zaj Tafsiri> Jadi>d (Cet.I; Mesir: Da>r al-Syuru>q,1999), h. 13.
[7] Ahmad Sa’duddin ‘Ali al-Bassa>ti>, op. cit., h. 88.
[11]Peristilahan ini khusus bagi sekelompok kaum Yahudi saja, tidak menurut pandangan umum bagi semua orang Yahudi, karena pandangan di kalangan mereka sendiri beragam. Lihat Sa’ad al-Din Shaleh, Al-‘Aqidah al-Yahudiyah wa Khataraha ‘ala al-Insaniyah (Cet.III; Kairo: Maktabah al-Tabi’in, 2001), h. 42
[14] Ahmad Sa’duddin ‘Ali al-Bassa>ti>, op. cit., h. 74.
[15] Abd al-Wahha>b Mohammad al-Masiri>, op. cit., h. 14
[17] Ahmad Sa’duddin ‘Ali al-Bassa>ti>, op.cit., h. 70
[20] Amien Rais, op. cit., h. 10-11.
[23] Roger Garaudy, Les Mythes Fondateurs de la Politique Israélienne (Al-Asa>tir al-Muassasah li al-Siya>sah al-Isra>’i>liyah) Terj. Tim Penerjemah Da>r al-Gad al-‘Arabi> (Cet.I; Kairo: Da>r al-Gad al-‘Arabi>, 1996), h. 18-20.
[24] Ah}mad Sa’duddin ‘Ali al-Bassa>ti>, op.cit., h. 98 -107.
[25] Theodor Herlz lahir di Budapest tahun 1860, belajar di Wina Austria tahun 1878, sebagai jurnalis kawakan dan penulis drama dengan karyanya the Ghetto. Dia wafat tahun 1904 sebelum sempat menyaksikan hasil konspirasinya.
[26] Sa’ad al-Din S}aleh, op. cit., h. 90
[27] Ibid., h. 92-93. Bandingkan dengan ‘Abba>s Mahmu>d al-Aqqa>d, Al-Sahyu>niyah al-‘Ala>miyah (Mesir: Da>r al-Ma’a>rif, 2001), h. 24. Lihat juga al-Bassa>ti>, op.cit. h. 119. Dokumen protokol tersebut sudah lama menjadi kitab suci Zionisme Internasional dan dipahami sebagai sumber inspirasi kaum Yahudi untuk menata dunia. Protokol ini berisi 24 pasal (24 (protokol). Mengenai pembahasan protokol ini dapat juga dilihat Ahmad Syalabi>, Muqa>ranah al-Adya>n; Al-Yahu>diyah (Cet.VIII; Mesir: Maktabah al-Nahdah al-Misriyah, 1988), h. 272-286.
[28] Lihat al-Bassa>ti>, op.cit. h. 119.
[30] Lihat al-Bassa>ti>, op.cit. h. 176.
[31] Ibid., h. 95. Pertemuan pertama pada bulan Mei 1901 dan yang kedua pada Agustus 1902
[32] Sa’ad al-Din S}aleh, op. cit., h. 97-100. Pada tahun 1905 Yahudi berkonspirasi untuk membunuh Sultan Abdul Hamid saat menunaikan shalat Jum’at, korban berjatuhan saat senjata ditembakkan, tetapi Sultan selamat dari peristiwa tersebut. Namun siasat Yahudi tidak berhenti hingga kekhalifaan jatuh ke tangan Kamal Attaturk (Laknatullah alaih).
[35] Lihat al-Bassa>ti>, op. cit. h. 177
[40] Marsa Atha>allah, Israi>l fi> Qafasi al-Ittiham (Mesir: Maktabah al-Usrah, 2001), h. 145-155.