Oleh
Kiki Erwinda
Yusri Bahjar
Runtuhnya kekaisaran Han diikuti oleh suatu zaman perpecahan yang berlangsung lama, dari tahun 220 sampai tahun 589 M. Dalam masa ini Cina Utara, pusat kebudayaan Cina, berada di bawah dominasi para penyerbu yang terdiri dari bangsa-bangsa “barbar”. Dalam masa itu Budhisme menjadi kekuatan yang secara perlahn-lahan merembes ke dalam pemikiran dan hidup bangsa Cina. Masa awal zaman ini merupakan zaman besar kedua pemikiran kreatif di Cina. Pemikiran pada masa itu beredar secara mendalam dan imajinatif di sekitar persoalan manusia, masyarakat dan kosmos. Hal ini tercermin dalam berbagai tulisan sejarah yang lebih sadar diri dan kritis. Historografi mulai memperoleh kebebasan. Liu Hsieh (465-522M) menulis sebuah buku besar kesusastraan. Sebagian dari buku itu membahas pula pelbagai masalah historiografi yaitu: pentingnya prinsip-prinsip umum, batasan-batasan untuk memilih hal-hal yang khusus, ukuran yang mempercayai materi, serta persoalan mengenai keobyektifan prasangka. Dalam masa dominasi Budhisme ini, otonomi tradisi kesejahan Cina sangatlah kuat. Budhisme hanya berpengaruh sangat kecil terhadapkesejarahan cina. Para sejarawan Budhis menulis karya-karya mereka setelah melihat kepada model sekuler.
Cina bersatu lagi di bawah dinasti besar T’ang (618-906). Zaman ini terkenal sebagai masa keemasan keseniaan dan kesusastraan. Untuk pertama kalinya sejarah bahan baku dalam kurikulum ujian negara. Seorang pejabat negara terkenal bernama Tu Yu (735-812)M berusaha membebaskan dari catatan-catatan dinasti dan menulis T’ung Tien. Karya ini berbentuk ensiklopedi dan bisa dianggap sebagai sejarah institusional cina yang pertama. Pada masa awal T’ang diadakan perluasan atas aparat-aparat birokrasi yang bertugas untuk mencatat peristiwa-peristiwa, memproses dokumen, memelihara arsip, dan menulis sejarah. Dalam menyusun sejarah dinasti, komisi-komisi kekaisaran menggantikan para pengarang perseorangan.
Pada abad-abad selanjutnya, hal ini membantu perkembangan suatu tradisi kuat impirisme sejarah dan kesarjanaan yang kritis. Penulisan-penulisan sejarah para neo-confucianis pada masa Sung (990-1279) memperlihatkan suatu kecermatan baru dalam menulis sejarah, kecenderungan untuk menggunakan sumber-sumber tak resmi dan usaha keras untuk menerangkan secara rasional yang dikombinasikan dengan kepercayaan tebal akan kekuatan moral. Barangkali sejarawan besar masa ini adalah Ssu Ma- Kuang (1019-1086). Karyanya yang berjudul Tzu-Chih T’ung Chien merupakan sejarah cina dari tahun 403SM -959M diatur dalam bentuk tahunan. Pengarang mengetengahkan suatu karya besar dan bervariasi, melampirkan hal-hal yang diragukan (k’ao-i) dan menjadikannya jelas.
A. Pandangan orang cina tentang sejarah
Istilah shih (sejarah) dalam teminologi cina memiliki macam-macam arti. Dalam menulis tentang masa lalu, ada seseorang (biasanya atas dasar pengangkatan resmi) yang mencatat berbagai peristiwa. Di masa lebih kuno istilah ini berarti pula astrolog (peramal nasib berdasarkan peredaran bintang-bintang) dan astronom (ahli bintang). Istilah “ sejarah” pada kita hanya punya satu macam arti yaitu masa lalu. Konsepsi cina mengenai sejarah ditentukan oleh unsur-unsur tertentu dalam pandangan orang cina mengenai dunia. Salah satu dari padanya adalah etnosentrisme yang barasal dari isolasi kebudayaan cina.
Sejarah terutama berhubungan dengan (kerajaan di tengah) yaitu bangsa-bangsa (barbar) mereka adalah manusia yang harus dipencilkan, “disucikan” atau dibudayakan menurut kebudayaan cina. Oleh karena cina hanya punya pengetahuan sedikit tentang kebudayaan besar lain, maka tidak ada jejak-jejak mengenai sejarah bandingan seperti yang bisa kita dapatkan pada Ibn Khaldun.
Unsur kedua adalah holisme, pandangan bahwa manusia dan kejadian-kejadian alam saling berkaitan secara menyeluruh gejala-gejala kepincangan pada suatu sistem diartikan sabagai tanda-tanda tidak berfungsinya sistem yang lain terutama dalam buku-buku sejarah yang ditulis sekitar tahu seribu, perhatian utama dicurahkan pada bencana alam, isyarat bahwa sesuatu yang besar atau penting akan terjadi dan lain-lain yang semacam. Walau pun demikian, kekuatan untuk terjadinya keseimbangan atau kepincangan semuanya bersumber pada tindakan manusia yang lain adalah sebab akibat rasional sekuler yang lama2lama jadi dominan. Ketiga adalah pandanga bahwa sejarah merupakan tanggung jawab yang berasal dari masa keemasan. Para raja bijaksana di zaman dahulu telah menyusun dan memimpin sistem yang ideal. Pada masa-masa berikutnya, orang makin jauh dari sistem tersebut. Perubahan akan disambut baik apabila ia menjanjikan untuk kembali yang kuno keideal tersebut ini memberi kesan arkhaik pada sejarah cina, bahkan dalam masa-masa timbulnya berbagai penemuan baru.
Unsur yang keempat adalah konsep siklus dalam sejarah politik. Pemerintahan, seperti halnya manusia, punya masa-masa dilahirkan, pemuda, dewasa, tua, dan kematian. Kebiasaan berfikir yang menghubungakan manusia dengan gejala-gejala alam (holisme) membawa para sejarawan untuk melihat gejala sama dari tahap-tahap siklus dalam semua lingkungan kebudayaan, misalnya kesusastraan, kesenian, ethos desa, dan adat kebiasaan golongan elit. Kebiasaan untuk memberi tanggal pada peristiwa-peristiwa menurut dinasti dan nama zaman (nien-hao) memperkuat konsep perubahan politik sebagai suatu kekuatan yang dominan dalam siklus perubahan.
Hal yang kelima adalah pandangan bahwa ada suatu dinamika moral dalam berbagai kegiatan manusia. Peristiwa ini telah diletakkan secara khusus oleh orang-orang bijaksana confucianis. Sejarah, apabila ditulis dengan layak, akan meletakkan prinsif itu pada rangkaian kejadian dan pada hidup perbadi seseorang. Kenyakinan ini membawa kecenderungan untuk memberi warna moral pada semua permintaan sebab akibat. Dan mengurangi biografi hanya sampai pada teladan atau contoh-contoh peringatan yang stereotip.
B. Bidang dan Tujuan Historiografi
Sejak zaman dahulu pemeliharaan catatan dan penulisan sejarah merupakan fungsi resmi. Setiapa dinasti memiliki kantor sejarah. Badan ini mempekerjakan para pejabat yang telah di didik dalam suatu kurikulum baku dan telah lulus ujian negara. Pengalam para pejabat itu sebagian besar terdiri dari hal-hal dalam bidang sejarah. Ini berarti: menyelidiki gaya dan isi catatan- catatan kuno mengingat rangkaian peristiwa sejarah, penggunaan khiasan dan teladan sejarah dan komunikasi yang sangat resmi, dan menguasai kasu-kasus sejarah pada perdebatan mengenai pengambilan kebijaksanaan. Dengan demikian sejarah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam mendidik kehidupan para pejabat negara. Ini berarti bahwa sebagian besar pejabat, pada suatu saat dalam karirnya dapat dipekerjakan pada sebuah kantor sejarah. Disana mereka diberi tugas untuk mencatat kejadian sahari-hari atau melakukan konpilasi atas catatan-catatan dari apa yang telah terjadi. Sejak masa dinasti T’ang (618-906) dan seterusnya para pejabat tinggi ditugaskan untuk mengetahui atau duduk dalam komisi-komisi yang bertugas mengumpulkan dan menyusun kajadian-kejadian penting. Semua kompilasi sejarah dipersembahkan kepada istana untuk disetujui. Para sejarawan tak resmi biasanya dari golongan pejabat. Dalam menyusun sejarah mereka bersandar sebagian besar kepada sumber-sumber resmi. Kadang-kadang atas pertimbangan politik, para sejarawan partikelir itu mempersembahkan karya-karya mereka kepada kaisar untuk mendapat restu.
Dengan demikian, semua sejarawan dari segala lapisan terlibat secara mendalam dengan kehidupan golongan pejabat negara itu. Mereka pun merasa terikat dengan keinginan kelas pejabat negara pada umumnya. Keinginan golongan ini antara lain berupa memelihara stabilitas dan ketenteraman dengan cara dijalankannya pemerintahan dan ditegakkannya pengawasan soaial, memelihara kekolotan confucianis, memelihara etika-etika dasar confucianis dalam masyarakat serta menjungjung tinggi ukuran yang sangat luhur dalam kesusastraan dan keseniaan, dan perlindungan kedudukan golongan literati dan gentri dari ancaman kaisar yang otokratis atau golongan yang haus akan kekuasaan.
Tujuan diatas disertai dengan pandangan dunia yang telah dibicarakan, menentukan ruang lingkup penulisan sejarah cina. Pendambaan yang sangat kuat akan ketertiban menyebabkan pemusatan perhatian sangat besar terhadap sejarah politik dan pelajaran mengenai stabilitas dan perubahan yang dapat ditarik dari situ. Bersamaan dengan itu, sejarah pranata dilihat dari ibu kota dan dari kecamata resmi. Jadi misalnya bagian “ekonomi” dari sejarah-sejarah dinasti dipusatkan kepada fungsi reguler pemerintahan. Bagian-bagian “geografi” berhubungan dengan apa yang sekarang kita namakan geografi administratif. Biografi kurang ada hubungannya dengan karakter individual dan lebih banyak menceritakan tentang pos-pos kepegawaian dan peranan sosialnya. Biografi biasaanya di kelompokkan manurut peranan sosial atau menurut suatu ukuran moral tertentu dan subyek-subyeknya menjadi contoh misalnya “materi yang setia”, “ahli kesusastraan”, “wanita berbudi”, “ pejabat yang tegas”, “mereka yang setia terhadap ppemerintah atau kaisar”.
Hanya sedikit perhatian yang diberikan kepada kelompok-kelompok yang berlawanan dengan kelompok literati, misalnya tokoh-tokoh militer, pedagang, orang kasim, wanita kesayangan kaisar, dan anggota keluarga permaisuri. Ketiga kelompok terakhir hanya disebut apabila mereka dianggap sebagai biang keladi kelemahan atau keruntuhan suatu dinasti.
Ada kecenderungan bahwa agama-agama murtad mendapat sedikit perhatian. Walaupun selam lebih dari 500 tahun (350-850) budhisme telah berakar dalam kebudayaan cina dan telah jadi kekuatan utama dalam pemekiran selama beberapa abad setelah itu, ia jarang disebut-sebut dalam sejarah resmi. Hanya ada satu
Bagian dalam sejarah resmi yang membahas budhisme dan tacisme. Pembicaraan tentang agama dan kemurtadan-kemurtadan biasanya sangat merendahkan dan menekankan kepada hal-hal yang tak layak. Pemberontakan-pemberontakan yang gagal sedikit mendapat perhatian dan apabila diuraikan, itu tak lebih dari pembicaraan mengenai tindakan-tindakan yang diambil untuk menindasnya. Kehidupan biasa dan kehidupan sehari-hari jarang dibicarakan secara terperinci, kecuali biasanya apabila ada bencana alam yang telah menimbulkan persoalan dalam cara mengatasinya. Atau suatu gerakan subversi terjadi di kalangan kaum tani yang tertindas.
Gambaran menyeluruh yang ada pada sejarah resmi dan yang disusun secara resmi berkecenderungan untuk memperkecil pertentangan, perbedaan kebudayaan antara satu daerah dengan daerah lainnya, pertentangan pendapat dan gejala-gejala lain yang dianggap oleh pandangan moderen barat justru paling penting dalam perkembangan kebudayaan cina. Akan tetapi kelemahan ini di imbangi dengan sifat yang sangat menyeluruh. Akan diperlukan 45 juta kata inggris untuk menerjemahkan 25 sejarah dinasti. Catatan-catatan sejarah yang sudah ada sejak abad ke 6 atau ke 7 masehi dapat diperiksa dan di bandingkan atau dilengkapi dengan sumber-sumber lengkap yang berasal dari penerbitan resmi atau pun perseorangan. Misalnya saja: catatan harian, catatan mengenai hal-hal yang khusus (memoar), kumpulan karangan, esai, syair, koleksi dokumen kuno, catatan perjalanan, dan aneka ragam sumber lainnya. Catatan-catatan kuno yang masih awet dan terhindar dari kemusnahan, terutama yang ditemukan di Tun- huang, melengkapi kita dengan bahan-bahan baku sejarah sebagai tambahan untuk di cocokkan dengan sejarah resmi, shih-lu atau “ catatan-catatan otentik” mengenai dua dinasti terakhir yang telah diawetkan memberi gambaran kepada kita mengenai catatan sehari-hari kerajaan dan pemerintahan dari tahun 1368 sampai 1912. Jadi, dengan menggunakan catatan-catatan yang beraneka ragam itu para sejarawan moderen akan dapat menyusun kembali bagian-bagian yang pokok dari masa lalu cina.
C. Metode sejarah
Metode yang dilakukan oleh para sejarawan cina dapat dibagi dua kelompok. Yang pertama adalah metode pencatatan kejadian-kejadian kontemporer. Yang lain adalah metode kompilasi berdasarkan urutan waktu dari catatan-catatan diatas. Para sejarawan istana mendapat tugas untuk setiap hari menulis segala peristiwa di istana, misalnya audensi, upacara, asul-usul yang diajukan kepada kaisar, keputusan kaisar, dan singkatan dari laporan- laporan berbagai daerah diluar ibu kota. Para tak resmi biasanya mencatat peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Perjalanan, kehidupan keluarga atau kawan-kawan dekatnya. menjalankan kewajiban untuk mencatat, terutama oleh para sejarawan resmi merupakan suatu tugas yang khidmat, karena seorang sejarawan mempunyai tugas moral untuk mencatat dengan tepat apa yang terjadi tanpa takut atau pun karena ia menyukainya. Banyak contoh-contoh sejarawan yang memilih mati secara heroik daripada mengubah catatan yang berlainan dengan keadaan sesungguhnya.
Macam kedua adalah metode pengumpulan dan penyusunan (komplikasi). Dari masa ke masa para sejarawan istana mengedit dan mengambil intisari catatan sehari-hari serta menyusunnya berdasarkan urutan waktu. Kemudian mereka memasukkannya ke dalam periode dinasti (kuo-shih) ataupun ke dalam suatu pemerintahan (shih-lu). Catatan-catatan ini menjadi dasar untuk penyusunan bagian “daftar tahunan” (pen-chi) dari sejarah dinasti yang akan ditulis oleh para sejarawan pada masa pemerintahan dinasti berikutnya. Catatan kronologi dalam sejarah dinasti-dinasti itu lengkapi dengan macam-macam biografi yang berasal dari catatan- catatan resmi maupun tidak, dan dengan bagian-bagian terpisah yang disusun dari dokumen-dokumen resmi mengenai masalah tertentu. Misalnya: putusan kaisar tentang administrasi judikatif, upacara, masalah ekonomi, perdagangan, dan lain-lain. Prosedur penyusunannya berupa pemilihan beberapa bagian catatan secara integral serta menyusunnya dengan menambah kata ataupun kalimat perantara, biasanya dalam suatu kerangka kerja atau kronologis. Dengan demikian, sejarah-sejarah resmi merupakan hasil susunan, bukan dikarang dari materi-materi yang “segar”. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar historiografi juga disusun semacam ini.
Dalam keseluruhan proses pencatatan dan penyusunan, si sejarawan dibatasi oleh macam-macam sikap dan kebiasaan yang sebagian besar berasal dari masa lalu. Pandangan dunia dan minat golongan elit cina membatasi pandangan si sejarawan. Moralitas confucianis juga jadi dasar pemikirannya dan membatasi pilhannya. Tambahan lagi dari sikap orang cina yang sangat menghormati kata-kata tertulis berarti bahwa ia memperlakukan dokumen dari masa lalu dengan hati-hati dan dengan penuh pertimbangan. Ia tidak akan merubah dokumen-dokumen itu walau sedikitpun. Apabila ada dua versi yang berlainan mengenai suatu peristiwa, maka ia akan memilih versi yang sesuai dengan bahan-bahan yang lain yang dipakainya serta menyisipkan secara integral ke dalam tulisannya. Pembicaraan mengenai perbedaan yang ada pada bukti-bukti muncul agak lambat dalam historiografi Cina. Kalau pun ada, maka hal itu ditempatkan pada bagian terpisah dari sejarah atau dimasukkan ke dalam suatu karya terpisah.
D. Modernisasi Historiografi
Sejak tahun 1949 dasar-dasar persoalan dan hasil penelitian sejarah telah diletakkan oleh pemerintah dan partai dengan berlandaskan kepada doktrin-doktrin Marxisme-Leninisme-Stalinisme dan Macisme. Sejarawan telah diperintahkan untuk mencatat, membuktikan dan bukan untuk menyelusuri atau mengajukan pertanyaan. Periode panjang sejak 770 SM telah ditetapkan sebagai masa “feodal” . ini merupakan suatu tahap yang harus ada dalam evolusi masyarakat menurut Marx. Satu-satunya hal yg di titik beratkan dalam periode panjang ini adalah penelitian tentang pemberontakan petani. Seperti dikatakan oleh Mao Tse Tung pun telah menentukan studi mengenai “benih-benih kapitalisme”, karena ia berpendapat bahwa Cina dengan sendirinya akan berkembang dari “feodalisme-kapitalisme” andai kata penyerbuan yang dilakukan oleh imperialisme asing tidak terjadi. Diskusi tentang tesis ini telah mengakibatkan polemik dan penerbitan dokumen-dokumen sejarah penting serta monograf-monograf yang berguna sejarah modern dari tahun 1840-1919 M dikuhuskan sebagai masa feodal dan masa kolonial. Banyak usaha dijalankan untuk mengdokumentasikan agresi imperialis dan memperiorisasikan masa ini ke dalam term-term”kontradiksinya” perubahan dalam cara berproduksi dan lain-lain. Pemusatan perhatian kepada faktor-faktto umum yang menentukan dalam Marxisme dengan cara membuang masa lalu Cina yang punya ciri tersendiri telah menimbulkan konflik nasionalisme RRC. Akhi-akhir ini ada usaha untuk menyelidiki kembali tokoh-tokohmenjadi kunci dalam sejarah daripada membatasi diri pada pemberontakan petani dan kekuatan-kekuatan sosial yang tidak manusiawi. Ini paling tidak merupakan suatu langkah kearah pembentukan kembali sejarah cina yang tersendiri. Pada umumnya, alasan-alasan dokmatik telah mengakjibatkan studi sejarah sejak tahun 1949 di Cina jadi steril, ditahun 1957 seorang sejarawan terkenal dari Peking malah mengatakan bahwa mereka telah membawa historiografi ke tepi kematian.
Di Taiwan, pemerintah membentuk kembali academia simica denga lembaga sejarah dan filologi yang sudah ada sejak dulu, dan lembaga sejarah modern yang merupakan badan baru. Unversitas nasional Taiewan mempunyai fakultas sejarah seperti juga perguruan tinggi lainnya di pulau itu. Banyak koleksi buku yang jarang di dapat, bahan-bahan arkeologis, arsip pemerintahan, dan karya seni di angkut dari daratan. Telah banyak publikasi yang dikeluarkan secara tetap mengenai koleksi dokumenter, terutama mengenai sejarah abad ke 19 dan permulaan abad ke 20. Beberapa terbitan berseri terdahulu dari academia sinica dicetak kembali, dan terbitan yang berupa monograf-monograf sejarah cukup banyak. Akan tetapi, masyarakat sejarah di Taiwan sangat kecil dan terbatas. Para sejarawan sangat peka terhadap suasana keterasingan dan udara pembatasan yang dilakukan pemerintah di sekeliling mereka. Tidaklah mengherankan apabila tak ada karya besar semacam perpaduan (sintesis) dan interpretasi muncul di Taiwan.
Masa ini merupakan salah satu titik terendah dalam sejarah panjang historiografi cina. Dalam pada itu, para sarjana di jepang, Eropa, dan Amerika banyak di antaranya kelahiran Cina berada dalam kedudukan untuk mendorong suatu suasana kebebasan yang menuju pengertian baru masa lalu Cina.
0 komentar:
Post a Comment