Tidak sampai
dua abad dari kalahiran Islam, panji Islam telah berkibar diantara pegunungan
Pyrenia dan Himalaya, antaran padang pasir ditengah Asia sampai kepadang pasir
didua benua Afrika. Hasil gemilang ini bersumber dari beberapa factor antara
lain watak orang-orang Arab sendiri, hakekat ajaran Nabi Muhammad saw., dan
keadaan umum di timur pada saat lahirnya Islam.
Sebahagian ahli
sejarah menyatakan bahwa Islam menyebar kesaantero jagat raya karena akibat
dari ekspansi besar-besaran dan berkelanjutan yang digulirkan sejak zaman
khalifah Umar Bin Khattab.[1]
Kegiatan ekspansi ini terus berlanjut sampai pada masa dinasti bani Umayyah dan
Abbasiah yang terus memperluas wilayah kekuasaan, khususnya pada masa dinasti
Umayyah yang mempunyai ambisi untuk memantapkan dirinya menjadi sebuah negara
adikuasa dengan menguasai jalur-jalur perdagangan strategis di Eropa, Asia,
Afrika dan sekitarnya seperti Afrika Utara, Andalusia dan sebagainya. [2]
Beberapa daerah
yang dikuasai oleh Dinasti Uamyyah tersebut, merupakan daerah pusat-pusat
kebudayaan. Demikian juga dengan di daerah-daerah sebelah Barat yang dikuasai
oleh Islam seperti Spanyol dan Sisilia mengalami perkembangan yang amat pesat.
Bahkan Sisilia juga dikanal sebagai daerah yang berada dikawasan laut Adriatik
yang selama kurang lebih 350 tahun mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan
merupaan salah satu pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang sudah maju pada saat itu.
A.
Masuknya Islam
di Sisilia
Sisilia adalah
sebuah pulau di laut tengan, letaknya berada di sebelah selatan semenanjung
Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Pulau ini bentuknya menyerupai segitiga
dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah
timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah
kawasan laut Mediterranian, sebelah utara berbatasan dengan laut Tyrhenian dan
sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian.[3]
Pulau Sisilia bergunung gunung dan sangat indah, iklimnya yang baik, tanahnya
subur, dan penuh dengan kekayaan alamnya.[4]
Pulau ini di bagi menjadi tiga bagian: Val di Mazara di sebelah barat, Val di
Noto di sebelah tenggara dan Val Demone di bagian timur laut. Islam hanya
menjadi agama resmi di Val di Mazara sedangkan di bagian yang lainnya mayoritas
beragama kristen.[5]
Sebelum
dikuasai Islam, Penguasaan pulau ini berpindah-pindah dalam beberapa abad mulai
dari Yunani, Cartage, Romawi, Vandals, dan Byzantium, kemudian dikuasai oleh
kaum Muslimin.[6]
Usaha untuk menjadikan Sisilia sebagai wilayah Islam telah dimulai sejak Khalifah
Usman bin Affan dengan mengirim gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 652
M. Pada waktu Muawiyah menjadi khalifah, ia juga menyerang pulau Sisilia pada
tahun 667 M. Pada zaman Abd Malik dan Al-Walid bin Abd Malik juga dilakukan
serangan. Gubernur Afrika Utara Musa bin Nuhair setelah berhasil menguasai
Andalusia juga menyerang Sisilia di bawah pimpinan anaknya Abdullah.[7]
Islam eksis di Sisilia pada tahun 827 M, ketika salah seorang
khalifah Dinasti Aglab[8]
yakni Ziyadatullah I[9]
memulai proyek besar mencari kawasan baru untuk dijadikan tujuan
ekspansi/perluasan wilayah Islam.
Penaklukan atas Sisilia sebenarnya dilatar belakangi oleh adanya
konplik intern penguasa Romawi, Kaisar Romawi memerintahkan gubernur Sicilia,
Constantin untuk menangkap Euphenius seorang komandan tentara Bizantium di
Sicilia. Perintah penangkapan tersebut disambut oleh pasukan Euphenius,
pertempuran tak terelakkan ketika terdesak, Euphenius minta bantuan kepada
Ziyadatullah dan menawarkan kekuasaan atas Sicilia, tawaran itu diterima oleh
Ziyadatullah.
Pada tahun 827 (212 H), Ziyadatullah memerintahkan orang
kepercayaannya Asad bin Al Furat untuk melaksanakan penyerbuan. Ekspedisi yang
berlangsung dua tahun dan memakan korban. Dua komandan tersebut, mampu
menguasai dan kota Massara dan Alineo di Timur. Pada tahun 831 (216 H) Palermo
pun dapat dikuasai. Sehingga pasukan Aglabi terus dapat mengokohkan
kedudukannya di Sicilia, terutama bagian barat (Val di Massara), tetapi
ibukotanya sendiri. Castrogiovanni (dulunya Syiracuse) baru dapat diduduki pada
tahun 859 M (245 H). Kegembiraan pasukan Aghlab ini, juga ditandai dengan
pengiriman rampasan perang kepada khalifah di Baghdad, al Mutawakkil (w. 861
M/247 H). Pada tahun 902 M/289 H) pulau Sisilia berhasil secara penuh dikuasai.[10]
Selanjutnya Sisilia berada di bawah pemerintahan muslim dengan Palerno sebagai ibukotanya. Sisilia berada di
bawah kekuasan Islam oleh pemerintahan Aghlabiyah dan kemudian di bawah
gubernur-gubernur Fatimiah sampai penaklukan oleh orang-orang Norman pada abad
ke Sebelas.
Gubernur-gubernur Fatimiah sendiri, sangat terterik khususnya untuk
menguasai Sisilia karena alasan politik dan ekonomi. Mereka ingin mendirikan
negara besar laut tengah dan merencanakan untuk membuat Sisilia sebagai
pangkalan angkatan bersenjata (laut), agar supaya bias menagkis
serangan-serangan Bizantium di pantai–pantai Afrika dan berhasil mewujudkan
ambisi-ambisi mereka di Afrika utara dan Mesir. Dari sudut pandang ekonomi,
mereka berpendapat bahwa Sisilia adalah merupakan daerah produktif yang akan
membekali/memakmurkan mereka.[11]
Selama berada di bawah pemerintahan Islam, disitulah Sisilia mencapai beberapa kemajuan dan
menjadi pusat penting bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa Kristen.[12]
B.
Masa Kemajuan Islam di Sisilia
Selama berkuasa di Sisilia Islam mencapai beberapa kemajuan antara
lain, kemajuan dalam bidang sains, sebuah universitas telah didirikan di
Palermo. Yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, sehingga
Islamisasi sains yang telah ditaklukkan telah memberikan warna terhadap kultur
masyarakat Sisilia dan sekitarnya. Sisilia berperan sebagai tempat penting
dalam menghubungkan Eropa dengan dunia Islam. Di samping Andalusia (Spanyol)
Sisilia juga berfungsi untuk memperkenalkan budaya dan kehidupan spritual Islam
kepada Eropa. Walau Sisilia sendiri tidak menghasilkan pemikir dan lembaga
spektakuler, akan tetapi keberadaan literatur dan tradisi keilmuan yang di bawa
dari dunia Islam lainnya, telah
memungkinkan para ulama dan cendekiawan Sisilia menyalurkan hal-hal baru
kepada kolega mereka dari daratan Eropa. Penerjemahan karya-karya penting baik
filsafat, kedokteran, sufisme, matematika, optik atau astronomi kedalam
bahasa-bahasa Eropa banyak dilakukan lewat Sicilia.[13]
Karya-karya Islam termasuk terjemahannya menjalin Eropa melalui pintu gerbang
Sicilia.
Karya-karya tersebut sudah barang tentu berguna bagi sejarah
perkembangan peradaban umat manusia[14]
bahkan terjemahannya dilakukan terhadap karya Yahya Ibnu Rusyd kedalam bahasa
Latin dan bahasa Nebraw (Yahudi). Buku-buku Ibnu Rusyd yang berbahasa Arab
diangkut ke Universitas Teledo dan Palermo yang pada waktu itu menjadi pusat
penerjemahan. Karena itu, tidaklah mengherankan pada waktu pembakaran buku-buku
Ibnu Rusyd, yang musnah adalah dalam bahasa aslinya (bahasa Arab) karena dalam
waktu yang relatif singkat di beberapa tempat di Eropa, muncul karya-karya Ibnu
Rusyd dalam bahasa Latin (Yahudi).[15]
Jika dicermati lebih jauh, penulis berasumsi bahwa tranfer khasanah
intelektual Islam ini, merupakan penopang utama lahirnya renaissance di Italia
dan Eropa. Pemikiran-pemikiran ulama Islam terdahulu, utamanya Ibnu Rusyd
merupakan kontribusi Islam terhadap kebangkitan Eropa. Pulau Sisilia merupakan
tempat terjemahan buku-buku Islam telah memberikan sumbangsih yang cukup penting
dalam kebangkitan tersebut.
Dalam bidang terjemah muncul nama Rahib Jiral Salfalter yang
menerjemah dari bahasa Arab ke bahasa latin, Musa ibn Maimuna (1191 M) seorang
reformis Yahudi. Penerjemah lainnya adalah Michead Scot (1230 M), Yacob Abrawi,
seorang Yahudi (1232 M) Herwan (1256 M).[16]
Selain kemajuan dalam bidang sains, penguasa Islam di Sisilia telah
berhasil menghapus secara total pajak hewan yang digunakan untuk mengangkut
barang atau membajak sawah, sebelum Islam berkuasa di Sisilia yakni pada saat Sisilia
berada di bawah kekuasaan Bizantium pajak terhadap hewan sangat tinggi.[17]
Selain itu Islam di Sisilia juga telah berhasil membuat mata uang sendiri
dengan mencantumkan nama gubernur Sisilia dan Amir Bani Aghlab. Di bidang
pertanian telah dibangun irigasi yang bermanfaat bagi peningkatan hasil
pertanian sehingga hasil pribumi seperti
kapas, tebu, buah apel, dan lain-lain mencapai hasil yang maksimal. Di bidang pertambangan, emas,
perak, timah hitam, air raksa yang melimpah-limpah dikelola dengan sangat baik
oleh penguasa Fatimiah.[18]
Dengan memperhatikan sederet kemajuan yang dicapai, penulis dapat
mengatakan bahwa siapapun tidak dapat menafikan peranan pulau yang kecil ini,
dalam mengkontribusikan kehidupan Eropa, letak geografisnya yang sangat strategis
dan sumber alam yang diperbaharui, merupakan faktor utama yang sangat membantu
gubernur-gubernur Islam yang pernah berkuasa/menduduki daerah tersebut, dalam
rangka memajukan Islam baik dari segi intelektualitas maupun dari segi
peradaban.
C.
Masa Kemunduran dan Kehancuran Islam di Sisilia
Setelah melalui masa-masa jaya, kekuasaan Islam di Sisilia nampak
lemah, mundur dan berakhir dengan kejatuhannya. Mundurnya kekuasaan tersebut
antara lain disebabkan karena situasi politik umat Islam yang sangat dapat
dipengaruhi sehingga terjadi perpecahan internal, terjadi persaingan dan
pertentangan antara dinasti-dinasti, tenggelamnya sebahagian penguasa Islam
dalam kehidupan mewah sehingga lupa pada tugas utamanya untuk mengurus negara,
terjadinya hubungan khsusus antara penguasa Islam tertentu dengan penguasa
Kristen untuk menjatuhkan saingannya sesama muslim, dan menguatnya kembali
kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang didukung oleh seruan dan semangat perang
salib, khususnya perang salib angkata kedua dan ketiga. [19]
Kehancuran Islam di Sisilia bermula atas pergamtian kekukasaan dari
dinasti Aghlabiyah ke dinasti Fatimiyah, kemudian pusat pemerintahan dinasti
Fatimiyah pindah ke daerah Mesir pada tahun 972 M, dengan demikian kontril
pemerintahan menjadui lemah. Dalam lembaga-lembaga pemerintahan dengan
diam-diam menjadi warisan merut garis al-Hasan Ali al-Kalbi. Warisan-warisan
gubernur al-Kalbi yang berlangsung sampai pada tahun 1040 memberi tandan
hilangnya pengaruh dan kekuatan muslim di Sisilia.[20]
Dengan kejatuhan al-Kalbi menyebabkan timbulnya perang saudara
antara muslim Sisilia dengan muslim Afrika, Palermo diperintah oleh orang-orang
yang terhormat, sementara sebahagian yang lain diperintah oleh
pangeran-pangeran local orang-orang Norman yang berhasil menduduki Italia
Selatan.[21]
Satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kemunduran dan bahkan
mengantarkan kekuasaan Islam di Sisilia mengalami kehancuran adalah upaya
penguasa Kristen Romawi untuk mengembalikan Sisilia kepangkuannya. Usaha itu
semakin mendapat peluang dengan munculnya penguasa-penguasa daerah lokoal yang
bersekongkol dengan Romawi, seperti Ibn al-Sammah, untuk memenuhi ambisinya ia
meminta bantuan kepada orang-orang Normandia. Begitu pula dengan Ibn Hamud yang
menyatakan kesetiaannya kepada Roger (penguasa Normandia saat itu), maka satu
demi satu daerah kakuasaan Islam jatuh ketangan penguasa Kristan yaitu
Normandia dan Roger I.[22]
Kesimpulan
Menyimak
beberapa uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1.
Islam
masuk di Sisilia pada masa pemerintahan Aghlabiyah melalui dengan selat
Cartago.
2.
Kemajuan
dunia barat (Eropa) tidak terlepas dari peranan pulau Sisilia, yang merupakan
sarana yang paling penting dalam mentransfer khasanah ilmu pengetahuan dan
kehidupan spritual umat Islam. Selain dalam bidang sains, pertanian,
pertambangan turut mengalami kemajuan di bawah pemerintahan Islam.
3.
Kemunduran dan kehancuran Sisilia disebabkan adanya
ketidakpuasan orang-orang Sisilia terhadap gubernur yang dikirim oleh penguasa Fatimah
ke Sisilia sebagai reaksi ketidak puasan ini, mengakibatkan umat Islam di
Sisilia tidak solid dan loyal terhadap pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
K., Studi Of Islamic History, diterjemahkan oleh Gufron A. Mas’adi
dengan judul Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasty Usmani (Tarikh
Pramodern ), Cet. III; Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada, 2000.
Bosworth,
E., The Islamic Dynasties, diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul Dinasti-dinasti
Islam, Cet. I; Bandung: Mizan, 1993.
Hammond, Headline World Atlas, New Jersey: Hammond
Incorporated Maplewood, 1969.
Hasan,
Hasan Ibrahim, Islam History and Culture, diterjemahkan oleh Jahdan
Hilman dengan judul Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.
http:
//alwialatas.multiply.com/journal/item/29/sisilia-dua-abad-keemasan-di-bawah-islam-bagian-1.
Diakses pada tanggal 20 – 09 – 2010
Lewis,
Bernard, The Arabs in History, diterjemahkan oleh Said Jamhensi dengan
judul, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1988.
Nasution,
Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Cet. V; Jakarta:
UI-Press, 1985.
Nasution,
Hasyim Syah, Filsafat Islam, Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.
Sunanto, Musyrifah, Prof. Dr., Sejarah Islam Klasik:
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2003.
Tim
Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:
Djambatan, 1992.
Uwais, Abd. Halim, Dirasah li Suquth Tsalasin Daulah Islamiyah,
yang diterjemahkan oleh Yudian Wahyudi dkk dengan judul, Analisa Runtuhnya
Daulah-daulah Islamiyah, Solo: Pustaka Manthiq, 1992.
Yahaya,
Mahayudin Hj., Islam di Spanyol dan Sicily, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990.
[1] Michael H.
Hart, The 100 a Ranking of Most Influencing power in History, yang
diterjemahkan oleh Makbuk Djunaedi dengan judul, Seratus Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah, (Pustaka Jaya: Jakarta, 1991), h. 266.
[2] Harun
Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Cet. I; UI-Press:
Jakarta, 1985), h. 61-62.
[4] Dari Sisilia,
Italia mengeksport buah jeruk, jagung, jewawut, zaitun, buah badam, anggur,
kapas dan menghasilkan minyak bumi terbesar di Eropa, menghasilkan dua per tiga
kebutuhan Italia atas blerang, aspal, garam karang, garam laut, dan batu apung
Italia. Lihat Grolier Internasional Inc, (ed), Itali, Negara dan Bangsa
Eropa, Jilid 6 (Jakarta, 1988), h. 158.
[5]
Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), h.
160.
[6] http:
//alwialatas.multiply.com/journal/item/29/sisilia-dua-abad-keemasan-di-bawah-islam-bagian-1.
Diakses pada tanggal 20 – 09 – 2010
[7] Mahayudin Hj
Yahaya, Islam di Spanyol dan Sicily, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990), h. 17.
[8] Dinasti Aglab
(800–909) adalah dinasti yang didirikan oleh Ibrahim I Ibnu Aglab pada tahun
184 H. Ibrahim diberi propinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun Al-Rasyid
sebagai imbalan atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar pemberian ini
meliputi hak-hak otonomi yang besar, membuatnya telah bebas menentukan nasib
pemerintahannya, terutama perluasan daerah Sicilia.
[9] Ziyadatullah I
(201 M/817 H) adalah seorang khalifah
Aglabiyah yang sangat cakap dan energik.
[10] Tim Penulis
IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 1992), h. 448.
[11] Hasan Ibrahim
Hasan, Islam History and Culture, diterjemahkan oleh Jahdan Hilman dengan judul Sejarah dan Kebudayaan Islam,
(Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), h. 232.
[12] E. Bosworth, The
Islamic Dynasties, diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul Dinasti-dinasti
Islam, (Cet. I; Bandung: Mizan, 1993), h. 46.
[13] Tim Penulis
IAIN Syarif Hidayatullah op.cit., h. 499. Bandingkan dengan Harun
Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya (Cet. V; Jakarta:
UI-Press, 1985), h. 74.
[14] K. Ali IA Studi
Of Islamic History, diterjemahkan oleh Gufron A. Mas’adi dengan judul Sejarah
Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasty Usmani (Tarikh Pramodern ),
(Cet. III; Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada, 2000), h. 296.
[15] Hasyim Syah
Nasution, Filsafat Islam (Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h.
126.
[16] Hasym Syah
Nasution, op.cit., h. 127.
[17] Mahyuddin H.
Yahya, Islam di Spanyol dan Sisilia (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990), h. 164.
[18] Hasan Ibrahim
Hasan, op.cit., h. 232.
[19] Pasukan salib
angkatan keempat terbentuk atas seruan Paus Calestine III, dua tahun setelah
Sultan Salahuddin al-Ayyubi wafat. Lihat K. Ali, h. 429.
[20] Bernard Lewis,
The Arabs in History, diterjemahkan oleh Said Jamhensi dengan judul, Bangsa
Arab dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988), h. 120.
[21] Ibid.,
[22] Abd. Halim
‘Uwais, Dirasah li Suquth Tsalasin Daulah Islamiyah, yang diterjemahkan
oleh Yudian Wahyudi dkk dengan judul, Analisa Runtuhnya Daulah-daulah
Islamiyah, (Solo: Pustaka Manthiq, 1992), h. 128-129.
0 komentar:
Post a Comment