Friday 20 September 2013

MotiVasi Historiografi Islam

  • Motivasi Politik
Keberhasilan Dinasti Umayyah dalam berbagai aspek kehidupan memotivasi tumbuhnya Historiografi Islam, salah satunya dalam bidang politik (tata pemerintahan) maupun sosial kebudayaan. Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan admistrasi kenegaraan yang semakin kompleks.

Ada dua persoalan yang menjadi fokus utama dalam kajian historiografi Islam klasik, yaitu persoalan materi (kandungan isi) bahasan dan metodologi. Yang pertama berkaitan dengan dua persoalan yang saling berkaitan; persoalan politik oriented yang kemudian memunculkan sejarah politik dan materialisme sejarah. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan penggunaan periwayatan (hadits), hauliyat (sejarah berdasarkan tahun) sebagai metode dalam penulisan histoiografi Islam klasik.

Adanya gagasan sejarah sebagai senjata politik dalam memperjuangkan ideologi dan politik adalah suatu hal yang tidak ditangani oleh sejarawan muslim secara terbuka dan merata. Sejarawan ini sadar bahwa karya yang ditulis sering digunakan untuk mengangkat posisi seseorang, atau memperkokoh kedudukan dinasti yang sedang berkuasa. Adanya penelitian modern berhasil membuktikan bahwa kepentingan politik terkadang membuat adanya manipulasi terhadap data atau bukti sejarah. Keadaan ini tidaklah membuat sejarah muslim untuk berganti haluan, karena pada umumnya mereka tetap merasa bahwa keberadaan nya sebagai sejarawan adalah pelindung, penerus (transmitter) dari fakta yang tidak dapat diubah-ubah, atau ditafsirkan.Adanya gagasan sejarah sebagai senjata politik dalam memperjuangkan ideologi dan politik adalah suatu hal yang tidak ditangani oleh sejarawan muslim secara terbuka dan merata. Sejarawan ini sadar bahwa karya yang ditulis sering digunakan untuk mengangkat posisi seseorang, atau memperkokoh kedudukan dinasti yang sedang berkuasa. Adanya penelitian modern berhasil membuktikan bahwa kepentingan politik terkadang membuat adanya manipulasi terhadap data atau bukti sejarah. Keadaan ini tidaklah membuat sejarah muslim untuk berganti haluan, karena pada umumnya mereka tetap merasa bahwa keberadaan nya sebagai sejarawan adalah pelindung, penerus (transmitter) dari fakta yang tidak dapat diubah-ubah, atau ditafsirkan. 

Tidak ada penulisan sejarah di masa lalu yang dapat lepas dari intervensi penguasa. Hampir seluruh catatan sejarah adalah cerita tentang kekuasaan, kemenangan perang dan kepahlawanan sang pendiri dinasti serta anak cucunya. Bahkan banyak terdapat biografi-biografi khusus yang menulis tentang raja-raja itu. Misalnya karya al-Qudla’i yang berjudul ‘Uyun al-Ma’arif. Maka tidak heran jika muncul adagium bahwa sesungguhnya sejarah adalah milik penguasa. Rakyat kecil maupun bawahan hanya menjadi footnote (catatan kaki) yang kadang malah tidak tertulis sama sekali. Namun, bagaimanapun, biografi dinasti dan penguasanya merupakan sebuah bentuk dasar historiografi Islam. 

  •  Motivasi Sosial-Budaya 

Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Wajar saja bila dunia tidak tertarik, negara yang akan bersahabat pun tidak merasa akan mendapat keuntungan dan pihak penjajah juga tidak punya kepentingan. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Mereka tidak betah tinggal menetap di suatu tempat. Yang mereka kenal hanyalah hidup mengembara selalu, berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti keinginan hatinya. Mereka tidak mengenal hidup cara lain selain pengembaraan itu. Seperti juga di tempat-tempat lain, di sini pun ( Tihama, Hijaz, Najd, dan sepanjang dataran luas yang meliputi negeri-negeri Arab) dasar hidup pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan pengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh. 

Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Seperti halnya sebagian penduduk di pelosok desa di Indonesia yang lebih menjunjung tinggi harga diri, keberanian, tekun, kasar, minim pendidikan dan wawasan, sulit diatur, menjamu tamu dan tolong-menolong dibanding penduduk kota, orang Arab juga begitu sehingga wajar saja bila ikatan sosial dengan kabilah lain dan kebudayaan mereka lebih rendah. Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan yang lemah di bawah. Ini tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala itu. Rumah-rumah Quraysh sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat dengan Ka’bah lalu di belakang mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang agak kurang penting kedudukannya dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi, sampai kepada tempat-tempat tinggal kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan. Semua itu bukan berarti mereka tidak mempunyai kebudayaan sama-sekali.
  • Motivasi Al Qura'an
pembukuan al-Quran pada masa pemerintahan Khalifah Usman, memberikan pengaruh kepada masyarakat arab Islam untuk meningkatkan pengetahuan, dan sadar akan pentingnya Budaya tulis menulis, bangsa Arab yang sebelumnya hanya mengenal tradisi lisan akhirnya sadar akan kepentingan tulis baca, al Quran yang sebelumnya telah di kumpulkan oleh khalifah Abubakar dan disimpandi rumah Al arqam, di buka kembali kemudian ditulis dalam sebuah mushaf yang disebut mushaf Usmani.
selain dari itu, perintah Untuk membaca dalam al-Quran juga mmberikan motivasi bagi perkembangan Historiografi, al Quraan dalam surah Al alaQ memerinthkan Manusia untuk membaca, dan mensyukuri Nikmat tuhan yang telah mengajarkan kepada Manusia dengan perantaran Kalam. perintah ini memberikan perintah bukan hanya membaca dalam Arti sempit akan tetapi mempunyai makna yang luas, menyangkut perintah menulis dan membaca.

  • MotiVasi Hadits
Pada Awalnya Rasulullah melarang penulisan Hadits, karena dikhawatirkn bercampur dengan al-Quran, hadits adalah segala ucapan, perbuatan maupun diamnya nabi, yang dijadikan sebagai Sumber hukum Islam, kan tetapi, setelah Wafatnya Nabi Muhammad, dan runtuhnya khulafaurrasyidin dan berdirinya Khilafah Bani Umayyah, Banyak pada periwayat hadits yang meninggal, syahid dan sebagainya, sehingga hadits terancam Hilang, selain dari itu, kondisi politik yang tidak stabil, menyebabkan munculnya hadits-hadits palsu, yang dikhawatirkan akan merusak tatnan hukum Islam, oleh sebab itu, khalifah Dinasti Umayyah pada tahun 99 H yaitu Umar Bin abdul Aziz Memerintahkan untuk melakukan pembukuan hadits, perintah ini kemudian disambut oleh para muhaddits dan berlomba mengumpulkan Hadits, dari pengumpulan hadits ini memunculkan Ilmu-ilmu baru, yang membrikan kontribusi besar dalam perkembangan Historiografi Islam, seperti Ilmu kritik sanad, yang kemudian berkembang menjadi ilmu kritik sejarah.

0 komentar:

HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html