Tuesday, 22 December 2015

Islam Di Inggris

t0urdunia.blogspot.com
Sebagai pengantar, Islam adalah agama universal, keuniversalan Islam membawa Islam mendunia, tidak hanya pada jazirah Arab atau Dunia Timur saja akan tetapi membawa Islam hingga ke sebuah dunia dengan kultur yang bertolak belakang dengan asal usulnya yaitu Dunia Barat. Barat atau Dunia Barat seringkali identik dengan daerah Amerika, Eropa bahkan Turki dan Israel yang nyatanya terletak di Benua Asia saat ini sangat identik dengan Dunia Barat.

Salah satu bagian dari dunia Barat yang kental dengan kultur dan peradabanya yang luar biasa ialah Inggris atau Britania Raya. Berbicara mengenai dengan Inggris atau Britania Raya pastilah proposisi umum yang terbentuk dalam kepala setiap orang adalah negara berbentuk kerajaan, negara dengan perpaduan antara modern dan klasik, negara dengan pimpinannya seorang ratu, negara dengan nilai mata uang tertiggi di dunia (poundsterling), negara dengan bahasanya yang mendunia, negara dengan agama baru yakni sepakbola dan negara dengan multikulturalisme yang luar biasa.[1] Sebagai ilustrasi lihat di bawah ini:

Situasi liberal, plural, dan multikultural sangat menonjol di kota London. Di atas kota ini, bus warna merah yang bertingkat dua (double dekker), kadang sama sekali tidak kedengaran bahasa Inggris digunakan antara para penumpang. Yang kedengan bersahutan diantara mereka justru adalah berbagai macam bahasa dari seluruh penjuru dunia, tempat asal mereka, yang memang berasal dari berbagai bangsa dan negara. Suasana plural ini adalah suasana multikultural kota London sebagai sebuah kota melting pot, tempat bercampurbaurnya berbagai masyarakat dan budaya, manifestasi kota ini sebagai salah satu global city, kota internasional.[2]

Sebagaimana yang tergambar di atas, maka Inggris sebagai negara dan masyarakat yang multikultural membuka pintu dan peluang bagi Islam dan penganutnya semakin dapat mempertahankan eksistensinya di dunia khususnya Dunia Barat. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sepak terjang Islam di wilayah Inggris melalui fakta historis dan fakta kontemporernya.

A. Awal Mula Islam di Inggris.

Sejarah awal masuknya Islam di Inggris, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Perancis yang berawal dari proses imigrasi. Hampir dari seluruh fase/ gelombang masuknya Islam ke Inggris didominasi dari para imigran. Setidaknya, ada dua fase masuknya Islam di Inggris, sebagai berikut:

1. Fase Pertama

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Ataullah Shiddiqui yang dikutip oleh Hasyim Aidid bahwa tahun 1869 dikenal sebagai tahun dibukanya Terusan Suez.[3] Akibat langsng dari pelayaran dan perdagangan ini, terbukanya hubungan langsung antara Eropa dengan Asia dan Afrika. Para pekerja dari Yaman-lah yang sangat menonjol dalam aktifitas perdagangan baik sebagai pelaut maupun kuli di dalam pelabuhan. Mereka berlayar ke Inggris dan masuk serta menetap di kota Cardiff, Liverpool dan Pollockshields.[4] Pada sumber yang berbeda hanya terdapat perbedaan pada kota Pollockshileds saja, akan tetap para imigran itu menetap di kota London.[5]

Kegiatan perdagangan ini, membuat para imigran Muslim asal India turut andil dalam aktifitas ini. India pada waktu itu masih berada di bawah jajahan Ingris, sementara Pakistan dan Bangladesh masih menjadi bagian dari India. Saat itu, banyak pegawai lokal di India yang bekerja di kantor Kerajaan Inggris, pada awalnya bersifat temporer tetapi lama kelamaan mereka menetap di sana.[6]

Pada referensi lain memang senada dengan deskripsi masuknya Islam oleh Ataullah Shiddiqui tapi terdapat bukti historis berupa restoran India bernama Hindoostane Coffee House pada tahun 1810 yang dibuat oleh Sake Dean Mahomet seorang kapten dari the British East Indian Company dan banyak juga koki kapal beragama Islam yang turun menjadi bagian dari restoran ini. Adapun di jalan second Glynrhondda di Cathays, Cardiff terdapat sebuah masjid yang terdaftar sejak 1860 digunakan pertama kali oleh pelaut Yaman dan masih ada serta digunakan hingga kini. Serta the Shah Jahan Mosque yang dibangun pada tahun 1889 bersamaan dengan pembangunan masjid tokoh Muslim Inggris Abdullah Quilliam di Liverpool.[7]

Hal ini membuktikan bahwa India dan Yaman turut andil sebagai pembawa Islam di Inggris pada tahap awal. Meskipun dalam hal ini India tampil sebagai negara jajahan, tapi mereka mampu membuktikan bahwa Muslim India-lah salah satu dari beberapa komunitas muslim yang menetapkan pondasi-pondasi Islam di tanah Inggris.

2. Fase Kedua

Fase imigrasi muslim ini dimulai pasca Perang Dunia ke- II. Pada waktu ini terjadi lonjakan signifikansi imigran asal India dan Pakistan karena adanya kebutuhan akan buruh dan tenaga kerja untuk pembangunan yang pada waktu itu memang sangat pesat. Turut pula mendukung gelombang imigrasi ini adalah adanya beberapa perubahan sosial politik di India dan Pakistan. Sebagaimana diketahui pada tahun 1947 terjadi pemecahan negara di India dengan terbentuknya Negara Islam Pakistan sehingga akibat dari persoalan ini membuat sejumlah warga India dan Pakistan tidak menentu pada akhirnya mereka lebih memilih untuk pindah ke Inggris melalui jaringan kerabat yang sudah menetap di sana.[8] Selain itu, sehubungan dengan terbitnya Commonwealth Immigration Act[9] (Undang-undang Imigrasi Persemakmuran), tahun 1961, yang semakin memberikan kemudahan untuk menjadi warga negara Inggris bagi warga negara bekas jajahan Inggris, juga turut mendorong laju migrasi ini.[10] Commonwealth Immigration Act sebenarnya bertujuan membatasi para imigran, ironisnya para imigran asal India dan Pakistan semakin melonjak selama setahun sebelum undang undang ini diberlakukan pada tahun 1962.[11]

Pada waktu yang sama, namun pada sisi yang berbeda, awal tahun 1960-an ke atas adalah awal bangkitnya gairah beberapa negara-negara Islam untuk mengirim mahasiswa-mahasiswanya untuk belajar di Inggris. Negara ini misalnya adalah Arab Saudi, Malaysia, Iran, Iraq dan Pakistan. Mahasiswa muslim membawa pengaruh terhadap gerakan akademisi kaum Muslim di Inggris. Mereka membentuk organisasi ke-Islam-an dan mempromosikan muslim dalam berbagai kegiatan bermasyakarat serta dialog.[12] Bahkan hal ini terjadi hingga sekarang, apakah itu karena keinginan dari para mahasiswa atau calon mahasiswa muslim yang memiliki keinginan untuk menuntut ilmu disana atau karena keterbukaan dari pemerintah dan universitas di Inggris dengan membuka berbagai jurusan serta menyediakan beasiswa kajian ke-Islaman[13] di negara tersebut.

B. Kehidupan Muslim di Inggris

Setelah membahas mengenai sejarah atau awal masuk Islam di Inggris. Perlu pula dibahas lebih lanjut mengenai kehidupan umat Muslim di Inggris. Sebelum dibahas mengenai kehidupan Muslim di Inggris perlu penulis paparkan demografi masyarakat Muslim di Inggris, dapat dilihat di tabel berikut[14]


Census Year
Number of Muslims '000
Population of England and Wales '000
Muslim (% of Total population)
Registered Mosques
Muslims per mosque
1961
50
46,196
0.11
7
7,143
1971
226
49,152
0.46
30
7,533
1981
553
49,634
1.11
149
3,711
1991
950
51,099
1.86
443
2,144
2001
1,600
52,042
3.07
614
2,606
2011
2,869
62,369
4.80
1,500
1,912

Dapat dilihat dari tahun ke tahun jumlah penduduk muslim di Inggris sejak fase kedua terus bertambah hingga tahun 2011. Pada tahun 1961 jumlah penduduk muslim di Inggris hanya sekitar 50.000 orang dari 46.196.000 total penduduk Inggris. Pada tahun tersebut, jumlah masjid hanya 7 buah itu artinya sekitar 7.143 muslim tiap masjid. Pada tahun 2001 jumlah muslim sekitar 1.600.000 dari 52.042.000 hal ini berarti peningkatan signifikan sekitar 6 juta penduduk dari tahun 1961-2001, hampir ¼ % dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk muslim di Inggris. Terlebih lagi, pada tahun 2011, jumlah penduduk muslim meningkat menjadi 2.869.000 orang dari total penduduk 62.369.000 orang. Paling menarik adalah peningkatan jumlah masjid sebanyak 1.500 masjid di Inggris pada tahun ini.

Sangat wajar, jika banyak yang menjadi pertanyaan mengapa penduduk muslim di Inggris terus meningkat secara signifikan. Hal ini didasarkan pada peningkatan jumlah penduduk yang merupakan imigran dari negara-negara Asia Selatan dan Timur serta Afrika. Jika mendasarkan pada sensus penduduk muslim berdasarkan etnis pada tahun 2001, maka penduduk muslim paling mencolok dari Asia yang berjumlah 1.139.065 dari total penduduk muslim sekitar 1.600.000[15] bisa dibayangkan betapa besar pengaruh imigran muslim pada saat ini. Perlu pula diketahui bahwa 40 % dari jumlah penduduk muslim di Inggris pada tahun 2011, semuanya menetap di London.[16] Hal ini berarti London adalah kota yang paling terbuka terhadap umat muslim dan sangat plural.

Dalam buku Denyut Islam di Eropa, pada pembahasan mengenai Islam di Inggris. Muncul pertanyaan, Siapakah Muslim di Inggris? Apakah orang Inggris yang memeluk Islam atau para Imigran Muslim berkewarganegaraan Inggris?[17] Menarik untuk diketahui lebih lanjut, berkaitan dengan pencarian Identitas Muslim Inggris. Bahkan jika memperhatikan statistik penduduk Muslim Inggris, seluruhnya didominasi oleh imigran asal Asia khususnya Asia Selatan.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, dalam buku tersebut muslim Inggris dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, mereka yang memiliki formasi cultural non-British, tapi bermigrasi ke Inggris. Ini berarti mereka yang telah bermigrasi sejak awal ke Inggris dengan tujuan menetap disana, baik itu dari para buruh, murni imigran atau keluarga buruh dan mahasiswa. Kedua, merupakan anak cucu kelompok pertama, mereka sering terlihat sebagai komunitas muslim di antara dua dunia. Sekolah modern berupaya mengasuh mereka, sehingga secara perlahan-lahan memupus identitas tradisional mereka. Ketiga, kelompok masyarakat Inggris yang memeluk Islam, atau lazim disebut revert community. Kelompok ini relatif kecil dibanding kelompok lain.[18] Hal ini, berdasarkan pendapat Robin Philips adalah terjadinya krisis demografi pada warga kulit putih di Inggris, sehingga Islamisasi di Inggris berjalan sangat lancar.[19]

Lebih lanjut dijelaskan bahwa ini adalah kesalahan demografi bagi warga kulit putih, saat ini warga kulit putih yang menganut agama Kristen mayoritas telah berada pada usia sekitar 40 tahun ke atas sementara komposisi umum kelompok Asia Selatan berada pada usia 30 tahun ke atas. Hal ini mempengaruhi demografi sekitar 30-50 tahun ke depan. Terdapat hal yang menarik pula dalam hal demografi kaitannya dengan trend keagamaan. Tingkat kehadiran masjid sebesar 70 % sementara tingkat kehadiran gereja hanya sebesar 5 %, hal ini didasari karena Muslim khususnya Asia Selatan didominasi oleh pemuda dengan semangat keagamaan tinggi sementara Kristen kulit putih didominasi kulit tua yang semangat keagamaannya telah memudar. Sehingga banyak gereja-gereja di Inggris yang beralih fungsi menjadi masjid, karena kehilangan jamaah sebagai sumber dana pengelolaan mereka.[20]

Selanjutnya, multikulturalisme sangat dibutuhkan di Inggris dibanding prinsip integrasi. Hal ini untuk menjaga para imigran untuk tidak memberontak atau keluar dari Inggris karena mereka dibutuhkan sebagai tenaga pekerja di Inggris. Bagi negara maju human capital atau SDM adalah sesuatu yang perlu jika dipandang dari segi pengembangan dan ekonomi.[21] Bahkan dalam harian the Guardian sebuah laporan resmi pemerintah Inggris mengungkapkan peran ekonomi para imigran di Inggris dengan turut menyumbang 6 triliun poundsterling per tahun.[22]

Perlu pula diketahui dalam Islam, banyak kelompok keagamaan yang terdapat didalamnya. Hal ini terjadi dalam keragaman kelompok keagamaan di Inggris. Dalam buku Hasyim Aidid, persolan ini masuk dalam ranah toleransi Interen Islam di Inggris. Persoalan ini dilatarbelakangi oleh sentiment yang sangat kental (etnis, rasa atau aliran keagamaan) yang tidak jarang menimbulkan permasalahan sendiri. Satu hal yang menonjol adalah keadaan masjid-masjid di Inggris dalam bahasa non formal diistilahkan dengan Pakistani Mosque, Arabic Mosque, Bangladeshi Mosque dan lain-lain. Ini didasari karena pengurus, pembangun dan pengelola masjid adalah dari etnis tersebut.[23] Lebih lanjut ada pengelempokan masjid berdasarkan afiliasi kelompok/ aliran seperti, Masjid Shia, Ahmadiyyah dan lain-lain.[24] Sama halnya seperti di Indonesia, tidak jarang kita temukan Masjid NU, Masjid Muhammadiyah bahkan Masjid Ahmadiyyah dalam bahasa non formal.

Meskipun Inggris telah menerapkan prinsip multikulturalisme dalam negara mereka, akan tetapi tidak jarang penduduk muslim mendapatkan tantangan dari kelompok EDL atau English Defence League dan kedua dari kalangan Afro-Caribean.[25] The English Defence League (EDL) adalah gerakan protes yang menentang apa saja yang dianggap sebagai Islamisasi, hukum Syariah dan ekstrimisme Islam di Inggris. EDL telah digambarkan sebagai Islamofobia. EDL berasal dari kelompok yang dikenal sebagai "United Peoples of Luton" (UPL). The UPL dibentuk sebagai tanggapan terhadap demonstrasi yang diselenggarakan oleh organisasi ekstremis Islam, Al-Muhajirun[26] yang menentang perang di Afghanistan.[27] Kelompok mereka terdiri dari Kristen garis keras, Yahudi, gay, Sikh, bahkan hooligans[28]. Lebih lucunya lagi, terdapat kelompok neo-Nazi yang bergabung padahal ideologi mereka bertentangan dengan Yahudi, jika mengingat peristiwa Holocaust[29].[30]

Selanjutnya Muslim di Inggris mendapat tantangan dari Afro Carribean, yang merupakan penduduk Inggris berlatar belakang India Barat (Jamaika, Trinidad Tobago dan sebagainya) dan yang nenek moyangnya orang pribumi Afrika. Imigrasi mereka ke Inggris dari Afrika meningkat pada tahun 1990-an. Istilah tersebut kadang-kadang digunakan untuk menyertakan warga Inggris yang semata-mata berasal dari Afrika, atau sebagai istilah untuk mendefinisikan semua warga Inggris berkulit hitam.[31] Pada awalnya, kelompok Afro Caribbean sebenarnya hanya berupaya menyerang pemerintah serta polisi setempat akibat pembunuhan temannya, Mark Duggan. Akan tetapi mereka lebih banyak menyerang kelompok Muslim Asia Selatan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kelompok Asia Selatan lebih sukses secara ekonomi ketimbang kelompok mereka. Selain itu, kelompok Asia Selatan sebagai minoritas lebih mudah jadi amukan mereka.[32] Hal ini serupa dengan kekerasan demonstran terhadap kalangan minoritas di Indonesia, padahal aspirasi mereka ditujukan kepada pemerintah.

Dari segi ibadah dan kehidupan kaum muslim di Inggris, terdapat keragaman kalangan Islam dari pemisahan-pemisahan masjid, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Lalu ada trend bagi aktivis wanita muslimah dalam menyuarakan pendapat, bahkan pada setiap masjid disiapkan konsultasi syariah khusus wanita dan oleh wanita muslimah. Adapun pendanaan masjid dikelola oleh warga Muslim setempat dengan cara fund raising (pengumpulan dana), makan malam bersama, iftar (buka puasa bersama tiap ramadhan), pengumuman setelah shalat jum’at, bahkan melalui iklan-iklan di televisi. Ada keunikan tersendiri dalam fund raising, yang diadakan dalam satu waktu atau satu event. Dana yang terkumpul diupdate setiap detik dan ditampilkan di LCD dalam masjid serta di website-website resmi masjid.[33]

Islam tidak lepas dari persolaan makanan halal, hal ini tidaklah sulit ditemukan di Inggris. Bahkan untuk setiap restoran terkenal seperti KFC, Pizza Hut, dan lain-lain telah menyediakan daging halal bagi tiap muslim. Ada yang menarik terhadap definisi halal bagi muslim Inggris, ada yang disebut daging halal dan adapula yang disebut daging zabihah[34]. Daging halal bagi mereka adalah daging yang boleh dimakan jika berada di Negara ahli kitab,[35] hukum ini dianut oleh Arab Teluk yang lebih fleksibel sedangkan daging zabihah adalah daging yang disembelih dengan tata cara Islam, hokum ini dianut oleh orang Asia Selatan yang menggunakan fiqh Hanafiah.[36] Bahkan yang menarik penulis temukan banyak situs online yang menjadi guide makanan halal.[37]

Selanjutnya ialah pemasyarakatan hokum Islam yang sedang marak di Inggris. Hukum Syariah atau Sharia Law tengah marak di Inggris dalam hal penegakan hukum berpakaian, hukum lain dalam Islam, berdakwah, hingga ke ranah ekonomi yakni bank syariah. Mengenai hukum berpakaian terdapat kebebasan berpakaian di Inggris tapi disisi lain telah terjadi perdebatan sengit mengenai niqab/cadar di Inggris.[38] Selanjutnya, berdakwah dianggap salah satu bentuk ijin bagi setiap muslim jika ingin hidup di daerah non muslim. Mereka biasa berdakwah dengan mengunakan segala media (radio atau tv channel) bahkan ditengah umum. Dipusat kota London biasa mereka adakan meja da’wah dimana mereka membagikan setiap cd islami dan Alqur’an secara gratis.[39] Adapun Bank Syariah menjadi trend di Inggris mengingat kebutuhan para penduduk muslim harus terpenuhi dalam hal perbankan. Disamping itu pemerintah Inggris memperoleh profit yang besar dalam pemanfaatan bank syariah ini dengan investasi sebesar 1.3 trilun poundsterling pada tahun 2014 ini.[40]

Pada pembahasan terakhir ini, penting untuk mengetahui beberapa tokoh muslim yang terkenal di Inggris sebagai salah satu bentuk dinamika kehidupan di Inggris. Adapun tokoh-tokoh tersebut, sebagai berikut:





1. Syekh Abdullah Quilliam (1856-1932) 

William Henry Quilliam, seorang pengacara asal Liverpool yang memeluk Islam pada tahun 1887 (umur 31), setelah kembali dari kunjungan ke Maroko, dan mengambil nama Abdullah. Ia mengklaim bahwa ia adalah yang penduduk asli Inggris pertama memeluk Islam. Perpindahannya menyebabkan sebuah pertumbuhan Islam yang luar biasa di Inggris. Ia menjadi ulama, seorang Imam dan penganjur Islam paling bersemangat di dunia Barat. Pada tahun 1894 Sultan Abdul Hamid II Khalifah terakhir Ottoman, mengangkatnya sebagai Sheikh-ul-Islam dari Kepulauan Inggris. Emir Afghanistan mengenalinya sebagai Sheikh Muslim di Inggris. Ia menjadi juru bicara terkemuka untuk Islam di media dan diakui oleh umat Islam di seluruh dunia. Dia adalah satu-satunya Muslim di Inggris telah resmi menjabat sebagai Sheikh Ul Islam Inggris. Dia mengeluarkan banyak fatwa dalam kapasitasnya sebagai ditunjuk Pemimpin Muslim di Inggris. Ia juga menulis dan menerbitkan sejumlah buku. Khususnya "Faith of Islam" yang memiliki tiga edisi diterjemahkan ke dalam tiga belas bahasa yang berbeda, dan sangat populer sehingga Ratu Victoria memerintahkan untuk menyalinnya. Quilliam akhirnya harus meninggalkan Inggris setelah menghadapi permusuhan dan penganiayaan, pengalaman Muslim pertama "Islamophobia" di Inggris. Dia akhirnya kembali ke Inggris dan mengganti nama menjadi Harun Mustafa Leon, dan meninggal pada tahun 1932 di dekat Woking.[41]

2. Marmaduke Pitckhall ( 1875-1936)

Muhammad Marmaduke Pickthall atau nama asalnya ialah William Pickthall lahir pada 7 April 1875 dalam kalangan penganut Kristian Anglikan. Ketika usiaya hampir 18 tahun, William memulakan pelayarannya ke Port Said. Port Said merupakan sebuah bandar pelabuhan yang terletak di kawasan timur laut Mesir. Perjalan awalnya ke Port Said itu telah membuka pengembaraannya ke beberapa buah negara Arab dan Turki. Lebih berkesan lagi ialah mendorong minatnya untuk mendalami Islam. Disebabkan William semakin fasih berbahasa Arab, khalifah dinasti Turki Uthmaniyah menawarkan beliau untuk mempelajari kebudayaa Timur. Semasa meletusnya Perang Dunia I antara tahun 1914-1918, William menulis beberapa pucuk surat kepada Khalifah Turki Uthmaniyah sebagai sokongan peribadinya. Tatkala propaganda yang menyebabkan meletusnya peperangan di Armenia pada tahun 1915, William dengan tegas menolak dakwaan bahawa kerajaan Turki Uthmaniyah menjadi punca pembunuhan rakyat Armenia. Pada tahun 1917, William memeluk agama Islam dan menukarkan namanya kepada Muhammad Marmaduke Pitchkhal. Sebelumnya, beliau menjadi seorang ahli panel dalam dalam perbincangan mengenai “Islam and Progress” di Muslim Literary Society, Nottinghill, London pada 29 November 1917. Setelah memeluk Islam, Muhammada Marmaduke melibatkan diri dalam pertubuhan keagamaan dan giat melaksanakan kerja-kerja dakwah. Pada tahun 1919, aktif dalam Biro Maklumat Islam di London dan menjadi penyunting kepada media Islam, iaitu Muslim Outlook. Pada tahun 1920, menerbitkan novel sulong dengan judul Early Hours. Pada tahun itu juga ia mendapat tawaran untuk berkhidmat di India sebagai pengarang di harian Bombay Chronicle. Pada tahun 1927, berpindah ke penerbitan Islamic Culture (sebuah majalah yang diterbitkan setiap tiga bulan) di Hayderabad sebagai editor utama. Pada tahun 1930, Muhammad Marmaduke berjaya menyelesaikan terjemahan al-Qur’an ke bahasa Inggeris dengan judul The Meaning of Glarious al-Qur’an. Terjemahan ini merupakan terjemahan ke dalam bahasa Inggeris yang pertama dilihat menepati dengan maksud al-Qur’an dan menjadi rujukan terbaik sehingga kini. Karen Armstrong, seorang ahli akademik dalam bidang perbandingan agama turut mengakui mengenai ketepatan terjemahan yang dibuat oleh Muhammad Marmaduke dan menjadikan terjemahan ini sebagai rujukan utama dalam penulisannya mengenai Islam.[42]

3. Yusuf Islam (Cats Steven)

Cat Stevens (lahir dengan nama Stephen Demetre Georgiou, lahir di London, Inggris, 21 Juli 1948; umur 65 tahun, dan sekarang bernama Yusuf Islam) adalah seorang penulis lagu dan pemusik yang berasal Britania Raya. Pada awal karier musiknya, Georgiou mengambil nama Cat Stevens. Sebagai Cat Stevens, ia berhasil menjual 40 juta album, kebanyakan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Lagu-lagunya yang paling populer termasuk "Morning Has Broken", "Peace Train", "Moonshadow", "Wild World", "Father and Son", "Matthew and Son", dan "Oh Very Young". Stevens menjadi seorang mualaf dan memeluk agama Islam pada tahun 1978 setelah mengalami near-death experience. Ia lalu mengambil nama Yusuf Islam dan menjadi seorang pendakwah vokal agamanya yang baru. Ia mendirikan yayasan kemanusiaan Small Kindness yang mulanya menolong korban kelaparan di Afrika dan sekarang membantu ribuan anak yatim dan keluarga di Balkan, Indonesia, dan Irak. Islam juga mendirikan yayasan kemanusiaan Muslim Aid tetapi meninggalkannya sebagai Ketua pada 1999.[43]

4. Lauren Booth

Laureen Booth adalah adik ipar mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Wanita kelahiran 1967 ini aktif sebagai penyiar radio dan presenter TV seperti BBC. Konversinya ke Islam tidak lama setelah ia berkunjung ke tepi barat Palestina. Ia terkesan dengan beberapa hal seperti seorang wanita tua dengan anak kecil menariknya ke dalam rumah mungkin dengan tujuan mengamankannya dari para tentara. Selanjutnya, ia terkesan dengan muslim yang shalat berjamaah di masjid, menurutnya “mereka membawa kehidupan mereka kedalam masjid dan ibadah mereka kedalam kehidupan keseharian mereka”. Dari sekian perjumpaannya, ia tidak dapat menahan diri untuk mendiskusikan persoalan kebebasan, dan akhirnya dia membuat kesimpulan bahwa kebebasan itu ketika berjalan dengan aurat tertutup.[44]

Berdasarkan pembahasan serta rumusan masalah di atas maka ada beberapa kesimpulan mengenai hal tersebut sebagai berikut:

  • Masuknya Islam di Inggris terbagi dua fase, fase pertama pada tahun 1869 setelah dibukanya Terusan Suez, sehingga membuka jalur bagi para pelaut dari Yaman serta India untuk berdagang atau jadi kuli di pelabuhan di Inggris. Pada fase kedua, yakni setelah Perang Dunia II, Inggris membutuhkan banyak Imigran sebagai buruh untuk memperlancar pembangunan, dan juga sebagai dampak dari terpisahnya Pakistan terhadap India, sehingga banyak masyarakat menjadi dilematis dan lebih memilih untuk migrasi ke Inggris. Pada tahun yang sama, geliat para mahasiswa dan dukungan pemerintah negara muslim untuk mengirim mereka belajar di Inggris. Sehingga mahasiswa inilah nantinya menjadi akademisi Muslim termuka di Inggris.
  • Secara demografis, berdasarkan statistik pada tahun 2011, jumlah penduduk muslim adalah 2.869.000 orang dari total penduduk 62.369.000 orang. Paling menarik adalah peningkatan jumlah masjid sebanyak 1.500 masjid. Hal ini membuktikan Islam semakin mengeliat di tanah Britania Raya.
  • Muslim di Inggris di bagi tiga kelompok pertama kelompok non- British awal yang migrasi ke Inggris, kedua anak cucu kelompok pertama dan ketiga revert community warga Inggris kulit putih asli. Dan komunitas muslim di Inggris didominasi oleh komunitas Asia selatan.
  • Muslim di Inggris mendapat berbagai tantangan khususnya EDL dan Afro Caribbean. Sebagai bentuk Islamophobia.
  • Islam di Inggris merupakan perwujudan Islam yang universal serta majemuk. Karena beragam kultur disana, akan tetapi mereka saling mengerti satu sama lain, bahkan meskipun ada sentiment aliran. Mereka tetap satu kesatuan yakni Islam.
  • Kehidupan Muslim di Inggris, sangat didukung oleh kebijakan Multikultural pemerintah Inggris. Sehingga dukungan terselenggaranya prinsip Syariah berjalan lancar dari persoalan pakaian, makanan halal, dakwah hingga perbankan.
  • Terdapat banyak tokoh Inggris yang berpengaruh dalam proses Islamisasi di Inggris, beberapa di antara mereka adalah Syeikh Abdullah Quilliam, Marmaduke Pitckhall, Yusuf Islam (Cats Stevens) dan paling fenomenal adalah Lauren Booth adik ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair.
DAFTAR PUSTAKA

Aidid, Hasyim. Dinamika Muslim dan Penegakan Hukum Islam di Inggris Cet. I; Makassar: Alauddin Press University, 2011.

Setiawan dan Sri Budi Eko Wardani, Teguh. Denyut Islam di Eropa Cet. I; Jakarta; Penerbit Republika, 2002. 

http://id.wikipedia.org/wiki/terusan_suez di akses pada tanggal 27 April 2014, jam 20:00

http://ichlerne.wordpress.com/islamaroundtheworld/islamdiinggris/ di akses pada tanggal 27 April 2014, jam 20:00

http://islam in britain/Islam in the United Kingdom - Wikipedia, the free encyclopedia.html di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 14:00

http://en.wikipedia.org/wiki/Commonwealth_Immigrants_Act_1962. di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 14:00



http://www.christianvoice.org.uk/index.php/demographic-concerns/ di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 15:00


http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Muhajiroun di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 15:00

http://en.wikipedia.org/wiki/English_Defence_League di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 15:00

http://id.wikipedia.org/wiki/Holokaus di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 16:00

http://en.wikipedia.org/wiki/British_African-Caribbean_people di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 16:00

http://muslimmatters.org/2014/01/10/british-ban-face-veil/ di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 17:00


http://abdullahquilliam.com/wp/about-abdullah-quilliam di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 19:00


http://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_Islam di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 19:30

[1]Multikulturalisme Inggris dapat diperhatikan ketika melihat film, suasana di stadion sepakbola atau beragamnya pelajar disana. Bahkan faktanya sangat banyak imigran asing yang bukan kulit putih terdaftar sebagai warga negara Inggris. 

[2]Hasyim Adid, Dinamika Muslim dan Penegakan Hukum Islam di Inggris (Cet. I; Makassar: Alauddin Press University, 2011), h.1. 

[3]Terusan Suez (bahasa Arab, Qanā al-Suways), di sebelah barat Semenanjung Sinai, merupakan terusan kapal sepanjang 163 km yang terletak di Mesir, menghubungkan Pelabuhan Said (Būr Sa'īd) di Laut Tengah dengan Suez (al-Suways) di Laut Merah. Terusan Suez dibuka tahun 1870 dan dibangun atas prakarsa insinyur Perancis yang bernama Ferdinand Vicomte de Lesseps. Terusan ini mengizinkan transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa mengelilingi Afrika. Sebelum adanya kanal ini, beberapa transportasi dilakukan dengan cara mengosongkan kapal dan membawa barang-barangnya lewat darat antara Laut Tengah dan Laut Merah. Dalam era Perang Dunia I Terusan Suez yang saat itu berada di bawah kekuasan Inggris, diserang oleh pasukan Jerman dan Turki Ottoman. Posisi Suez yang sangat strategis, yaitu menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah, menjadikan terusan ini objek rebutan antara pasukan Sekutu dan Axis. Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Terusan_Suez di akses pada tanggal 27 April 2014, jam 20:00 

[4]Ibid,h. 9. 

[5]http://ichlerne.wordpress.com/islamaroundtheworld/islamdiinggris/ di akses pada tanggal 27 April 2014, jam 20:00 

[6]loc. cit. 

[7]http://islam in britain/Islam in the United Kingdom - Wikipedia, the free encyclopedia.html di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 14:00 

[8]Hasyim Aidid, op. cit, h. 10. 


[9]Pimpinan oposisi di parlemen Inggris pada waktu itu, Hugh Gaitskell mengatakan tindakan (undang-undang) ini merupakan tindakan kejam dan rasis terhadap warna kulit lain. Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Commonwealth_Immigrants_Act_1962. di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 14:00 


[11]loc.cit. 

[12]Ibid., h. 11. 

[13]Mengenai beasiswa ini, penulis menemukan berbagai beasiswa kajian keislaman di Inggris. Salah satunya di Universitas Oxford yang bersedia memberi beasiswa kepada para mahasiswa yang berminat dan memiliki potensi untuk mengkaji Islam di tanah mereka. Bahkan dikatakan bahwa program The Oxford Centre for Islamic Studies is a Recognized Independent Centre atau OXCIS telah ada sejak 1985. Hal ini berarti selisih 20 tahun sejak imigrasi besar-besaran pekerja buruh dan mahasiswa muslim pada fase kedua di Inggris. Lihat dihttp://www.ox.ac.uk/feesandfunding/prospectivegrad/scholarships/university/ocis/ di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 14:00 

[14]en.wikipedia.org/Islam in United Kingdom berdasarkan "2011 Census: KS209EW Religion, local authorities in England and Wales". ons.gov.uk. di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 15:00 

[15]Ibid. 

[16]Office for National Neighbourhood Statistics. Area: London- Religion (UV15). dalam Hasyim Aidid, op.cit, h. 6. 

[17]Teguh Setiawan dan Sri Budi Eko Wardani, Denyut Islam di Eropa (Cet. I Jakarta; Penerbit Republika, 2002) h. 9. 

[18]Ibid.h. 10. 

[19]http://www.christianvoice.org.uk/index.php/demographic-concerns/ di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 15:00 

[20]Hasyim Aidid, op.cit.,h 37-38. 

[21]Ibid, h. 43. 


[23]op.cit., h. 13. 

[24]Ibid, h.47. 

[25]Ibid.,h. 19. 

[26]Al-Muhajirun adalah organisasi teroris Salafi-Wahhabi Islam dilarang yang berbasis di Inggris dan yang telah dikaitkan dengan terorisme internasional, homofobia dan antisemitisme. Kelompok ini dilarang di bawah Undang-Undang Terorisme Inggris 2000 pada tanggal 14 Januari 2010 bersama dengan empat organisasi lain termasuk Islam4UK. Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Muhajiroun di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 15:00 

[27]http://en.wikipedia.org/wiki/English_Defence_League di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 15:00 

[28]Hooligans adalah sekelompok orang yang menyukai kekerasan dan pengrusakan serta tindakan vandalism. Kebenyakan dari mereka penggemar sepakbola. 

[29]Holocaust adalah genosida terhadap kira-kira enam juta penganut Yahudi Eropa selama Perang Dunia II, suatu program pembunuhan sistematis yang didukung oleh negara Jerman Nazi, dipimpin oleh Adolf Hitler, dan berlangsung di seluruh wilayah yang dikuasai oleh Nazi. Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Holokaus di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 16:00 

[30]Hasyim Aidid, op.cit., h.20 

[31]http://en.wikipedia.org/wiki/British_African-Caribbean_people di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 16:00 

[32]Hasyim Aidid, op.cit., h. 26-28. 

[33]Ibid., h. 56. 

[34]Zabihah atau zabaha berarti disembelih 

[35]Rasanya ini merujuk pada Q.S al-Maidah: 5, “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka“ 

[36]Hasyim Aidid, op.cit., h. 60-63. 

[37]Lihat http://www.foodguide.org.uk/, www.halalfoodauthority.co.uk/, www.zabihah.com, www.halalhmc.org dan lain-lain di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 16:00 


[39]Hasyim Aidid, op.cit., h. 65. 


[41]http://abdullahquilliam.com/wp/about-abdullah-quilliam di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 19:00 


[43]http://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_Islam di akses pada tanggal 28 April 2014, jam 19:30 

[44]Hasyim Aidid, op.cit., h. 85-87.

0 komentar:

HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html