Wednesday, 23 March 2016

Gretep; Burung Garuda Dalam Cerita Sejarah Orang Labala

Gretep adalah nama burung mitos (sejenis burung elang/rajawali/garuda) yg mencengram benang kapas (kedu-lelu) milik putri/saudari perempuan Raja Mayeli (Raja Labala pertama dari LEPAN-BATAN)*. 

Burung gretep inilah yang menjadi penuntun perjalanan Raja Mayeli bersama rakyatnya dalam perjalanan berlayar dari LEPAN-BATAN hingga berlabuh di pantai Tanjung Lewonuba (sekarang Labala-Leworaja-Lembata-NTT).

LEPAN-BATAN dalam kisah sejarah Orang Labalah adalah nama daratan atau benua yang hilang atau tenggelam karena peristiwa bencana dahsyat air bah atau tsunami yang terjadi pada jaman dahulu kala. Bencana dahsyat inilah yang menyebabkan eksodus massal penduduk benua tersebut untuk melakukan perjalanan, berlayar mencari tempat tinggal baru. Cerita air bah dan tenggelamnya benua atau daratan ini memiliki kesamaan dengan cerita banjir air bah pada jaman Nabi Nuh AS.

Tulisan ini hanya fokus pada cerita perjalanan Raja Mayeli dengan burung mitos yang disebut Gretep (elang/rajawali/garuda). Kata "gretep", bila ditelusuri dalam Bahasa Labala, berasal dari kata Gipe (menjepit dengan kuat), gripe (jalanan/jalur yang sempit/mencekik sehingga susah dilalui), grape= Robek/koyak karena cengkraman/tarikan/renggutan/genggaman yang sangat kuat...

Dalam banyak kisah mitos sejarah asal-usul di berbagai negara, digambarkan bahwa burung dengan ciri khas mencengkram, merenggut, mencekik dengan cakarnya yang kuat dan kokoh adalah burung elang/rajawali, yang dalam banyak mitos disebut burung garuda (Misalnya cerita tokoh wisnu/erlangga/angling dharma yang mengendarai burung garuda).

Itulah mengapa diberbagai negara seperti di indonesia misalnya, burung rajawali/garuda dijadikan lambang negara. Ada juga organisasi yang menjadikan burubg rajawali/garudasebagai logo organisasi karena burung rajawali/garuda ini merupakan representasi dari kekuatan, ketangguhan atau keperkasaan.

Di sisi yang lain, seperti di Labala misalnya, burung gretep (elang/rajawali/garuda) ini diyakini sebagai penuntun, pembimbing, pengarah dalam perjalanan menuju tujuan akhir atau menuju cita-cita tertinggi. Ini digambarkan dalam cerita perjalanan Raja Mayeli menuju atau mencari tempat baru yang dituntun atau dibimbing oleh burung gretep ini.

Saya teringat kisah dalam sebuah buku hikayat yang dalam terjemahan bahasa indonesia berjudul "Musyawarah Para Burung" atau "Parlemen Burung". Buku ini adalah karya sastra klasik sufistik yang ditulis oleh seorang Ulama Sufi yang bernama, Fariduddin Al-Attar. Dalam hikayat sufistik ini, diceritakan perjalanan segerombolan burung yang dipimpin oleh seekor burung sebagai pemimpin dan penuntun perjalanan. Pemimpin para burung ini bernama Burung Hud-hud (nama burung yang di ambil dari kisah Nabi Sulaiman AS dan Ratu Balgis). 

Dalam hikayat sufi ini diceritakan, gerombolan burung yang dipimpin atau dibimbing oleh Burung Hud-hud ini, melakukan perjalanan panjang melintasi tujuh lembah penderitaan dan tujuh lembah kesenangan yang merupakan batu ujian untuk bisa sampai ke istanah Burung Simurg (Raja Burung). Cerita dalam hikayat ini sejatinya adalah gambaran perjalanan spiritual (ruhani/batin) manusia menuju Tuhan.

Hikayat 'Musyawarah Para Burung" ini, meski hanya sekadar cerita pembimbing spiritual sufistik, namun sedikit banyak memiliki kesamaan makna dengan kisah sejarah perjalanan Raja Mayeli yang dibimbing oleh Burung Gretep.

Sedangkan untuk kata rajawali, dalam konteks sejarah Orang Labala bisa dimaknai sebagai; "Raja" dan "wali" yang berarti pendamping atau penuntun raja dalam perjalanan pelayaran. Kita mengenal istilah wali kelas (pendamping siswa dalam kelas), wali murid (orangtua/pembimbing murid), wali kota/wali negeri (pejabat yang menjadi wakil/pemimpin masyarakat). 

Cerita burung Gretep ini mengingatkan saya pada cerita mitos tentang makhluk Griffin, yang dalam banyak gambar terlihat menyerupai burung elang/rajawali/garuda namun berbadan singa yang kekar. Hal yang unik adalah, entah kebetulan atau memang ada keterkaitan sejarah, kata "Griffin" dalam Bahasa Eropa Latin memiliki kesamaan arti dan makna dengan kata "Gretep" dalam Bahasa Lamaholot Labala. Kata griffin dari bahasa latin berasal dari kata "grip" artinya mencengkram, grab artinya merenggut atau merampas, "gripe" artinya memegang kuat-kuat atau menggenggam erat-erat.
Sekali lagi, entah kebetulan atau tidak, kedua kata ini; Griffin (bahasa latin) dan Gretep (Bahasa Labala) nyaris memiliki persamaan arti dan makna yang mungkin saja memiliki hubungan sejarah yang misterius tentang mitos burung garuda.

Selain itu, makhluk Griffin ini dalam banyak hikayat dikaitkan dengan malaikat. Makhluk gaib yang diutus Tuhan untuk menjadi pembimbing atau penuntun bagi manusia yang berbuat kebajikan, atau sebaliknya bertugas sebagai pemberi hukuman kepada manusia yang berbuat kejahatan. Kombinasi antara sifat tegas (mencengkram) dan sifat lembut (membimbing/menuntun) ada pada kisah burung gretep yang mencengram benang kapas dan menjadi penuntun Raja Mayeli selama dalam perjalanan pelayaran mencari tempat baru.

Demikianlah sekelumit tulisan yang saya persembahkan ini. Meski apa yang saya tulis ini barangkali bukanlah sebuah fakta kebenaran yang final, namun semoga apa yang telah saya paparkan di atas, bisa menjadi bahan bagi para pembaca untuk mengulik aneka cerita yang melatari keyakinan akan mitos cerita asal Burung Garuda, yang oleh para pendiri bangsa dijadikan lambang Negara Repubik Indonesia yang tercinta ini. Salam. (**)

~AtaLabala~
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan:

LEPAN-BATAN, dalam penuturan sejarah orang Labala, adalah tempat yang diyakini sebagai "Nuha=benua" yang berarti benua atau daratan yang hilang karena tenggelam pada peristiwa air bah atau tsunami dahsyat pada jaman dahulu kala. Bencana air bah inilah yang menyebabkan Raja Mayeli (Yang kemudian menjadi Raja Labala pertama) bersama rakyatnya melakukan perjalanan dengan berlayar menggunakan tena (perahu layar). Cerita yang mirip dengan kisah bahtera Nabi Nuh As ini diceritakan oleh nenek moyang Orang Labala secara oral (lisan) turun temurun dari generasi tempo doeloe yang hidup entah berapa puluh ribu tahun silam...(**)

SUMBER

0 komentar:

HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html