Tuhan adalah pencipta alam semesta, termasuk di dalamnya manusia sendiri. Selanjutnya Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak.di sini timbul pertanyaan, sampai di manakah manusia sebagai ciptaan Tuhan, bergantung pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? Atau manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan Tuhan?
Dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu, kaum Jabariah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbutannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
Lebih lanjut, Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian, masyarakat Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginannya sendiri. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaan-kesukaan hidup. Akhirnya, mereka banyak bergantung pada kehendak alam. Hal ini membawa mereka pada sikap fatalism.[1]
A. Pengertian Jabariah dan Qadariah
1. Jabariah
Oleh Lydia Megawati |
Adapun menurut istilah ahli ilmu kalam, Jabariah adalah suatu aliran atau paham kalam yang berpendapat bahwa manusia itu di dalam perbuatannya serba terpaksa (majbur). Artinya, perbuatan manusia itu pada akhirnya adalah perbuatan Allah swt.
Dalam Bahasa Inggris, Jabariah disebut fatalis atau predestination, yaitu paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan semuanya oleh Qada dan Qadar Tuhan. Menyerahkan segala-galanya pada nasib dan untung yang langsung ditentukan oleh Tuhan, dan usaha manusia untuk menentukan nasib dan untungnya dipandang tidak bermanfaat.
2. Qadariah
Qadariah berasal dari Bahasa Arab yang berarti kekuatan atau kemampuan. Adapun menurut pengertian terminologi, Qadariah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkan sendiri. Untuk melaksanakan kehendak-Nya, menurut paham Qadariah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatannya.
B. Latar Belakang Timbulnya Aliran Jabariah dan Qadariah
Dalam sejarah teologi Islam dikemukakkan bahwa paham Jabariah dan Qadariah bersamaan muncul. Daerah kelahirannya pun berdekatan. Qadariah muncul di Irak sedangkan Jabariah di Khurasan.
Paham Jabariah pada mulanya dipelopori oleh al-Ja’ad bin Dirham. Namun pada waktu itu belum begitu berkembang. Paham ini baru berkembang setelah disebarluaskan oleh Jahm bin Safwan. Karena itu aliran ini terkadang disebut Jahmiah. Benih-benih paham al-Jabar telah muncul jauh sebelum kedua tokoh di atas. Benih-benih itu terliahat dalam pristiwa ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam takdir Tuhan. Nabi melarang mereka memperdebatkan persoalan tersebut agar terhindar dari kekeliruan pemikiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.
Sedangkan Qadariah muncul sekitar tahun 70 H (689 M),tokoh ulma Qadariah ialah Ma’bad dan Ghailan al-Dimasyiqi. Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh al-Uyun, seperti dikutip Ahmad amin, memeberi informasi lain bahwa pertama sekali memunculkan paham Qadariah adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam balik lagi ke agama Kristen. Dari orang inilah Ma’bad dan Ghailan mengambil paham ini. Orang Irak yang dimaksud, sebagaimana dikatakan Muhammad Ibnu Syu’ib yang memperoleh informasi dari al-Auzai. Sebagian yang lain berpendapat diduga paham lain muncul diebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak ipekerjakan di istana-istana Khalifah.
C. Tokoh dan Ajaran-Ajarannya
Al-Syahrastani mengatakan bahwa Jabariah terbagi dua yaitu; Jabariah ekstrem dan Jabariah moderat. Jabariah ekstrem menyebutkan bhwa manusia tidak mempunyai kekuatan untuk berbuat dan perbuatan yang dilakukannya, tidak pada dirinya. Jabariah moderat berpendapat bahwa manusia memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan ukan karena dipaksakan. Kemampuan yang telah diciptakan dalam diri manusia memantulakan kepada perbuatan-perbuatannya.
a. Jahm bin Safwan
Adalah Jahm bin Safwan adalah tokoh Jabariah ekstrem dari Khurasan. Dia adalah pendiri golongan Jabariah dalam kalangan Murji’ah. Menurut Jahm bin Safwan, perbuatan manusia diciptakan Tuhan dalam manusia. Manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa, tidak mempunyai kemampuan dan daya untuk melakukan perbuatannya. Manusia tidak ubahnya sebagai wayang yang tidak bergerak kalau tidak digerakkan oleh dalang.
b. Husain ibn Muhammad an-Najjar
Al-Najjariah dianggap paham moderat, karena tidak menepatkan diri pada paham Jabariah ekstrim. Menurut Al-Najjar, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia baik atau buruk sedangkan manusia hanya memperolehnya. Menurut paham ini, manusia ikut berperan dalam menentukan perbuatannya, tenaga yang telah diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbutan-perbuatannya.
KESIMPULAN
- Jabariah adalah salah satu dari beberapa aliran kalam atau teologi di dalam Islam. Jabarish secara bahasa berasal dari kata jabra yang berarti terpaksa, yakni manusia itu di dalam perbuatannya serba terpaksa, artinya, perbuatan manusia itu pada akhirnya adalah perbuatan Allah swt. Sedangkan Qadariah berasal dari qadara artinya kuasa atau mampu. Suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan mausia tidak diintervensi oleh Tuhan.
- Ada pendapat yang mengatakan bahwa kemunculan paham Jabariah ini diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu Yahudi dan Kristen. Sedangkan latar belakang timbulnya paham Qadariah disebabkan oleh pengaruh orang Kristen yang banyak dipekerjakan di intana-istana Khalifah.
REFERENSI
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam (Cet. 11; Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 60
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam (Cet. 11; Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 60
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 11 (Cet; 6: Jakarta UI Press, 1986), h. 37
0 komentar:
Post a Comment