Sumber Gambar : kelayaban.files.wordpress.com |
Kota Mekkah jauh sebelum Nabi Ibrahim a.s dan Ismail a.s, memang telah memiliki keutamaan luar biasa sejak era Nabi Adam a.s, bahkan pondasi kakbah yang berada di Mekkah yang dibangun oleh Malaikat. Hal ini senada dalam Q.S AliImran 3:96;
Terjemahnya:
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”[1]
Keutamaan kota Mekkah berlanjut hingga era Qushay bin Kilab (Bani Quraisy) yang menguasai kota tersebut pada pertengahan abad V yaitu pada tahun 440 M. Peralihan kekuasaan dari Bani Khuza’ah terjadi akibat perlawanan yang dilakukan oleh Qushay bin Kilab sehingga dimulailah era kepemimpinan Bani Quraisy.[2] Hal ini berarti memang kota Mekkah sejak dahulu telah diperebutkan oleh berbagai bani di daerah tersebut.
Memasuki era Rasulullah saw. perebutan kota Mekkah tidak lagi menjadi persoalan antara bani-bani, akan tetapi sudah menjadi perebutan antara keyakinan vs keyakinan, antara Islam melawan kekufuran. Bahkan Rasulullah mengutarakan keutamaan kota Mekkah dalam sebuah hadits bahwa:
“Tidak ada bumi yang lebih baik dan lebih aku sukai daripadamu (Mekah), seandainya kaumku tidak mengusirku darimu, maka aku tidak akan tinggal selainmu”[3]
Sehingga dalam sejarah atau sirah Rasulullah saw. diketahui bahwa terdapat salah satu peristiwa yang sangat menetukan bagi berdirinya panji Islam di jazirah Arab yakni penaklukkan kota Mekkah pada tahun 8 H. Maka pembahasan mengenai penaklukkan kota Mekkah menjadi pembahasan yang menarik untuk diketahui lebih lanjut.
A. Motif Penaklukkan Kota Mekkah
Sebenarnya, konflik antara Islam dan Kafir Quraisy telah berhasil diredam dengan adanya Perjanjian Hudaibiyah. Sebab salah satu pasal perjanjian Hudaibiyah adalah bahwa suku-suku Arabia bebas berpihak kepada kaum Quraisy atau kepada kaum Muslimin, menurut kebijaksanaan mereka masing-masing. Oleh karena itu suku Khuza’ah bersekutu dengan Islam dan suku Bani Bakr bersekutu dengan kaum Quraisy.[4] Keberpihakan Khuza’ah kepada Islam didasarkan karena kekuasaan mereka yang telah direbut oleh Bani Quraisy yang telah mereka pegang selama ratusan tahun.[5] Selain itu yang tak kalah pentingnya, Khuza’ah dan Bani Bakr memang telah memiliki permusuhan sejak kepemimpinan diambil alih oleh Bani Quraisy.
Setelah keberpihakan tersebut, salah satu kabilah dari Bani Bakr yakni Bani Ad-Dail melancarkan balas dendam terhadap Kabilah Khuza’ah atas kematian orang-orang dari kabilah Bani al-Aswad bin razn Ad-Daili. Persoalan ini terjadi sebelum Islam datang, yakni orang-orang dari Kabilah Khuza’ah menyerang dan membunuh kabilah Bani Al-Aswad bin Razn Ad-Daili di Araf diperbatasan bertanda batu yang menunjukkan batas tanah haram.[6] Keinginan Bani Bakr untuk balas dendam karena mereka juga didukung serta mendapatkan suplai senjata dari Bani Quraisy. Maka salah seorang dari suku Bani Bakr-Bani Ad-Daili bernama Naufal bin Muawiyah Ad-Daili, memprovokasi hal tersebut, namun tidak semua kabilah Bani Bakr turut serta mengikutinya. Maka dilancarkanlah seranganan terhadap Khuza’ah pada malam hari di mata air al-Watir. Bahkan pasukan gabungan Bani Ad-Daili dari Bani Bakr dan Bani Quraisy tersebut berhasil mendesak Kabilah Khuza’ah mundur ke tanah haram.[7]
Salah seorang dari kabilah Khuza’ah saat itu berhasil lolos dari serangan Bani Bakr, bernama Buda’il bin Warqa. Maka Budail dan sekelompok orang-orang Khuza’ah berdatangan ke Madinah untuk menemui Rasulullah dan melaporkan kejadian tersebut. Setelah itu mereka kembali ke Mekkah, dan mereka bertemu dengan utusan Bani Quraisy yakni Abu Sufyan bin Harb yang datang untuk memperkuat perjanjian dengan Rasulullah saw. setelah kaum Quraisy merasa akan mendapatkan kesulitan karena turut membantu Bani Bakr dalam melampiaskan dendamnya terhadap orang-orang Khuza’ah.[8] Akan tetapi Budail tidak memberi tahu perihal kedatangan mereka kesana, Abu Sufyan yang penasaran memeriksa kotoran unta mereka terbukti dalam kotoran unta tersebut terdapat biji kurma, ini berarti rombongan Budail baru datang dari Madinah.[9]
Setelah Abu Sufyan sampai di Madinah, ia mengunjungi terlebih dahulu rumah putrinya, Ummu Habibah. Saat ia hendak duduk di kasur Rasulullah saw. akan tetapi Ummu Habibah lalu menarik kasur itu dan melipatnya karena menganggap Abu Sufyan seorang musyrik yang najis tidak pantas duduk di atas kasur Rasulullah. Kemudian dia keluar ke tempat Rasulullah akan tetapi Rasulullah tidak meresponnya. Lalu ia ketempat Abu Bakar serta Umar akan tetapi kedua sahabat Rasul menolaknya, bahkan Umar bin Khattab berniat memeranginya. Terakhir, ia datang ke tempat Ali dan Fatimah meminta pertolongan, Fatimah putrid Rasul menolak membantu, akan tetapi Ali dengan sikap bijaksana memberikan solusi bagi Abu Sufyan yakni sebagai pemimpin Bani Kinanah, berdiri, lindungi manusia dan pulang ke tempat asalnya. Maka Abu Sufyan menjalankan hal tersebut, pergi ke masjid dan berkata: “Wahai Manusia, aku telah memberikan perlindungan kepadamu” lalu pulang ke Mekkah.[10]
Jadi pada dasarnya, motif Rasulullah untuk menyerang Bani Quraisy di Mekkah karena ini merupakan momentum yang tepat untuk mengambil alih Mekkah dari tangan kafir Quraisy. Mekkah yang merupakan kota suci dan kiblat umat muslim serta tempat beribadah haji, sebagaimana yang diinginkan dalam perjanjian Hudaibiyah[11] mengenai larangan umrah pada tahun itu tetapi pada tahun setelahnya. Akan tetapi kaum kafir Quraisy melanggar salah satu pasal dalam Hudaibiyah yakni gencatan senjata. Maka Rasulullah saw beserta ummat muslim perlu memeranginya.
Sumber Gambar : http://www.alameenlibrary.com/ |
B. Tahapan Peristiwa Penaklukkan Mekah
Peristiwa Penaklukkan Mekah adalah serangkaian peristiwa dimana Rasul memberikan suatu determinasi atau tekanan mental kepada pihak lawan “Kafir Quraisy” sebagai akibat dari pelanggaran perjanjian Hudaibiyah dan juga memanfaatkan momentum untuk melepaskan kota suci ini dari kaum kafir Quraisy. Adapun tahapan tahapannya sebagai berikut:
1. Merahasiakan detail persiapan perang
Rasululah saw. dalam persiapan sebelum berangkat ke Mekah sangat merahasiakan mengenai detail keberangkatan tersebut dengan tujuan untuk memberikan efek kaget bagi target mereka. Dalam sebuah riwayat dari ath-Thabarani, bahkan Rasulullah sudah menyuruh Aisyah untuk mempersiakan berbagai peralatan tiga hari sebelum informasi pelanggaran perang sampai di telinga Rasul. Bahkan ketika Abu Bakar r.a mendatangi anaknya, seraya bertanya mengenai apa yang dipersiapkan Rasulullah, Aisyah sendiripun tidak tahu menahu persoalan itu.[12]
Untuk lebih menjaga kerahasiannya, Rasulullah mengutus pasukan berjumlah delapan orang dipimpin oleh Abu Qatadah menuju Dzul Khasyab dan Dzul Marwah dengan tujuan ada anggapan bahwa Rasul berniat pergi ketempat tersebut.[13] Bahkan dalam sebuah riwayat Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menyusul Muzainah seorang wanita yang membawa surat ke Mekah mengenai persoalan penyerangan tersebut. Surat itu berisi tentang peringatan kepada keluarga Hathib ibn Balta’ah yang masih menjadi bagian kafir Quraisy di Mekah.[14]
2. Pasukan Islam bergerak menuju Mekkah
Setelah sepuluh hari berlalu dari bulan Ramadhan 8 H. Rasulullah dan pasukannya yang berjumlah 10.000 orang[15] bergerak menuju Mekah. Setelah meninggalkan Madinah beliau tiba di Juhfah dan bertemu dengan Abbas bin Abdul Muthalib paman beliau yang telah masuk Islam untuk keluar dan berhijrah. Selanjutnya, Rasulullah tiba di Abwa’ dan bertemu Abu Sufyan bin Al-Harits musuh Islam yang menyatakan diri untuk menjadi seorang muslim.[16]
Dalam perjalanannya pasukan Islam singgah di daerah Marru Zhahran untuk berbuka puasa hingga sholat isya. Abbas bin Abdul Muthalib dengan mengendarai bagal Rasul mencari tukang kayu atau pemilik susu yang berkepentingan untuk pergi ke Mekkah menerangkan perihal kedatangan Rasulullah saw. Agar mereka datang menemui beliau dengan meminta jaminan keamanan sebelum mereka mendapati kekerasan. Tiba-tiba ia mendengar suara Abu Sufyan yang tengah melihat Api dengan jumlah yang banyak, Abbas pun membawa Abu Sufyan segera menemui Rasulullah saw. Ketika Abbas membawa Abu Sufyan, Umar bin Khattab sempat menahannya, akan tetapi Rasulullah saw. memberi Abu Sufyan kesempatan berbicara dan masuk Islam. Meskipun ditengah pembicaraan Abu Sufyan bin Harb sempat tidak mengakui kerasulan Muhammad, akan tetapi ia pun mengakuinya. Atas saran Abbas paman Rasulullah saw., Abu Sufyan adalah seseorang yang menyukai kebanggan personal maka Rasulullahpun bersabda “ Barangsiapa yang memasuki rumah Abu Sufyan bin Harb dia aman, menutup pintu aman serta memasuki Masjidil Haram aman”.[17] Hal ini dilakukan selain member kebanggan juga menanam benih-benih kasih serta keikhlasan dalam hati ummatnya, khususnya Abu Sufyan bin Harb sebagai petinggi Bani Quraisy.[18]
Selanjutnya, Rasullullah memerintahkan Abbas agar membawa Abu sufyan ke tempat tinggi untuk memperlihatkan parade militer kepada Abu Sufyan bin Harb. Sehingga Abu Sufyan dapat melihat dengan jelas setiap panji-panji kabilah yang berada dalam pasukan muslim yang terdiri dari kabilah Sulaim, kabilah Muzainah serta kabilah yang telah bergabung dalam kesatuan kaum Muhajirin dan Anshar yang dikomandoi langsung oleh Rasulullah saw.[19] Setelah melihat hal tersebut maka Abu Sufyan bergegas untuk member tahu kerabatnya dari kafir Quraisy untuk menghidari perang, karena pada dasarnya keadaaan saat itu sudah berbalik, orang-orang Mekkah tidak cukup kuat untuk melawan suatu pasukan besar yang dipimpin oleh jendral seorang Nabi.[20] Maka Abu Sufyan menyuruh mereka untuk menghindari perang dan menyampaikan sabda Rasulullah saw. yang diberikan padanya di Marru Zahran.[21]
3. Pasukan Islam memasuki Mekkah
Sebelum memulai penaklukkan, Rasulullah saw. singgah di Dzi Tuwa. Setibanya disana beliau menunduk untuk bersyukur kepada Allah swt. atas kemenangan yang dikaruniakan kepadanya. Lalu beliau membagi pasukan menjadi tiga bagian, bagian pertama yang terdiri dari kabilah Aslam, Sulaim, Ghifar, Muzainah serta beberapa kabilah Arab lainnya. Beliau memerintahka n pasukan ini masuk dari dataran rendah Mekkah dan menyuruh mereka memerangi kafir Quraisy hingga menemui beliau di Shafa. Lalu Az-Zubair diperintahkan menancapkan bendera di al-Hujun melalui dataran tinggi Mekkah yaitu Kada’. Sedangkan Abu Ubaidah bersama orang-orang tidak bersenjata masuk dari tengah lembah hingga masuk Mekkah di hadapan Rasulullah saw.[22] Beliau sendiri masuk dari arah Adzakhir hingga tiba di bagian atas Mekkah, dan disanalah tenda beliau dipancangkan.[23]
Mengenai Khalid bin Walid yang mendapat julukan pedang Islam[24] masuk melalui arah Lith, bagian Mekkah bawah bersama pasukan, semula ia ditempatkan dipasukan yang terdapat kabilah-kabilah Aslam, Sulaim, dan lain-lain. Sementara pasukan kafir Quraisy yang diantara mereka masih ada yang bersikeras berperang yakni Shafwan bin Umayyah, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr mengumpulkan orang-orang di Alkhandamah serta Himas bin Qais saudara Bani Bakr telah mempersiapkan senjata untuk berperang. Akan tetapi mereka tidak mampu membendung kekuatan Islam, khususnya Khalid bin Walid serta pasukannya. Sehingga korban kaum musyrikin yang terbunuh sebanyak 12 atau 13 orang, diantaranya yang mundur adalah Himas bin Qais dari Bani Bakr pulang mengunci rumahnya.[25]
Setelah Rasulullah memasuki Mekkah dan melihat banyak berhala maka beliau menghancurkan berhala tersebut sambil membaca firman Allah dalam Q.S. Al-Isra 17-81[26], yakni;
ö@è%ur uä!%y` ,ysø9$# t,ydyur ã@ÏÜ»t6ø9$# 4 ¨bÎ) @ÏÜ»t7ø9$# tb%x. $]%qèdy ÇÑÊÈ
Terjemahnya:
“Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”
Lalu Rasulullah menyuruh ummat muslim untuk bertawaf sebanyak tujuh putaran. Dalam proses thawaf bahkan ada seorang kafir Quraisy bernama Fadhalah bin Umair berusaha membunuh Rasulullah saw. tapi Rasulullah mengambil tangannya dan menempatkan di dadanya seraya berkata “istighfarlah kepada Allah”. Seketika Fadhalah berhenti dan turut mengikuti Rasulullah berthawaf. Setelah thawaf, Rasulullah memanggil Utsman bin Thalhah mengambil kunci Kakbah darinya, lalu memasuki Kakbah serta menghancurkan patung merpati kayu, menghapus gambar-gambar malaikat di dinding Kakbah dan menghapus gambar Ibrahim sedang mengundi nasib.[27]
Setelah Rasulullah memebersihkan segala praktek kemusyrikan, maka Rasulullah juga memberikan sebuah peringatan kepada kaum kafir Quraisy dan segenap ummat Muslimin pada hari itu. Kesimpulan peringatan umum Rasulullah terkait tentang keharaman tanah Mekkah serta persolaan diharamkannya pembunuhan ditanah Mekkah, jika terjadi maka keluarga berhak atas dua hal, yakni meminta darah pembunuhnya jika mereka mau atau meminta mereka membayar diyat, lalu tidak boleh menebang tumbuh-tumbuhan, membawa pergi binatang buruan kecuali pohon idzkhir yang menjadi bahan rumah masyarakat Mekkah.[28]
Meskipun beliau telah mengeluarkan peringatan umum, akan tetapi sebelumnya ada beberapa tokoh kafir Quraisy yang dihalalkan darahnya yakni Abdullah bin Sa’ad yang murtad padahal sebelumnya pencatat wahyu, ia diberi perlindungan oleh Utsman bin Affan, dan meminta kepada Rasul jaminan keamanan. Lalu Abdullah bin Khathal yang murtad akhirnya terbunuh. Huwairits bin Nuqaidz salah seorang provokator dalam menghancurkan kekuasaan Islam, namun Ali bin Abi Thalib membunuhnya. Sarah serta Ikrimah bin Abu Jahal dihalalkan darahnya, akan tetapi mereka memohon ampunan dan keamanan maka Rasulullah memberinya. Terakhir ialah Miqyas bin Shubabah seorang Anshar yang membunuh saudaranya sendiri lalu kembali bergabung dengan kaum Musyrik.[29]
Rasulullah saw. dan sahabat berada di Mekkah selama 19 hari untuk memperbaiki rambu-rambu Islam di kota tersebut. Beliau juga menyuruh Abu Sa’id al-Khuza’I untuk memperbaharui beberapa bangunan tanah suci dan mengirimkan beberapa ekspedisi untuk menyerukan Islam serta menghancurkan berhala di sekitar Mekkah.[30]
KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa rumusan masalah sebelumnya yang telah dijawab serta dipaparkan pada Bab II pembahasan, maka kesimpulan untuk pembahasan tersebut adalah, sebagai berikut:
- Motif Rasulullah menyerang atau menaklukkan Mekkah setelah kaum kafir Quraisy membelot dari perjanjian Hudaibiyah dengan membantu Bani Bakr untuk menuntaskan dendamnya kepada Kabilah Khuza’ah. Meskipun demikian dapat dilihat Rasulullah sebenarnya memanfaatkan momentum ini juga untuk mengambil kemenangan sempurna bagi Islam.
- Tahapan Peristiwa Penaklukkan Mekkah, setidaknya ada tiga, pertama dengan merahasiakan detail perang dengan tujuan agar kaum Kafir Quraisy gentar dengan serangan tiba-tiba. Lalu kedua, tahapan bergeraknya pasukan Islam ke Mekkah. Pada tahapan ini, banyak peristiwa penting terjadi yakni masuknya Islam Abu Sufyan bin Harits, Abu Sufyan bin Harb, serta sabda Rasulullah yang diberikan kepada Abu Sufyan untuk disampaikan kepada kaum kafir Quraisy. Lalu tahapan selanjutnya, ialah serangan pasukan muslim ke Mekkah dengan beberapa peristiwa seperti pembagian formasi perang di Dzi thuwa oleh Rasullah, selanjutnya serangan pasukan muslim khususnya melalui poros Khalid bin Walid yang berhasil menumpas kaum Musyrikin, penghancuran segala praktek kemusyrikan, serta memberikan amnesti umum dan memperbaharui rambu-rambu Islam di Mekkah selama 19 hari dan kembali ke Madinah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mubarakfury, Syafiyurrahman. Sirah Nabawiyah Cet II. Jakarta: Robbani Press, 1998.
Ensiklopedia Islam, Proyek Buku Agama Pendidikan Dasar, 2001.
Gani, Muhammad Ilyas Abdul.Sejarah Mekah Cet. III; Madinah: AlRasheed Printers, 1423 H..
Hassan, Hassan Ibrahim Sejarah dan Kebudayaan Islam Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.
Hisyam, Ibnu Ishaq- Ibnu.Sirah Nabawiyah Cet. I; Jakarta: Akbar Media, 2013.
Hitti, Philip K. History of Arabs Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010
Mahmudunnasir, Syed. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya Cet. I; Bandung: CV. Rosda, 1988.
Qol’ahji, Muh. Rawwas Sirah Nabawiyah- Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Cet. III; Al-Azhar Press, 2007.
[2]Syafiyurrahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah (Cet II. Jakarta: Robbani Press, 1998) h. 21.
[3]Jami’ al Tirmidzi, al Manaqib (3926) dalam Muhammad Ilyas Abdul Gani, Sejarah Mekah (Cet. III; Madinah: AlRasheed Printers, 1423 H.) h. 19. “Hadits ini berkedukan Hadits Hasan Shahih Gharib”.
[4]Syed Mahmudunnasir, Islam, Konsepsi dan Sejarahnya ( Cet. I; Bandung: CV. Rosda, 1988) h. 143.
[5]Syafiyyurahman, op. cit. h. 19.
[6]Ibnu Ishaq- Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah (Cet. I; Jakarta: Akbar Media, 2013) h. 633.
[7]Ibid., h. 634.
[8]Muh. Rawwas Qol’ahji, Sirah Nabawiyah- Sisi Politis Perjuangan Rasulullah (Cet. III; Al-Azhar Press, 2007) h. 372-373.
[9]Ibnu Ishaq-Ibnu Hisyam, op.cit., h. 635.
[10]Ibid., h. 636-637.
[11]Ensiklopedia Islam, Proyek Buku Agama, 2001 h. 126.
[12] Syafiyurahman al-Mubarakhfury, op.cit., h. 599
[13]Ibid. h. 599-560.
[14]Ibnu Ishaq-Ibnu Hisyam, op.cit., h. 637.
[15]Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989) h. 32.
[16]Syafiyurahman al-Mubarakhfury, op.cit., h. 603.
[17]Ibnu Ishaq-Ibnu Hisyam, op.cit., h. 640-642.
[18]Muh. Rawwas Qol’ahji, op.cit., h. 383
[19]Ibid. h. 385-386.u
[20]Syed Mamudunnasir, loc.cit.
[21]Lihat Ensiklopedia Islam, op. cit., h. 47.
[22]Syafiyurahman al-Mubarakhfury, op.cit., h. 609-610.
[23]Ibnu Ishaq-Ibnu Hisyam, op.cit., h. 645.
[24]Lihat Philip K. Hitti, History of Arabs (Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 148.
[25]Ibnu Ishaq-Ibnu Hisyam, op.cit., h. 645-646.
[26]Muh. Rawwas Qol’ahji, op.cit., h. 388.
[27]Ibid., h. 388-389.
[28]Lihat Ibnu Ishaq-Ibnu Hisyam, op.cit., h. 651. Serta Muh. Rawwas Qol’ahji, op.cit., h. 388. dan Syafiyurahman al-Mubarakhfury, op.cit., h. 618-619.
[29]Muh. Rawwas Qol’ahji, op.cit., h. 390-392.
[30]Syafiyurahman al-Mubarakhfury, op.cit., h. 61.
0 komentar:
Post a Comment