Tepat 42 tahun yang lalu, Soekarno meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Soekarno meninggal dalam sepi, sebagai tahanan politik Orde Baru.
Sejak tahun 1967, Soekarno memang sudah diisolasi oleh Soeharto. Dia tidak boleh tampil di depan umum atau berbicara pada wartawan. Soekarno menjadi tahanan rumah di Wisma Yasoo, Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Tempat itu dulunya adalah rumah istri Soekarno, Ratna Sari Dewi.
Belakangan, isolasi makin ketat. Bahkan pihak keluarga dilarang menemui Soekarno. Tak cukup, pemerintah Soeharto mengambil televisi milik Soekarno. Terputuslah hubungan Soekarno dengan dunia luar.
Soekarno menjadi linglung dalam tahanan. Dia depresi dan menjadi sering berbicara sendiri.
Semenjak muda, Soekarno selalu menikmati berada di tengah-tengah ribuan rakyatnya. Berbicara dan berpidato di tengah rakyatnya. Kini Soekarno diasingkan dari rakyat Indonesia. Ditahan sendiri dalam sepi. Kesehatannya terus memburuk.
Sejak dulu memang Soekarno memiliki penyakit ginjal. Kini dalam tahanan, kondisinya semakin parah.
Tak ada siapa pun di samping Soekarno. Sebagian menyingkir dari sisinya karena takut diancam Soeharto. Sebagian lagi meninggalkan Soekarno karena menjadi pengikut Orde Baru.
Maka tengah hari 21 Juni 1970, Soekarno meninggal dalam usia 69 tahun. Jenazahnya dibawa ke Wisma Yasoo. Ribuan rakyat memadati jalan-jalan untuk memberi penghormatan terakhir. Karena khawatir akan pamor Soekarno, pemerintah Orde Baru tidak mengizinkan Soekarno dimakamkan di Bogor. Mereka meminta Soekarno dimakamkan jauh dari Jakarta.
Maka Soekarno dimakamkan di Blitar. Berdampingan dengan makam ibunya, Idayu Nyoman Rai. Sepanjang jalan, jutaan rakyat menangis untuk Soekarno. Padahal saat itu Orde Baru habis-habisan mengubur kisah Soekarno.
Mantan ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko yang mengantar jenazah Soekarno duduk satu mobil dengan putra-putri Bung Karno. Bambang pun terkesima melihat lautan manusia yang menangis. Dia berkata pada Rachmawati, salah satu putri Soekarno.
"Lihatlah Rachma, rakyat masih mencintai Bung Karno. Mereka juga kehilangan. Jasa Bapak bagi Nusa dan Bangsa tidak akan terlupakan selamanya." Rachmawati mengangguk membenarkan ucapan Bambang.
Saat pemakaman, tak henti-hentinya orang mengambil tanah dan bunga dari makam Soekarno. Ribuan orang bertahan di makam. Mereka baru pulang setelah dipaksa petugas.
Maka hari ini, 42 tahun lalu, berakhirlah hidup seorang manusia bernama Soekarno. Dia yang menjadi penyambung lidah rakyat Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment