1.Perkembangan Agama Islam di pulau Sumatera.
Berita Cina dan berita Arab memberikan bukti bahwa sejak abad ke-7 atau 8, perdagangan antara orang Arab, Persia, India, Cina dan Indonesia sudah ramai. Sebelum abad ke-9, dan pada abad ke-11, sudah terdapat perkampungan Muslim di Kalah, Takuapa, Qaquallah, dan Lamuri (Aceh). Dengan demikian, pada era kekuasaan Sriwijaya, pedagang muslim telah berlalu lalang di Selat Malaka dalam pelayaran ke Asia Tenggara dan Asia Timur.
Sejalan dengan kemunduran Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-13, selain mendapat keuntungan dagang, pedagang muslim juga memberi pengaruh politik. Di Aceh mereka menjadi pendukung berdirinya Kerajaan Samudera pasai yang bercorak Islam. Bermula dari Samudera Pasai, Islam kemudian berkembang ke Malaka. Diperkirakan pada abad ke-14 di Malaka sudah terdapat masyarakat muslim. Dengan semakin meluasnya perkembangan masyarakat muslim di Malaka, terbentuk kekuasaan politik, yakni Kerajaan Malaka pada awal abad ke-15. Situasi politik waktu itu memungkinkan kerajaan bercorak Islam berkembang. Bersamaan dengan tumbuhnya Malaka sebagai pusat jalur perdagangan dan berdiri sebagai kerajaan dan peranan politik Majapahit juga waktu itu menurun.
Pada awalnya Islam berkembang di daerah pesisir. Tome Pires mengatakan bahwa pada awal abad ke-16 daerah bagian pesisir Sumatra Utara dan bagian timur Malaka, yaitu Aceh dan Palembang, sudah banyak masyarakat Islam. Daerah pedalaman pada umumnya masih menganut kepercayaan lama. Proses islamisasi di daerah pedalaman Aceh dan Sumatra Barat baru terjadi sejak Aceh melakukan ekspansi politik pada abad ke-16 dan 17 M.
2.Perkembagan Agama Islam di Pulau Jawa
Penyebaran Islam di Pulau Jawa diduga berasal dari Malaka. Namun, kapan hal itu berlangsung belum dapat diketahui dengan pasti. Bukti tertua tentang Islam di Jawa adalah batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, yang berangka tahun 475H/1082M. Hal itu bukan berarti bahwa islamisasi masa itu telah meluas di Jawa Timur. Adanya masyarakat Islam di Jawa Timur diperkirakan baru terbentuk pada masa puncak kebesaran Majapahit.
Di saat Majapahit mengalami masa suram, yakni pada awal abad ke-15, muncul kota Tuban dan Gresik sebagai pusat penyebaran Islam yang pengaruhnya meluas sampai ke Maluku. Antonio Figafetta mengatakan dapat dipastikan bahwa pada awal abad ke-16 peranan politik di Jawa telah berada ditangan Demak. Namun, runtuhnya Majapahit yang berpusat di Daha pada tahun 1526 M., bukan berarti daerah Jawa Timur telah dikuasai Islam. Kerajaan kecil, seperti Panarukan, Pasuruan, dan Blambangan, masih bertahan sampai zaman Mataram abad ke-17 M., yakni masa pemerintahan Sultan Agung dan Amangkurat.
Dari Demak, Islam meluas ke daerah pesisir utara Jawa Barat. Menurut Tome Pires, pengaruh Islam di daerah Cirebon sudah ada sejak tahun 1470-1475 M. Kemudian Dipati Unus menguatkan kedudukan politiknya atas daerah itu. Menurut Debarros, Dipati Unus dari Demak juga menjadi penguasa wilayah Jawa Barat. Berdasarkan sumber tradisional, penyebaran Islam ke daerah Cirebon dilakukan oleh Fatahillah atau Faletehan atas perintah Raden Patah.
Bagi Demak,usaha menanamkan pengaruh di pesisir utara Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari tujuan politik dan ekonomi. Karena pelabuhan di pesisir Jawa Barat, seperti Cirebon, Sunda Kelapa dan Banten amat potensial bagi ekspor hasil bumi, terutama lada. Secara politis, penguasaan wilayah Jawa Barat juga merupakan suatu langkah dalam menghadapi Portugis yang waktu itu telah mengikat perjanjian dengan Kerajaan Pajajaran (Perjanjian 21 Agustus 1522 M). Oleh sebab itu, Demak segera mengirimkan ekspedisi militer di bawah pimpinan Fatahillah untuk merebut Bandar Sunda. Meskipun Bandar telah jatuh, daerah pedalaman masih bertahan. Pusat daerah Kerajaan Pajajaran baru menyerah tahun tahun 1579-1580 M., akibat serangan tentara Islam dari Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf.
2.Perkembangan Agama Islam di Maluku
Perkembangan Islam di Maluku tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perdagangan yang terbentang antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Islam diperkiran sudah masuk ke Maluku sekitar abad ke-13. Menurut tradisi, penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Husain pada masa pemerintahan Marhum di Ternate. Hikayat Tanah Hitu menyebutkan bahwa raja yang pertama yang dianggap benar-benar memeluk agama Islam adalah zainal Abidin (1486-1500 M). Konon, ia belajar agama Islam di pesantren Giri.
Di lain pihak, Tome Pires dan Antonio Gallo berpendapat bahwa hubungan dagang antara Malaka, Jawa dan Maluku merupakan saluran islamisasi. Pada saat itu, kapal dagang Gresik milik Pate Yusuf datang dan singgah di Ternate. Raja Ternate yang memeluk Islam menurut mereka adalah Raja Almancor dari Tidore. Diperkirakan Raja Maluku sudah mulai memeluk agama Islam sekitar 1460-1465 M. Dengan demikian, dapat diduga bahwa di daerah sekitar Maluku, seperti Banda, Hitu, Haruku, Makyam dan Bacan, sudah terdapat masyarakat muslim.
Islam berkembang di Maluku melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan. Proses islamisasi diwarnai persaingan di antara raja-raja muslim, seperti Ternate dan Tidore. Selain itu, juga diwarnai persaingan politik dan monopoli perdagangan bangsa Barat, seperti Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Perluasan kerajaan Islam Maluku terjadi pada masa pemerintahan Sultan Khairun. Bermula dari Maluku, Islam tersebar ke Irian (Papua) dan sekitarnya.
3.Perkembangan Islam di Kalimantan
Penyebaran Islam di daerah Kalimantan Selatan dapat kita ketahui dari Hikayat Banjar. Proses islamisasi di daerah itu diwarnai oleh perpecahan di kalangan istana, yakni antara Raden Tumenggung dan Raden Samudra. Raden Tumenggung adalah penguasa derah Dipa, Daha dan Kahuripan yang bercorak Indonesia Hindu. Tiga daerah tersebut sekarang letaknya kira-kira di daerah Amuntai. Dalam pertikaian itu, Raden Samudra meminta bantuan Demak, dengan perjanjian ia bersedia masuk Islam. Atas bantuan demak, Raden Tumenggung dapat dihancurkan. Sejak itu Kerajaan Banjar yang bercorak Islam terus berkembang. Raden Samudra kemudian bergelar Sultan Suryanullah.
A.A.Cense berpendapat bahwa proses islamisasi di Banjarmasin berlangsung kira-kira tahun 1550 M. Islamisasi di Kalimantan Timur menurut Hikayat Kutai berlangsung damai. Sebelum kedatangan Islam. Kerajaan Kutai bercorak Indonesia Hindu, sedangkan di daerah pedalaman, rakyatnya menganut animisme dan dinamisme. Dikatakan bahwa pembawa agama Islam di Kutai adalah Dato’ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, yaitu pada masa pemerintahan Raja Mahkota. Akhirnya Raja Mahkota masuk Islam karena merasa kalah kesaktiannya. Diperkirakan proses isamisasi di Kutai dan di sekitarnya terjadi sekitar tahun 1575 M. Perluasan ke daerah pedalaman baru terjadi pada masa pemerintahan putra Raja Mahkota, yakni Aji Di Langgar.
4.Perkembangan Agama Islam di Sulawesi
Sejak abad ke-15, Sulawesi Selatan sudah didatangi oleh pedagang muslim, baik dari Malaka, Jawa dan Sumatra. Menurut Tome Pires ada sekitar lima puluh kerajaan masih menyembah berhala, di antaranya yang terkenal adalah Kerajaan Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu.
Dalam hikayat Gowa-Tallo dan Wajo diketahui bahwa penyebaran Islam di Kerajaan Gowa berjalan damai. Pembawa Islam disebut Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaiman. Gowa-Tallo telah memeluk Islam 22 Nopember 1605. Selanjutnya Gowa menundukkan Soppeng, Wajo dan Bone. Akhirnya, mereka secara resmi masuk Islam, yaitu Wajo 10 Mei 1610, Bone 23 November 1611, Sidenreng dan Soppeng 1609 M.
0 komentar:
Post a Comment