Jepang
sebuah negara industri maju tentunya patut kita contoh dalam hal perkembangan
teknologi tinggi di dunia. Jepang tentunya selain memiliki sisi cerah dan
cemerlang, juga memiliki sisi kelam sejarah yang memalukan yaitu keterlibatan
mereka khususnya dalam Perang Dunia II. Begitu memalukannya sehingga beberapa
sekolah tidak lagi mengajarkan sejarah keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia
II. Dalam sejarah yang sampai saat ini kita yakini kebenarannya, Jepang
merupakan sebuah negara agressor yang melakukan pendudukan atas beberapa negeri
di Asia, juga melakukan penyerangan atas Pangkalan AL AS di Pearl Harbor
tanggal 7 Desember 1941.
Tentunya itulah yang kita baca dari buku-buku sejarah. Tetapi saat ini para
ilmuwan Jepang hendak kembali mempertanyakan sejarah yang melibatkan mereka
pada perang tersebut. Apakah mereka terlibat sebagai agresor yang melakukan penyerangan
atas bangsa-bangsa di Asia? Dalam pemikiran para ilmuwan Jepang terbaru saat
ini, mencoba untuk melihat dalam sisi atau perspektif yang berbeda. Mereka
memiliki pemikiran yang keluar dari pakem sejarah saat ini. Keterlibatan Jepang
dalam Perang Dunia II saat itu menurut ilmuwan Jepang tersebut bukanlah
bertujuan untuk melakukan agresi terhadap bangsa-bangsa di Asia. Jepang
terlibat karena adanya kesadaran atas kekuatan dominasi dunia khususnya yang
dilakukan oleh AS dan sekutunya yang sangat mendominasi kekuatan ekonomi dunia
saat itu. Banyak negara barat kapitalis yang menghisap kekayaan bangsa-bangsa
Asia. Banyak bangsa Asia yang telah merasakan penderitaan atas kekuatan barat
di tanah mereka. Atas nama kemerdekaan Asia, Jepang terpanggil untuk mengusir
kekuatan kolonialisme Barat di tanah Asia.
Para pemimpin dunia saat itu tampaknya berterimakasih atas keterlibatan Jepang
di Asia untuk memerdekakan bangsanya dari ketertundukan dan penjajahan negara
kapitalis barat. Seorang pemimpin India saat itu menyatakan bahwa Jika Jepang
terlibat dalam perang Asia sejak awa, maka India akan merdeka dari Inggris
jauh-jauh hari yang lalu. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia ini juga
mengakibatkan Indonesia saat itu sangat berterimakasih. Dalam sebuah buku yang
dtulis oleh ilmuwan Jepang, Indonesia mampu menggerakkan kekuatan militer yang
rata-rata diambil dari pasukan PETA bentukan Jepang. Dengan pasukan PETA itulah
maka Indonesia memiliki kekuatan melawan Belanda untuk merdeka.
Sejarah keterlibatan Jepang kemudian menjadi kelam menurut mereka karena
kelalahan Jepang dalam Perang tersebut. Dalam putusan Pengadilan Perang di
Tokyo menganggap bahwa Jepang adalah yang dipersalahkan dalam Perang tersebut.
Para pelaku agresor adalah termasuk dalam kualifikasi penjahat Perang. Itulah
yang kemudian menurut mereka menjadi dasar kesalahan Jepang dalam perang Asia.
Tentunya sejarah dibuat oleh para pemenang bukan oleh yang kalah. Seorang
pemberontak akan disebut sebagai penjahat ketika ia kalah, tetapi ia akan dianggap
pahlawan yang melawan kesewenang-wenangan ketika sang penjahat itu menang.
Tentunya Jepang dalam mencoba menggali sejarah baru tersebut, harus pula
melihat serta mengkaji keterlibatan mereka dalam peristiwa Romusha dan Jugun
Ianfu yang merugikan banyak nyawa dan kehormatan manusia.
Terlepas sejarah versi Jepang atau versi Amerika sebagai pemenang perang yang
benar, disinilah sejarah kemudian direkonstruksi, direkayasa untuk kepentingan
pihak yang menang, atau pihak yang berkuasa karena sejarah akan diperlukan
untuk membenarkan kelanggengan sebuah hegemoni kekuasaan. Tentunya jika pihak
Jepang yang menang dalam Perang Dunia II tersebut maka tentunya sejarah akan
diarahkan demi kepentingan Jepang pula. Pihak AS dan sekutu yang akan
dipersalahkan sebagai negara yang melakukan kejahatan perang, penjajahan atas
bangsa-bangsa Asia. Itulah uniknya sejarah, kita menikmatinya, mencacinya,
memujinya, melanggengkannya atas tujuan dan kepentingan apapun, karena tak ada
sejarah yang mutlak, ia akan tampak menjadi potongan-potongan puzzle yang terus
akan selalu direkonstruksi dari generasi ke generasi.
Sejarah mengajarkan kepada kita bagaimana perilaku umat manusia pada masa lalu
yang dapat kita ambil sebagai sebuah contoh baik buruk maupun baik. Sejarah
bisa menjadi tauladan bagi generasi di masa yang akan datang. Sejarah juga
menjadi hal yang sangat menarik untuk diperdebatkan tidak saja oleh kalangan
sejarawan, tetapi juga kalangan apapun yang berusaha untuk menikmatinya.
Sumber
FokkyLaw.com
1 komentar:
Tes
Post a Comment