A. Gagasan Mendirikan Madrasah Nizhamiah
Kata "Madrasah" dalam bahasa Arab adalah bentuk kata keterangan tempat (zharaf makan) dari akar kata "darasa". Secara harfiah "madrasah" diartikan sebagai “tempat belajar para pelajar” atau “tempat untuk memberikan pelajaran” Dari akar kata “darasa” juga bisa diturunkan kata "midras" yang mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat belajar" kata "al- Midras" juga diartikan sebagai "rumah untuk mempelajari kitab Taurat"[1]Kata "madrasah" juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau Aramy, dari akar kata yang sama yaitu "darasa", yang berarti "membaca dan belajar" atau "tempat duduk untuk belajar[2]". Dari kedua bahasa tersebut, kata "Madrasah" mempunyai arti yang sama: "tempat belajar". Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata "madrasah" memiliki arti "Sekolah[3].
Sebelum membahas gagasan mendirikan Madrasah Nizhamiah terlebih dahulu akan dikemukakan priodesasi pendidikan Islam. Menurut Zuhairini priodesasi pendidikan Islam, terbagi dalam lima priode:
- Priode pembinaan pendidikan Islam yaitu masa Rasulullah saw.
- Priode pembinaan pertumbuhan pendidikan Islam,mulai dari zaman Rasulullah sampai pada masa Bani Umayyah.
- Priode kejayaan pendidikan Islam, yaitu pada masa Abbasyiah sampai jatuhnya Baghdad.
- Priode Kemunduran ditandai dengan Jatuhnya Baghdad hingga Jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon.
- Priode kebangkitan mulai dari jatuhnya Mesir ketangan Napoleon hingga sekarang[4].
Proses berdiri Madrasah Nizhamiah terletak pada priode kejayaan pendidikan Islam yaitu pada masa kekhalifahan Abbasyiah hingga kejatuhan Baghdad, Madrasah Nizhamiah didirikan pada tahun 1067 M/459 H[5], pada masa keemasan Pendidikan Islam, lembaga pendidikan telah tumbuh dan berkembang dengan pesatnya, pertumbuhan yang begitu pesat tidak lepas dari peran pemerintah yang memberikan dukungan terhadap perkembangan pendidikan pada masa itu.
Madrasah Nizhamiah bukan merupakan lembaga pendidikan berbentuk madrasah yang pertama kali, akan tetapi telah banyak madrasah yang telah berdiri sebelumnya, Richard Bulliet mengungkapkan bahwa sebelum berdirinya Madrasah Nizhamiah sudah ada madrasah yang berkembang di wilayah Nisyapur Iran. Pada tahun 400 H/ 1009 M terdapat Madrasah Al- baihaqiah yang didirikan oleh Abu Hasan al- Baihaqi, Bulliet mengatakan bahwa masih ada 36 madrasah yang berdiri sebelum Madrasah Nizhamiah dan madrasah yang tertua adalah Madrasah Niandahiyah yang didirikan oleh Abi Ishaq Ibrahim Ibn Mahmud di Nisyapur, pendapat Bulliet ini di didukung oleh Naji Ma’ruf yang menyatakan bahwa di Khurasan telah berkembang madrasah 165 tahun lebih tua sebelum kemunculan Madrasah Nizhamiah, selain dari itu Abu al-Al mengemukakan pada masa Sultan Mahmud al-Ghaznawi juga terdapat Madrasah Sa’idiah[6].
Madrasah dalam proses berdirinya tidak lepas dari berbagai faktor, faktor utama dari pendirian madrasah adalah faktor politik. pada mulanya kesatuan politik Kekhalifahan Islam hanya terpaut pada satu kekuatan politik saja yaitu Kekhalifahan Dinasti Abbasyiah, tetapi, kesatuan politik itu pecah ketika Said bin Husain seorang Muslim Syiah dari Dinasti Fatimiah, mengaku keturunan anak perempuan Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai khlaifah pada tahun 909 M[7], sehingga menimbulkan kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara, pada awalnya ia hanya menguasai wilayah Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya, namum ia memperluas wilayah kekuasaannya ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Dinasti Abbasyiah kembali berhasil merebut daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Dinasti Fatimiah, selain itu Dinasti Umayyah juga berkembang di Spanyol yang kemudian menggunakan gelar Khalifah pada tahun 929 M[8].
Persaingan kekuasaan Khilafah ini diperburuk oleh perbedaan ideologi dan paham masing-masing penguasa, perbedaan ideologi ini meningkatkan sentimen permusuhan antara para penguasa, para penguasa Muslim saling berperang dalam rangka mempertahankan kekuasaan dan paham masing-masing, mereka menyadari bahwa dalam menguasai lawan politiknya bukan hanya melalui perang fisik saja tetapi mebutuhkan perang non fisik atau yang dikenal dengan perang pemikiran, perang pemikiran membutuhkan manusia-manusia yang cerdas dan untuk mencerdaskan masyatakatnya agar tidak mudah terpengaruh oleh serangan lawan maka dibangunlah pusat pendidikan yang langsung di bawah kontrol pemerintah.
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan sebuah bangsa, oleh karena itu pendidikan menjadi corong utama dalam membangun sebuah peradaban yang kuat, hal ini sangat disadari oleh penguasa. Bani Saljuk yang baru saja menguasi Baghdad dari Dinasti Buwaihi, setelah berhasil menguasai Baghdad Dinasti Saljuk kemudian menata pemerintahannya, dalam penataan ini Dinasti Saljuk tidak langsung menghapus khalifah sebagai simbol otoritas keagamaan, tetapi hanya membentuk suatu pemerintahan di bawah kepemimpinan seorang Sultan yang berasal dari keluarga Saljuk. Setelah berhasil menstabilkan kondisi politik dalam negeri, Dinasti Saljuk mulai melakukan pendekatan terhadap rakyatnya, memenuhi kebutuhan rakyat memperbaiki ekonomi, menjaga kestabilan politik dan meningkatkan pendidikan dan ilmu pengetahuan, dalam rangka mempertahankan hegemoni kekuasaanya.
Dinasti Saljuk sangat menyadari bahwa pendidikan mempunyai arti penting dalam membangun sebuah peradaban, pendidikan bukan hanya sebagai alat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga digunakan sebagai alat politik dalam rangka membendung paham lawan politik Dinasti Fatimiah di Mesir[9], oleh itu seorang Wazir Dinasti Saljuk Nizham al- Mulk membangun lembaga pendidikan Madrasah yang kemudian diberi nama Madrasah Nizhamiah[10].
Sebelum pendirian Madrasah kaum muslimin telah mengenal beberapa lembaga pendidikan seperti, Kuttab, Masjid, Masjid khan dan lain-lain. Dalam mendirikan Madrasah Nizhamiah mempunyai banyak latar belakang yang menjadi faktor utama, adapun faktor utama dalam pembangunan Madrasah Nizhamiah adalah:
a. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu pilar penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pendidikan pada masa Kekhalifahan Bani Abbasyiah telah mencapai puncak keemasan yaitu pada masa pemerintahan Harun Al-rasyid dan Al-ma’mun, setelah masa ini dikenal dengan masa disentegrsi atau masa kemunduran Islam, Dinasti Saljuk sebagai sebuah dinasti yang baru membangun pondasi kejayaannya sangat paham akan peranan pendidikan yang sangat penting, masyarakat yang baru saja lepas dari masa pemerintahan Dinasti Buwaihi yang Syiah, mereka membutuhkan sentuhan pendidikan yang memadai, pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, masyarakat sebagai salah satu subjek sekaligus objek pendidikan kian hari kian bertambah, dengan penambahan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya dinamika akan kebubutuhan pendidikan.
b. Faktor Politik
Setelah wafatnya Rasulullah masalah yang timbul di tengah-tengah kaum Muslimin adalah masalah politik, siapakah yang yang pantas menjadi pemimpin setelah Rasulullah, permasalahan ini semakin meruncing ketika Usman bin Affan tewas dibunuh oleh kaum pemberontak. Pembunuhan ini berakhir dengan perpecahan di kalangan umat Muslim dalam mencari pemimpin, dari sekedar masalah politik masalah mulai melebar kepada masalah teologi hingga dalam perkembangan selanjutnya umat Islam terbagi dalam beberapa golongan, dalam hal ini Dinasti Saljuk tidak terlepas dari masalah tersebut. Golongan Syiah yang meyakini bahwa pewaris kekuasaan setelah wafat Nabi Muhammad adalah Abin Bin Abi Thalib dan keturunannya, melakukan upaya perlawanan sejak Dinasti Umayyah dan berlangsung hingga dinasti Abbasyiah. Pada awalnya, golongan syiah tidak mendapatkan tempat untuk berkuasa, tetapi pada masa kelemahan Abbasyiah, Syiah mendapat kesempatan untuk berkuasa di Mesir dan mendirikan Dinasti Fatimiah, kedudukan Fatimiah ini begitu kuat
Sebagai sebuah dinasti Islam Dinasti Saljuk menganut faham Asyari’ah,oleh itu Madrasah Nizhamiah mempunyai misi penting, pertama yaitu menyebarkan ajaran Sunni kedalam masyarakat dalam rangka membendung paham Syiah yang pada saat itu menjadi lawan politik yang kuat bagi Dinasti Saljuk, misi yang kedua adalah menyiapkan para guru-guru Sunni yang siap didistribusikan ke seluruh wilayah Kekuasaan Dinasti Saljuk, para guru ini disebar dan diperintahkan untuk membangun Madrasah Nizhamiah keseluruh negeri, sehinga dalam beberapa literatur menuliskan bahwa hampir tidak ada satu daerah taklukkan Bani Saljuk pun yang tidak didirikan madrasah[11], misi ketiga dari Madrasah Nizhamiah adalah menjamin pasokan pegawai pemerintahan yang baraliran Sunni, dengan itu pemerintahan Dinasti Saljuk Memiliki pegawai pemerintahan yang seragam berpaham Sunni.
Apabila dilihat dari sudut pandang kemunculan madrasah pada umumnya, madrasah merupak bentuk kesinambungan dari Masjid, Masjid Khan dan madrasah, faktor utama dari berdirinya madrasah secara umum sebagai berikut:
a. Perkembangan Ilmu pengetahuan
Umat Islam pada masa awal membutuhkan pemahaman al-Qur’an sebagaimana adanya, begitu juga dalam hal keterampilan membaca dan menulis, Maksum mengemukakan bahwa Ibnu Khaldun mencatat bahwa pada masa awal Islam belum banyak orang Arab yang mengetahui baca tulis, orang-orang Arab Quraisy baru ada tujuh belas orang yang bisa baca tulis dan semuanya laki-laki[12], begitu pula Said Mursi Ahmad, mengatakan bahwa pada masa Umayyah masyarakat muslim telah banyak mepelajari dan memperhatikan ilmu-ilmu Naqliah, ilmu-ilmu yang berkaitan al-Quran yaitu Tafsir, Qira’at, hadits dan Ushul Fikhi serta ilmu lisan dan ilmu bahasa(lughah), ilmu Nahu dan lain-lain. Pada masa pemerintahan Abbasyiah sangat mungkin masyarakat muslim mulai berhubungan ilmu Akliah atau ilmu alam seperti, kedokteran filsafat dan Matematika,[13]dengan berkembangan ilmu pengetahuan ini meransang pertumbuhan lembaga pendidikan Islam, walaupun Madrasah lebih menekankan kepada aspek teologi sunni akan tetapi tidak menutup kemungkinan dalam perkembangan selanjutnya terdapat Madrasah yang mengajarkan ilmu kealaman[14].
b. Perkembangan Kebutuhan
Pada masa perkembangan Islam yang menjadi kebutuhan utama umat Islam adalah bagaimana mendakwakan Islam. Pada awalnya kebutuhan dakwah hanya tertuju kepada orang-orang dewasa, ketika penganut agama Islam semakin banyak dan kuat, munculah kebutuhan untuk mengembangkan Ilmu pengetahuan Islam ke seluruh masyarakat yang majmuk dan maju, termasuk kebutuhan pegawai pemerintahan. Hal ini memberikan gambaran bahwa kebutuhan ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi perkembangan institusi pendidikan.Jika diamati lebih lanjut perkembangan institusi pendidikan Islam mengalami perubahan yang cukup signifikan, hal ini dapat diketahui bahwa ternyata tempat pendidikan Islam selain Madrasah bukan tempat yang dipersiapkan khusus untuk pendidikan. Masjid misalnya yang menjadi lembaga pendidikan Islam pertama.
Contoh Masjid, Pada dasarnya fungsi utamanya adalah tempat beribadah, walaupun secara keseluruhan fungsi masjid adalah pusat kegiatan keumat Islam, tetapi dengan adanya dijadikan masjid sebagai salah satu lembaga pendidikan pada masa umat Islam telah berkembang dengan pesat menggangu fungsi utama Masjid yaitu fungsi sebagai tempat ibadah, Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa sejak awal Islam banyak orang yang tertarik untuk mempelajari Islam, sekian tahun semakin bertambah halaqah-halaqah yang mepelajari Islam, dari halaqah-halaqah atau kelompok-kelompok belajar ini terjadi proses belajar mengajar yang mana guru menyampaikan ilmu dan murid menerima dan bertanya sesuatu yang tidak diketahuinya, bahkan saling debat dengan hal ini maka akan timbul keributan yang mengganggu pelaksanaan Ibadah, selain itu dengan pertambahan berbagai jenis ilmu pengetahuan, sehingga banyak ilmu yang tidak bisa lagi diajarkan di Masjid seperti ilmu alam, dan sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu tempat khusus yang memang diperuntukkan untuk tempat belajar segala jenis Ilmu[15].
Madrasah Nizhamiah mempunyai tiga tujuan utama:
1. Menyebarkan pemkiran Sunni dan menghadapi pemikiran Syiah.
2. Menyiapkan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan Mazhab Sunni, dan menyebarkannya ketempat lain.
3. Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan, pemerintahan,memimpin kantor, khususnya dibidang peradilan dan Managemen[16].
Berdasarkan faktor-faktor dan gagasan pendirian Madrasah Nizhamiah, penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa Madrasah Nizhamiah merupakan Madrasah yang didirikan untuk dijadikan senjata dalam melawan pemahaman Syiah, walaupun dalam perjalannan Madrasah Nizhamiah memberikan sumbangan dan warna tersendiri dalam sejarah pendidikan Islam, akan tetapi dilihat dari gagasan pendirian Madrasah Nizhamiah adalah salah senjata politik, dalam perang pemikiran antara Syiah dan Sunni, para khalifah Sunni dan Syiah tahu bahwa dalam perang menghadapi lawan yang mempunyai Ideologi yang berbeda, tidak hanya menggunakan senjata atau perang fisik, tetapi harus dilakukan perang dalam hal yang lain yaitu pemikiran, dan yang menjadi senjata utama adalah Lembaga Pendidikan.
Lihat Juga : MADRASAH NIZHAMIAH III (Proses Pendirian)
CATATAN KAKI
[1] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada priode klasik dan pertengahan (Cet.II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 50. Lihat Ziauddin Alavi, Muslim Education Thought in the Middle Ages, Terj. Abuddin Nata, (Canada: Montreal, 2000).
[2] Ibid.
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ( Cet. IV; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 853.
[4] Dr Suwito. et. al., Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Cet.I; Jakarta: Prenada Media, 2009), h. 211.
[5] Abuddin Nata, Op. Cit, h. 61.
[6]Ibid., h. 56.
[7]Syed Mahmudunnasir,Islam: It’s Concepts and History, Terj. Adang Affandi, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Cet. I; Bandung: CV Rosda, 1988),h.319.
[8] Ibid., h. 302.
[9] Armai Ari (ed), sejarah pendidikan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam Klasik, (Cet. I; Bandung: Angkasa,2004), h. 70.
[10] Abuddin Nata.Loc. Cit. H. 56.
[11] Ahmad Salaby, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. VI; Jakarta: PT Hadikarya Agung,1990), h. 70
[12] Charles Michael Stanton. Op.Cit. h 18.
[13] Armai Ari (ed). Op.Cit. h.56.
[14] Maksum, Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya (Jakarta: Logos wacana Ilmu, 1999), h. 53-54.
[15] Ibid., h 57.
[16] Ibid., h 62.
[17] K. Ali, Sejarah Islam Tarik Pramoderen, (Cet. I; Jakarta: Pt Grafindo Persada, 1996), h. 270
[18] Samsul Nizar (ed), Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, (cet. III; Jakarta: Kencana, 2009), h. 158
[19] Hamzah Harun al-Rasyid, Asyariyah (Sejarah, Metodologi, dan Kontribusinya Bagi Produktivitas Kerja), (Cet. I; Makassar: Alauddin Press), h. 13.
[20] Armai Arief Loc.Cit. h. 47
[2]Ibid., h. 59.
[22] Ali al-Jumbulati, Dirasatun Muqaaranatun fit-Tarbiyyatil Islamiayah, Terj. H.M Arifin, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h. 31.
[23] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1995) ,h. 73
[24] Abudin Nata,Loc. Cit. h. 62
[25] Charles Michael Stanton.Loc.Cit. h. 45.
[26] Ibid., h. 50.
[27] Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Edisi ke IV; PT Ikrar Mandiri Abadi 2003)
[28] Ali al-Jumbulati Op.Cit.
[29] “Dewan Penyusun Insiklopedi Islam, Op.Cit.
0 komentar:
Post a Comment