Monday, 6 January 2014

MADRASAH NIZHAMIAH III (Proses Pendirian)

Proses pendirian Madarasah Nizhamiah tidak lepas dari proses bangkitnya madrasah secara keseluruhan dan proses berdirinya Dinasti Saljuk. Dinasti Saljuk adalah sebuah dinasti berfaham Sunni yang berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun Suku Qiniq dalam masyarakat Turki Oquz, Ia mengabdikan dirinya kepada Raja Begu daerah Turkaman yang meliputi Laut Arab dan Laut Kaspia[1], Saljuk adalah kaum yang memerdekan diri dari Dinasti Samaniah, setelah Saljuk meninggal kekuasaanya dilanjutkan oleh Thurgul Bek, ia berhasil mengalahkan Ghaznawi[2] (429 H/1036 M). Bani Saljuk memasuki Baghdad pada masa Thurgul yang menggantikan Dinasti Buwaihi yang saat itu mengusai Baghdad, Dinasti Buwaihi merupakan Dinasti Islam yang berpaham Syiah, sedangkan Dinasti Saljuk merupakan Dinasti Islam yang berfaham Sunni, kemenangan Dinasti Saljuk merupakan salah satu fase yang dianggap sebagai fase kemenangan dan kejayaan paham Sunni terhadap kaum Syiah. Setelah wafatnya Thurgul ia digantikan oleh Alp Arsenal dengan perdana Mentri Nizam al-Mulk, pada masa ini Dinasti Saljuk mencapai masa keemasan.

Kebangkitan Kaum Sunni dan madrasah merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, Abad ke 8 sampai ke 10 merupakan abad kejayaan umat Islam dibidang pengetahuan dan pemikiran, perhatian umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan intelektual sangat besar, disamping ilmu pengetahuan perhatian umat Islam terhadap juga menaruh perhatian yang sangat tinggi terhadap pemikiran rasional dan filosofis, akibatnya dibidang keagamaan yang sebelumnya dominan bersumber dari doktrin agama, dikembangkan secara nalar dan filosofis sehingga muncul pembagian terhadap ilmu naqliah dan Ilmu aqliyah, dampak dari perkembangan penalaran dalam masa Islam pada masa klasik telah membentuk kelompok keagamaan yaitu kelompok tadisionalis dan kelompok raionalis.

Pada awalnya kelompok rasionalis yang di motori oleh golongan Mu’tazilah mendapat tempat yang begitu besar dalam pemerintahan, bahkan dijadikan sebagai Mazhab Negara pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun Bani Abbasyiah, akan tetapi pada masa pemerintahan al-Mutawakkil paham Mu’tazilah tidak lagi dijadikan sebagai Mazhab Negara, bahkan paham tersebut dihilangkan dan para pengikutnya dan buku-buku mengenai paham Mu’tazilah dimusnahkan[3]. Sebagai gantinya al- Mutawakkil menjadikan Paham Asyari’ah atau Ahlussunnah wal jamaah sebagai Mazhab negara, dengan dijadikannya paham Ahlussunnah wal jamaah sebagai Mazhab negara, paham ini mengalami perkembangan pesat, perkembangan yang paling menonjol adalah dalam permasalahan kaidah fiqhi, bahkan dalam masalah ini fiqhi ini terbagi atas beberapa mazhab besar, dalam sejarah Islam Mazhab fikih menduduki posisi paling penting dalam kehidupan keagamaan umat muslim, hal ini disebabkan hukum Islam berfungsi sebagai agen legitimasi. Pemerintah sangat membutuhkan ulama fiqhi untuk menduduki jabatan administrasi yang bertugas memberlakukan hukum demi kehidupan sosial politis yang teratur, misalnya jabatan Qadhi[4].

Mazhab fikih, lembaga keagamaan golongan Sunni berupaya merangkul paham dan kekuasaan Syi’ah yang kuat mengakar di dunia Islam. Untuk menyaingi golongan syia’ah, ulama Sunni mempropagandakan paham Sunni, khususnya dibidang hukum, untuk itu sekitar abad ke 10 Masehi Mazhab fikih mendirikan sebuah organisasi keagamaan baru, yaitu madrasah sebagai pusat studi fikih. Sebagai lembaga yang mengikis paham Syi’ah. oleh itu Bulliet menyebutkan madrasah sebagai kebangkitan Golongan Sunni.

Lembaga pendidikan Islam sebelum madrasah adalah Masjid, Masjid menjadi tempat yang sangat populer untuk dijadikan sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan Islam, namun setelah melewati waktu yang lama Masjid tidak lagi mampu dijadikan sebagai lembaga pendidikan, dikarenakan fungsi utama Masjid sebagai tempat ibadah sudah terganggu akibat dari menjamurnya halaqah-halaqah, selain dari itu pertumbuhan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga Masjid sudah tidak bisa lagi dijadikan sebagai lembaga pendidikan. Menurut keterangan Gorge Maksidi yang dikutip oleh H Maksum menyatakan bahwa perpindahan lembaga pendidikan dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung tetapi melalui tahap perantara yaitu Masjid Khan, lebih lanjut Maksidi memberikan teori bahwa asal muasal pertumbuhan madrasah melalui tiga tahap yaitu:

1. Tahap Masjid

Tahap masjid berlangsung dari awal abad ke delapan dan kesembilan Masehi masjid yang dimaksud dalam hal ini adalah masjid biasa, yang selain dijadikan sebagai tempat ibadah, digunakan juga sebagai tempat belajar, para penguasa Baghdad seperti Adud Daulah, al-Sahib Abbas, dan Dilil al-Sijistani merupakan pelopor utama yang mendukung perkembangan Masjid dijadikan sebagai lembaga pendidikan.

2. Tahap Masjid Khan

Masjid Khan adalah Masjid yang dilengkapi Asrama atau pondokan yang masih bergandengan dengan Masjid, Masjid Khan menyediakan tempat penginapan yang cukup baik bagi pelajar yang datang dari luar kota, Masjid Khan mencapai perkembangan pesat hingga abad ke 10. Mengutip dari tulisan H Maksum pada masa awal pemerintahan Badr Hasmawaih al-Kindi yang menjadi Gubernur di beberapa wilayah di bawah kekuasaan Adud al-Daulah mendirikan sekitar 3000 Masjid Khan.

3. Tahap Madrasah

Madrasah adalah hasil penyatuan dari Masjid biasa dan Masjid Khan , kompleks Madrasah terdiri dari ruangan belaja, runagan pondok, dan ruangan Masjid, berbeda dengan Maksum menurut Ahmad Syalabi, sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam Madrasah dari Masjid ke madrasah terjadi secara langsung tidak memakai lembaga perantara, perkembangan madrasah dikatakan sebagai konsekuensi logis dari semakin ramainya kegiatan pengajian di Masjid yang fungsi utamanya adalah ibadah yang mengganggu proses ibadah, agar tidak mengganggu ketenangan ibadah maka kegiatan pendidikan di buatkan sebuah tempat khusus yang dikenal dengan madrasah[5].

Lembaga pendidikan madrasah adalah kelanjutan dari lembaga pendidikan yang berbentuk masjid, karena banyaknya murid-murid yang datang dari luar kota untuk belajar di Masjid, menuntut adanya tempat tinggal yang disebut dengan Khan semacam asrama, sehingga terjadi perubahan menjadi Masjid khan, selanjutnya dai Masjid Khan berubah menjadi Madrasah. Dengan adanya madrasah pertanda bahwa pendidikan Islam telah mengalami kemajuan pesat, masjid yang telah tumbuh sejak masa awal Islam, pada dasarnya mempunya fungsi utama sebagai tempat ibadah, dengan sedikit tempat pendidikan didalamnya, Masjid Khan walaupun telah menyelenggarakan kegiatan pendidikan namun kegiatan pendidikan bukanlah faktor utama, dengan adanya Madrasah maka kegiatan pendidikan semakin sempurna, Madrasah bukan sebagai pengganti Masjid, kenyataannya Madrasah mempunya Masjid didalamnya, namun tempat ibadah bukan lagi menjadi fungsi utama dari Madrash.

Pada dasarnya Madrasah Nizhamiah merupakan madrasah yang terkenal dan berkembang di berbagai kota di wilayah kekuasaan Islam yang menghasilkan sarjana dan ulama yang tersebar diberbagai negara Islam, dan tidak dapat disangkal bahwa pengaruh Madrasah Nizhamiah melampaui madrasah-madrash yang didirikan sebelunya bahkan Ahmad Syalabi menjadikan Madrasah Nizhamiah sebagai pembatas untuk membedakan dengan era pendidikan Islam sebelumya.

Madrasah Nizhamiah bukan hanya satu lembaga pendidikan saja, tetapi Madrasah Nizhamiah mencakup beberapa bahkan banyak bangunan madrasah, sebagaimana yang dinyatakan Ibnu al-Atsir bahwa Madrasah Nizhamiah didirikan oleh Nizham Mulk seorang wazir dari Malik syah al-Syeljuqi, ia telah mendidirikan dua Madrasah yang terkenal dengan memakai namanya di Baghdad dan Nisabur, masing-masing dari Madrasah ini diberi nama Nizhamiah[6], senada dengan al-Atsir, Ahmad Syalabi dalam bukunya menyatakan bahwa tidak ada satu pun daerah kekuasaan Dinasti Saljuk yang tidak mendirikan Madrasah Nizhamiah bahkan di daerah terpencil sekalipun, salah satu Madrasah Nizhamiah yang paling terkenal adalah Madrasah Nizhamiah di Baghdad.

Madrasah Nizhamiah Baghdad terletak dekat sungai Dajlah di tengah-tengah pasar Salasah di Baghdad proses pembangunan dimulai pada tahun 457 H /1065 M dan selesai pada tahun 459 H Madrasah ini hidup sampai adad ke 14 M yaitu ketika dikunjungi Ibnu Batutah[7], Mengutip dari bukunya Abuddin Nata “Sejarah Pendidikan Islam”, Ahmad Syalabi berkeyakinan bahwa pasar al-Chaffafin yang terdapat di Bagdad saat ini adalah tempat di mana Madrasah Nizamiyah dulunya berdiri.[8]Menurut Charles Michel Stanton dalam bukunya pendidikan tinggi dalam Islam madrasah merupakan bangunan yang meniru model Masjid Khan, Masjid Khan adalah Masjid yang didalamnya disediakan Asrama untuk murid-murid yang datang dari luar kota yang hendak belajar.[9]

Dalam pembangunannya Nizham Mulk menyediakan wakaf untuk mendanai Madrasah Nizhamiah, wakaf tersebut digunakan untuk menggaji para Mudarris atau guru yang mengjar di Madrasah Nizhamiah, selain dari itu Mahasiswa juga diberikan beasiswa dan fasilitas asrama, hal ini yang membedakan antara Madrasah Nizhamiah dengan lembaga pendidikan lainnya, sistem wakafnya pun sudah diatur dengan baik, ini diketahui oleh para sejarahwan karena banyak dokumen-dokumen yang masih bisa diteliti, dari dokumen memberikan gambaran menganai bentuk wakaf yang membiaayai Nizhamiah sebagai berikut:

  1. Nizhamiah merupakan wakaf yang disediakan untuk mazhab Syafi’i dan fiqhi dan ushul fiqhi.
  2. Harta benda yang diwakafkan kepada Nizhamiah adalah untuk kepentingan penganut mazhab Syafi’i dalam fiqhi dan Ushul fiqhi.
  3. Pejabat-pejabat utama dalam Nizhamiah harus bermazhab Syafi’i dalam fiqhi dan Ushul fiqhi, ini mencakup Mudarris, wa’idh dan pustakawan.
  4. Nizhamiah harus mempunyai seorang tenaga pengajar bidang kajian al-Quran.
  5. Nizhamiah harus memiliki seorang tenaga pengajar bahasa Arab.
  6. Setiap staf menerima bagian tertentu dari penghasilan yang diperoleh dari harta wakaf Nizhamiah[10]
Proses pembangunan Madrasah Nizhamiah dalam bentuk fisik tidak ditemukan dalam dokumen sejarah, penulis mengambil kesimpulan demikian karena tidak ada satupun literatur yang penulis temukan berbicara mengenai pembangunan Madrasah Nizhamiah dalam segi fisik bangunannya atau fase pembangunannya, hal ini sangat wajar mengingat Madrasah Nizhamiah bukan satu gedung madrasah saja, akan tetapi merupakan sebuah lembaga pendidikan yang terdiri dari banyak gedung madarasah yang dibangun di seluruh daerah kekuasaan Bani Saljuk. Pembangunan yang dibahas dalam tulisan ini adalah proses awal berdirinya Madrasah Nizhamiah secara historis, dalam hal ini penulis menemukan bahwa pembangunan Madarasah Nizhamiah tidak lepas dari proses pembangunan madrasah pada umumnya, yang mana melalui tahap Masjid, masjid Khan dan madrasah, ada juga yang berpendapat bahwa perubahan masjid ke madrasah merupakan konsekuensi logis dari perkembangan Ilmu pengetahuan sehingga masjid tidak mampu lagi memenuhi seluruh kegiatan belajar mengajar.


CATATAN KAKI

[1] K. Ali, Sejarah Islam Tarik Pramoderen, (Cet. I; Jakarta: Pt Grafindo Persada, 1996), h. 270


[2] Samsul Nizar (ed), Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, (cet. III; Jakarta: Kencana, 2009), h. 158

[3] Hamzah Harun al-Rasyid, Asyariyah (Sejarah, Metodologi, dan Kontribusinya Bagi Produktivitas Kerja), (Cet. I; Makassar: Alauddin Press), h. 13.

[4] Armai Arief Loc.Cit. h. 47

[5]Ibid., h. 59.

[6] Ali al-Jumbulati, Dirasatun Muqaaranatun fit-Tarbiyyatil Islamiayah, Terj. H.M Arifin, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h. 31.

[7] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1995) ,h. 73

[8] Abudin Nata,Loc. Cit. h. 62

[9] Charles Michael Stanton.Loc.Cit. h. 45.

[10] Ibid., h. 50.

0 komentar:

HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html