Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu sejarah berbicara mengenai masa lalu, sedangkan ilmu filsafat berbicara mengenai bagaimana berfikir secara rasional, analisis dan kritis, kedua ilmu ini akan sangat bersinergi dalam memecahkan masalah-masalah yang bermunculan di zaman kontemporer ini, ilmu sejarah memberikan gambaran dari masa lalu, yang mana pada masa lalu pernah terjadi bebagai macam persoalan-persoalan, baik persoalan yang meliputi masalah politik, pemerintahan, masalah sosial, ekonomi maupun masalah yang bersifat religius Sebahagian orang mengharapkan masa lalu dapat menjelaskan atau bahkan memberikan pembenaran terhadap apa yang terjadi sekarang, sebahagian yang lain berharap, dari sejarah dapat dicari akar-akar identitas bahkan orientasi kemasa depan, harapan ini termasuk fungsi sosial dari sejarah yaitu“ mengorganisasi masa lalu sebagai fungsi dari masa sekarang”
Ilmu filsafat memberikan sentuhan pemikiran yang mendorong manusia untuk berfikir secara kritis setiap kejadian sejarah yang kemudian menjabarkan bagaimana menjadikan masa lalu tersebut menjadi sebuah ibrah atau pelajaran dimasa sekarang yang terkait dengan permasalah yang tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada masa lampau, dengan demikin manusia mampu memetik sebuah pesan kontemporer dalam rangka membina kehidupan manusia moderen yang ideal.
Dengan demikian kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa tugas filsafat dalam sejarah adalah menggerakkan pemikiran manusia agar merekontruksi masa lalu sebagai pelajaran atau hikmah dimasa sekarang, dan merancang masa depan.
Pengertian Filsafat Sejarah
Filsafat secara harfiah berasal dari kata philo dan sophos, philo berarti cinta dan sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran.
Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan, istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa Yunani kuno, di Miletos, Asia kecil, tempat perantauan orang Yunani, sejarah awal filsafat ditandai dengan munculnya para tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu, seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes, Thales adalah orang yang pertama mempersoalkan subtansi terdalam terhadap segala sesuatu, yang melahirkan pengertian-pengertian kebenaran yang hakiki.
Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti pohon. Kata ini memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon” yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan berkesinambungan. Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran atau pesan-pesan sejarah di dalamnya memerlukan kemampuan pesan-pesan yang tersirat sebagai ibarat atau ibroh di dalamnya.
Menurut Muthahhari, ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu pertama, sejarah tradisional, sejarah tradisional adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini. Kedua, sejarah ilmiah,yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau. Ketiga, filsafat sejarah, yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, sejarah adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudkan masyarakat saja.
Spengler Toynbee mengemukakan sejarah sebagai perkembangan yang sesuai dengan putaran-putaran perubahan yang tetap dan selalu kembali, sementara sejarawan lain mengatakan sejarah sebagai suatu keseluruhan laporan mengenai masa lalu manusia yang memperlihatkan bahwa masa lalu tersebut membentuk diri sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu yang sah secara universal.
Pendapat lain tentang sejarah dikemukakan oleh Hugiono dan Poerwantara bahwa dalam penulisan sejarah perlu dibedakan terlebih dahulu antara sejarah dalam kerangka ilmiah, dan sejarah dalam kerangka filosofis. Sejarah dalam kerangka ilmiah adalah sejarah sebagai ilmu, artinya sejarah sebagai salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta seluruh kejadian-kejadian, dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan. Sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah dalam pengertian sebagai filsafat sejarah.
Ungkapan filsafat sejarah menunjuk pada dua jenis penyelidikan secara berbeda, secara tradisional, ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjuk pada usaha memberikan keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh peroses sejarah filsafat sejarah dalam arti ini secara khas berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: apa arti, makna dan tujuan sejarah,atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dalam perubahan sejarah.
Filsafat sejarah mengandung dua spesialisasi. Pertama, sejarah yang berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan menguasai semua kejadian dan seluruh jalannya sejarah. Usaha ini sudah dijalankan berabad-abad lamanya. Kedua, sejarah yang bertujuan untuk menguji serta menghargai metode ilmu sejarah dan kepastian dari kesimpulan-kesimpulannya. Dalam kajian-kajian modern, filsafat sejarah menjadi suatu tema yang mengandung dua segi yang berbeda dari kajian tentang sejarah.
Segi yang pertama berkenaan dengan kajian metodologi penelitian ilmu ini dari tujuan filosofis. Ringkasnya, dalam segi ini terkandung pengujian yang kritis atas metode sejarawan. Pengujian yang kritis ini termasuk dalam bidang kegiatan analitis dari filsafat, yakni kegiatan yang mewarnai pemikiran filosofis pada zaman modern dengan cara khususnya, di mana si pemikir menaruh perhatian untuk menganalisis apa yang bisa disebut dengan sarana-sarana intelektual manusia. Ia mempelajari tabiat pemikiran, hukum-hukum logika, keserasian dan hubungan-hubungan antara pikiran-pikiran manusia dengan kenyataan, tabiat, realitas, dan kelayakan metode yang dipergunakan dalam mengantarkan pada pengetahuan yang benar.
Dari segi yang lain, filsafat sejarah berupaya menemukan komposisi setiap ilmu pengetahuan dan pengalaman umum manusia. Di sini perhatian lebih diarahkan pada kesimpulan dan bukannya pada penelitian tentang metode atau sarana-sarana yang digunakan seperti yang digunakan dalam metode analitis filsafat. Dalam kegiatan konstruktif, filosof sejarah bisa mencari pendapat yang paling komprehensif yang bisa menjelaskan tentang makna hidup dan tujuannya.
Aliran Filsafat Sejarah
David Bebbyngton (1979 :17-20) membagi filsafat sejarah ke dalam lima aliran yaitu :
- Aliran Siklus, Yang berpandangan bahwa alur perkembangan sejarah itu tidak maju, tetapi selalu kembali seperti perputaran musim. Tokoh yang mewakili aliran ini adalah Nietzsche dan Tonybee.
- Aliran pemikiran yang khusus berhubungan dengan tradisi Yahudi dan Kristiani, Aliran ini sangat dipengaruhi oleh pandangan agama. Sejarah tidak hanya dilihat sebagai siklus, akan tetapi juga sebagai gerak garis lurus. Tokoh yang bergabung dalam aliran ini adalah Agustinus dan Niehbuhr.
- Aliran pemikiran yang melihat perkembangan sejarah sebagai suatu proses yang bergerak secara linier kea rah kemajuan. Filosof yang mewakili aliran ini adalah Comte.
- Aliran Historisme, Aliran ini menolak keyakinan bahwa sejarah adalah linier. Menurut mereka perkembangan sejarah sangat di tentukan oleh berbagai factor dalam kebudayaan manusia. Tokoh yang bergabung dalam aliran ini ialah Vico, Ranke, Collingwood.
- Aliran yang dipengaruhi oleh filsafat sejarah Marxisme, John Edward Sulivan dalam bukunya Propets of The Wesr ; An Intruduction to the Philosophy of History, mengatakan bahwa para filosof filsafat sejarah dalam pandangannya tentang sejarah berdasarkan pada situasi yang di hadapi pada waktu itu dan mencoba untuk memperlihatkan komunisme adalah solusi teka-teki sejarah dan mengetahui bahwa dirinya merupakan solusi Komunisme.
Sejarah Perkembangan Filsafat Sejarah
1. Filsafat Sejarah pada Masa Pertengahan
Perkembangan filsafat sejarah pada zaman pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat-sifat yang religius, segala kejadian diterangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya diarahkan kepada tuhan sebagai pencipta,penyelamat dan hakim seluruh ummat manusia. Isi dan maksud seluruh hidup ialah kerajaan tuhan dari pandangan itu terjadi bahwa, kajian sejarah di zaman pertengahan bukan sebab dan alasan setiap kejadian sejarah,melainkan tujuan arah teleologis.
Pada umumnya perkembangan filsafat sejarah, seperti pandangan St. Agustinus seakan-akan mewakili pandangan yang tetap dan utama untuk seluruh zaman pertengahan tersebut, juga percobaan dari Otto Van Freising berdasarkan atas pandangan tersebut itu. Otto Van Freising mengalami perselisihan antara gereja dangan negara mencoba menyusun suatu sejarah berkat pikiran-pikiran filsuf.dalam segala hal yang sudah ditulisnya ia berusaha memberikan yang benar. Otto sudah mengerti bahwa sudah ada hukum atau aliran yang tertentu didalam sejarah dan juga sejarah bergerak takberhentinya dan gerakan dari perjuangan dan kemenangan.akan tetapi kejadian yang kurang baik dipandangannya sebagai metode pendidikan dari tuhan yang mau berkata kepada manusia bahwa tidak ada yang tertentu dan pasti di dunia ini. Dan akhirnya menurut pendapatnya segala kekuasaan dan ilmu pengetahuan bergerak dari timur ke barat.
2. Filsafat sejarah pada zaman Renaissance
Pada zaman ini merupakan zaman pencerahan yang besar, Zaman pertengahan sama sekali diarahkan keatas dunia dengan tuhan sebagai penguasa kodrat manusia, Maka aliran yang baru mengutamakan dunia dan manusia. Bukannya dari Tuhan Allah dipandang sebagai ideal yang terpenting, tetapi manusia yang terpelajar dan beradab dalam segala lapangan ilmu pengetahuan itu dipandang seperti ideal yang dituntut ( Utamo Universale), Serta dari pikiran yang ideal juga dipandang segala kejadian sejarah dan perbuatan manusia didalamnya.
Tetapi manusia diletakkan dalam pusat sejarah seluruhya dan mencoba menjelaskan seluruh sejarah, tidak cukup dan mesti gagal karena selama manusia belum mengerti diri sendiri, selama ia belum menjelaskan manusia itu siapa, selama soal tentang filsafat sejarah belum dipecahkan dengan jelas hal itu telah ditunjukkan oleh Mchiavelli, yang berpendapat bahwa seorang raja yang takut dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuan yang penting, yang lain tidak penting, apakah perbuatannya adil atau tidak adil, apakah rugi atau untung bagi rakyat, hanya seorang yang kasar dan yang tidak mau hormat atau memberi perhatian terhadap orang lain, ialah ideal yang tinggi.
Orang yang demikian sudah dipandang sebagai pencipta sejarah manusia, dan menurut Machiavelli, kebudayaan yang diciptakan manusia tidak berarti apa-apa hanya bernilai kalau dapat digunakan untuk mencapai ideal tersebut, gerakan pencerahan masih lebih banyak mengembangkan dan mengajukan proses sekuralisasi. Gerakan itu menerima pemikiran religius, tentang keselamatan manusia diganti oleh pikiran pada kemajuan dan humaniter.
PUSTAKA
E.Tamburaka, Rustam.Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Sejarah Filsafat dan Iptek. Cet. I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Suryanegara, Ahmad Mansur.Menemukan Sejarah.Cet II; Bandung: Mizan, 1995.
Takwin, Bagus. Filsafat Timur Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur. Cet. I; Yogyakarta: Jala Sutra Anggota IKAPI, 2000.
0 komentar:
Post a Comment