Thursday, 25 December 2014

Masyarakat Indonesia Prasejarah

Ilmu pengetahuan juga terjadi pada masa lalu ketika masyarakat belum mengenal tulisan. Pengetahuan mereka dapat secara turun-temurun dengan mendengar, melihat, meniru, dan melakukan. Ini biasa disebut pengalaman belajar. Dengan cara ini, mereka memiliki keterampilan yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup. Kelak keterampilan ini mereka wariskan kepada keturunannya dan akhirnya sampai kepada kita sekarang.

Jelas, bahwa apa yang ada sekarang tidak telepas dari pengalaman orang-orang zaman dahulu. Oleh karena itu, sangat menarik jika kita mempelajari bagaimana orang zaman dahulu mewariskan masa lalunya kepada anak cucu mereka yakni sebelum mengenal tulisan atau biasa disebut dengan prasejarah.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa tingat peradaban manusia dibedakan menjadi dua babak yakni zaman prasejarahdan zaman sejarah. Namun pada kesempatan ini kami hanya berfokus pada zaman prasejarah lebih dahulu atau mendahului zaman sejarah. Dimana masyarakat zaman prasejarah belum mengenal tulisan, sehingga peninggalan- peninggalannya tidak ada yang berbentuk tulisan. Sumber utama zaman prasejarah adalah sumber benda. Zaman prasejarah tidak meninggalkan bukti tertulis. Zaman ini hanya meninggalkan benda- benda hasil peninggalan manusia purba. Umur peninggalan budaya tersebut dapat diketahui dengan tiga cara yakni tipologi, stratigrafi, dan kimiawi.

  1. Tipologi adalah cara penentuan umur benda peninggalan berdasarkan bentuknya. Maksudnya makin sederhana bentuk benda peninggalan itu, maka makin tua usia benda tesebut. 
  2. Sratigrafi adalah cara penentuan umur benda peninggalan prasejarah berdasarkan berdasarkan lapisan tanah tempat benda tesebut ditemukan. Lapisan tanah paling atas adalah lapisan paling muda, sedangkan lapisan tanah paling bawah adalah lapisan paling tua. 
  3. Kimiawi adalah cara penentuan umur benda peninggalan prasejarah berdasarkan unsur- unsur kimi yang dikandung benda itu.
Kehidupan manusia zaman prasejarah diketahui dari hasil penelitian para ahli sejarah dengan melakukan pengalian- penggalian terhadap daerah- daerah yang diperkirakan sebagai tempat tinggal manusia prasejarah. Nah dari hasil penemuan inilah dapat disimpulkan tetang jenis manusia purba yang pernah ada disuatu daerah, serta perkembangan kehidupannya.
Dari pembahasan diatas dapat ditarik suatu permasalahan yang menarik untuk dianalisis mengenai penduduk Indonesia prasejarah yakni sebagai berikut.

1. Manusia dan lingkungan kehidupannya

2. Jenis manusia purba di Indonesia, Asia

Pada poin ini dielaskan bagaimana cara masyarakat pada masa sebelu mereka mengenal tulisan itu mewariskan pengalaman yang mereka miliki pada anak cucu dan generasi penerusnya ? Nah untuk lebih jelasnya akan dibahas pada pembahasan selanjutnya yakni pada bab dua. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas bersama.

A. Manusia dan lingkungan kehidupannya

Manusia dikaruniai Tuhan seperangkat otak yang memungkinkannya memiliki akal dan bahasa. Dengan akal, manusia mampu membentuk gagasan- gagasan dan konsep- konsep yang makin lama fokus dalam memilih tindakan atau aktifitas yang menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya. Nah, gagasan- gagasan dan konsep- konsep itu kemudian dikomunikasikan dengan ambing- ambing vokal atau isyarat yang disebut bahasa. Dengan bahasa, manusia tidak hanya belajar secara kongkret tentang peristiwa- peristiwa yang dialami, tetapi bisa belajar secara abstrak dari pengalaman orang lain. Dari sinilah muncul benih- benih diferensiasi (pembagian kerja), inovasi dalam peralatan hidup, dan lain- lain.

Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup, mendorong mereka untuk melakukan aktivitas baru. Selanjutnya, mereka akan mengomunikasikan pola aktifitas dan tingkah laku baru itu kepada keluarga serta anggota masyarakatnya. Yang dimana pada pola aktifitas baru ini dibagi atas tiga masa, yaitu masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam dan beternak, dan masa perundagian atau masa kemahiran teknik.

1.Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah masa yang paling awal dilalui dalam kehidupan manusia purba. Pada waktu itu, kehidupan manusia purba masih sangat sederhana. Mereka tinggal di gua- gua dan kebutuhan hidup sehari- hari dilakukan dengan berburu binatang dan mengumpulkan makanan.

Alam merupakan sumber kehidupan bagi manusia purba. Apabila butuh binatang, manusia purba tinggal berburu di hutan. Karena pada masa itu, mereka belum mengenal cocok tanam, sehingga segala kebutuhan hidupnya diambil dari alam. Masa ini dinamakan sebagai food gathering (masa mengumpulkan makanan).

Perkakas atau alat yang digunakan manusia purba berupa kapak perimbas(chopper), yaitu sejenis kapak batu yang digenggam dan tidak bertangkai. Alat ini ditemukan oleh Von Koeningswald di sekitar Pacitan dan Ngandong pada tahun 1935. Selain itu ditemukan juga alat- alat yang terbuat dari tulang (tanduk rusa) yang digunakan sebagai alat serpih yang berfungsi sabagai alat penusuk, alat melubangi dan sebagai pisau.

2.Masa Bercocok Tanam dan beternak

Kehidupan manusia purba pada masa bercocok tanam beternak ini sudah mulai berubah. Mereka sudah mulai memiliki tempat tinggal, tidak lagi hidup bepindah-pindah. Ketergantungan kepada alam perlahan-lahan berkurang. Mereka sudah mengusahakan makanan sendiri. Masa food gathering (mengumpulkan makanan) beralih kepada food producing (menghasilkan makanan).

Kehidupan sehari-hari dilakukan dengan bercocok tanam dan betenak. Jenis tanaman yang diusahakan antara lain; padi, jagung, keladi, sukun, pisang, ketela dan lain-lain. Alat-alat yang digunakan manusia pada saat itu tebuat dari batu yang diasah sampai halus, seperti kapak persegi, kapak lonjong, dan mata panah. Peninggalan kapak persegi di Indonesia banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali, sedangkan kapak lonjong banyak ditemukan di Papua dan sekitarnya.Dalam bidang kepercayaan, manusia pada saat itu, menganut kepercayaan terhadap roh dari orang yang sudah meninggal.Kepercayaan terhadap roh-roh leluhur ini disebut Animisme. Selain kepercayan Animisme, berkembang pula kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda, inilah yang disebut dengan Dinamisme.

3.Masa Perundagian atau Masa Kemahiran Teknik

Kehidupan manusia purba pada masa perundagian ini, sudah memakai perkakas (alat-alat) yang berasal dari logam. Peninggalan-peninggalan pada masa itu kebanyakan berupa artifak logam,perunggu, dan besi.

Perkakas dari logam perunggu yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain:

a. Nekara

Nekara adalah benda yang bentuknya seperti tambur. Benda ini dianggap suci dan digunakan pada saat upacara yang berkaitan dengan kepercayaan pada masa tersebut. Selain nekara, ada benda yang dinamakan sejenis Moko, yaitu semacam nekara yang ukurannya lebih kecil.

b. Kapak Perunggu dan Arca Perunggu

Bentuk kapak perunggu menyerupai bentuk pahat, jantung atau tambilang. Jenis kapak ini banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau Selayar, dan dekat Danau Santani, di Papua.Sedangkan arca perunggu ditemukan Bejana perunggu yang banyak ditemukan di Sumatera dan Madura. 

B.Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia, Asia

Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koeningswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo. Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/ lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong. Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia, Antara lain :

1. Meganthropus

Seperti yang telah pada bagian A,Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar.

Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta – 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain.

2. Pithecanthropus/Homo Erectus

Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta – 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil.

Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis. Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah:

  1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 -1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.
  2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.
c. Homo Sapiens

Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:

  1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 – 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).
  2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi HomoSapiens Wajakensis.
Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 – 50.000 tahun yang lalu Untuk memudahkan Anda memahami lokasi penemuan jenis manusia purba di Indonesia.

C . Manusia Purba Asia

Jenis-jenis manusia tertua di dunia diperkirakan telah mulai ada sekitar 20.000 tahun yang lalu. Tetapi sisa-sisa peninggalan yang tertua baru ditemukan dari jaman SM yaitu kebudayaan Mesir Kuno, dari jaman 6.000 tahun yang lampau. Jenis manusia purba ini hidup pada jaman palaeolitikum.Pada jaman mesolitikum mauk ketanah air kita pndatang-pendatang baru yang brasal dari teluk Tonkin jenis bangsa Melanosoid (bangsa yang berkulit hitam). Mereka ini berkebudayaan mesolitikum yang sisa-sisa peninggalan kebudayaan ini terpusat di daerah Bacson-Hoabinh (Vietnam) sehingga disebut pula kebudayaan Bacson-Hoabinh.

Sisa-sisa hasil keturunan mereka masih kita dapati seperti orang Sakai di Siak, orang Semangdi pedalaman Malaya, orang Aeta dipedalamn Filiphina, orang-orang papua melanosoid di Irian dan pulau-pulau Melanesia. Orang-orang aborigin yang merupakan penduduk asli di benua Australia. Kemudian pada sekitar tahun 2.000 SM terjadi gelombang perpindahan rumpung angsa yang berbahasa Melayu Austronesia (Melayu Kepulauan Selatan), suatu ras Mongoloid yang berasal mula dari daerah Yunandi Cina Selatan, daerah-daerah semenanjung Malaya, Indonesia, Philipina, Formosa, Pulau-Pulau di lautan Teduh dan sampi pula ke Madagaskar. Mereka adalah pendukug dan penyebar kebudayaan neolith (kebudayaan batu muda) terutama jenis kebudayan kapak persegi dan kapak lonjong.

Sisa kebudayaan kapak persegi ini ditemukan disekitar Teluk Tonking, Malaya, Sumatera, dan Jawa. Sedangkan kapak lonjong banyak di dapatkan di Philipina, Minahasa, Halmahera, Irian dan daerah Kepulauan Maluku. Mereka inilah yang disebut orang-orang melayu tua yang sisa-sisa keturunannya banyak kita temukan didaerah-daerah pedalaman tanah air kita seperti suku Daya didaerah pedalaman Kalimantan, orang suku Toraja dipedalaman Sulawesi, orang suku Nias di Pulau-Pulau pantai Barat Sumatra, orang Kubu dipedalaman Sumatera Selatan, orang Sasak di pulau Lombok dsb.

Gelombang migrasi dari daerah Teluk Tongkin terjadi lagi pada sekitar tahun 500 SM yang disebut orang melayu muda. Mereka ini kemudian menetab didaerah-daerah pantai, dan merupakan pendukung penyebar jenis kebudayaan perunggu yang sisa-sisa peninggalannya banyak demukan didaerah-daerah Nusantara dari ujung Barat sampai ujung Timur.

Jenis kebudayaan perunggu di Indonesia ini tidak berdiri sendiri melainkan hanya merupakan bagian dari lingkungan daerah kebudayaan yang lebih luas meliputi seluruh Asia Tenggara dengan pusat asalnya didaerah Dongson disekitar Teluk Tonkin, daerah lembah sungai Mekong, oleh karena itu kebudayaan perunggu ini disebut pula kebudayaan Dongson. Jadi migrasi bangsa yang berbahasa Melayu Austronesia ketanah air kita erjadi antara tahun 2000 sampai 500 sebelum masehi.

A. Kesimpulan

Bahwa ilmu prasearah adalah ilmu yang mempelajari manusia-manusia dan peradabannya, sejak permulaan adanya manusia sampai saman sejarah (sudah mengenal tulisan). Masa prasejarah berbeda antara satu negara dengan negara lain. Indonesia meninggalkan zaman prasejarah dan memasuki zaman sejarah kira-kira pada abad kelima yaitu dengan ditemukannya peninggalan tertulis berupa prasasti. Perkembangan corak kehidupan masyarakat pada zaman prasejarah dibedakan menjadi tiga yaitu kehidupan berburu dan berpindah-pindah, kehidupan bermukim dan berladang, dan kehidupan bercocok tanam dan berladang. Pada masa kehidupan berburu dan berpindah-pindah, masih sangat tergantung dengan lingkungan alam. Mata pencahariannya berburu dan mengumpulkan makanan. Sehingga mereka berpindah-pindah dari beberapa tempat yang digunakan sebagai tempat tinggal sementara adalah dalam gua dan tepi pantai.

Bahwa manusia yang hidup pada zaman prasejarah disebut manusia purba. Adanya manusia purba kita ketahui dari peninggalan-peninggalannya yang berupa fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu baik itu manusia hewan maupun tumbuhan. Sedangkan artefak adalah peninggalan sejarah berupa benda-benda atau perkakas kehidupan manusia pada masa lampau. Fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia dan luar Indonesia. Fosil yang ditemuan di Indonesia yaitu jenis Pithecantropus, Meganthtropus, dan Homo Sapiens. Sedangkan fosil yang ditemukan luar Indonesia antara lain Sinanthropus Pakinensis, Homo Africanus, dan Homo Neaderthalensus.

Bahwa jenis manusia purba terdiri dari Pithecantropus Erectus (tinggi sekitar 160-180 cm) yang ditemukan pada tahun 1890 oleh Dr. Eugene Dubois di Trinil, Ngawi Jawa Timur, Megantropus ditemukan oleh Von Koenigswald antara tahun 1936-1941 di Sangiran, Jawa Tengah, dan Homo Sapiens (Homo Wajakensis, ditemukan oleh Eugene Dubois dan Van Ritschoten di desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur pada tahun 1889, dan Homo Soloensis, ditemukan oleh Ter Haar Oppenoorth di desa Ngandong, Lembah Sungai Begawan Solo, Jawa Tengah pada tahun 1934).

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Jakarta: Direktorak

Perlindungan dan Pembinaan, 1991.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: benteng Budaya, 1995.

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:

Gramedia, 1992.

Soekmono, R., Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, Yogyakarta: Kanisius,

1973.

Wahjudi Djaja, S.S dan Nur Siwi Ismawati, S.S, Sejarah Kurikulum Berbasis Kompetensi Kelas X, Klaten: Cempaka Putih, 2005.

Drs. Rusli Ishaq, Drs. Fahrozi, dan Drs. H. Moh. Kamil, M.Si, Modul IPS Sejarah Untuk Santri Pesantren Salafiyah Penyelenggara Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Tingkat Wustha (1), Jakarta: Departemen Agama RI, 2006.
HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html HTTPS://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html