Historiografi atau penulisan sejarah dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak seluruh kegiatan penelitian sejarah. Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan bagian terakhir. Langkah terakhir, tetapi langkah terberat, karena di bidang ini letak tuntutan terberat bagi sejarah untuk membuktikan legitimasi dirinya sebagai suatu bentuk disiplin ilmiah.
Historiografi tidak terlepas dari data -data yang mendukung guna penulisan sejarah. Historiografi merupakan usaha pendataan sumber- sumber yang telah tersedia terhadap kajian -kajian kritis yang ada. Metode -metode dan pendekatan- pendekatan yang di dapat atau telah terbukti di manfaatkan untuk mempelajari bahan -bahan dan terhadap masalah teoritis yang berkaitan dengan penulisan sejarah.
Seperti yang dijeaskan di awal, historiografi merupakan langkah terakhir yang ditempuh oleh peneliti sejarah dalam Metode Penelitian Sejarah (heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi). Secara umum, historiografi sebagai sebuah ilmu berbicara mengenai proses penulisan tentang suatu peristiwa di masa lampau (peristiwa sejarah). Sedangkan, pengertian umum dari historiografi umum sebagai satu disiplin ilmu sejarah, merupakan satu bagian integral dari historiografi dalam metode sejarah yang berbicara mengenai kerangka penulisan ilmiah (terkait dengan struktur fisik dan ide), teori penafsiran sejarah, serta perkembangan teori dan metodologi sejarah. Historiografi umum memiliki esensi tentang kesadaran manusia dalam memaknai kehidupannya ke dalam sebuah tulisan (dokumen). Menjelaskan suatu peristiwa sejarah sangat membutuhkan aspek pembabakan atau periodisasi.
HISTORIOGRAFI ISLAM
Berbicara mengenai historigrafi umum, tentuya ada macam dari historiografi itu sendiri, yaitu historiografi Islam. Historiografi Islam merupakan penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang islam baik kelompok maupun perorangan dari berbagai aliran dan di pada masa tertentu. Tujuan penulisannya adalah untuk menunjukkan perkembangan konsep sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah. Kebanyakan karya-karya Islam banyak ditulis dalam bahasa Arab, dan banyak pula yang berbahasa lain seperti Persia dan Turki.
PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI ISLAM
Kaum muslimin adalah pembawa Islam mencapai kemajuan dalam penulisan sejarahnya. Mereka menempatkan sejarah sebagai sebuah ilmu yang bermanfaat, dan sejarawannya telah menuliskan banyak buku. Pertama-tama, karya sejarah yang paling banyak dikarang adalah dengan tujuan mengambil manfaat dan teladan, karena mereka mendapatkan hal yang sama dalam al-Quran tentang kisah-kisah umat-umat yang telah lalu. Oleh karena itu, karya-karya sejarah pertama berisi berita penciptaan bumi, turunnya Nabi Adam dan kisah para nabi, dan riwayat hidup Nabi Muhammad. Historiografi Islam lebih mudah dipelajari dan dipahami dalam kerangka umum peradaban Islam. Karena Islam sebagai suatu agama dunia telah menunjukkan suatu perkembangan yang mengagumkan di dalam sejarah dunia. Lebih jauh lagi Islam sebagai agama telah memancarkan pula suatu peradaban. Di dalam perkembangan peradaban Islam, tradisi-tradisi kebudayaan asing diserap, dimodifikasi, kemudian yang tidak sesuai dihilangkan. Peradaban Islam juga menyajikan suatu sistem yang lengkap mengenai pemikiran dan tingkah laku yang berkembang sebagai suatu dorongan utama yang meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan dengan manusia sendiri. Al-Qur’an dan ilmu hadits juga mendukung berkembangnya penulisan sejarah dalam umat Islam. Peristiwa sejarah masa lalu dalam seluruh manifestasinya, amat penting bagi perkembangan peradaban Islam. Apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad semasa hidupnya merupakan kebenaran sejarah yang harus menjadi suri teladan bagi umat Islam selanjutnya. Kesadaran sejarah yang besar ini, menjadi pendorong untuk penelitian dan penulisan sejarah (Sirah).
Jika dilihat dari tahap perkembangannya, pada awalnya semua informasi disimpan dalam ingatan, peristiwa sejarah itu diingat dan diceritakan berulang-ulang secara lisan. Kemudian metode penyampaian lisan ini (oral transmission) dilengkapi dengan catatan tertulis yang tidak dipublikasikan, yaitu semacam pelapor catatan. Pada saat itu tradisi ini disebut dengan al-ayyam (arti semantiknya adalah hari-hari penting) dan al-ansab (artinya silsilah).
Penulisan sejarah Islam pertama kali masih bersifat Arab murni, tidak ada peran Persia atau Yunani, dan penulis sejarahnya pada generasi pertama adalah orang-orang Arab. Akan tetapi, dalam perkembangannya kemudian mendapat pengaruh dari Ahli Kitab dan Persia. Generasi pertama penulis sejarah, dalam menulis mencantumkan isnad (rangkaian pemberi khabar). Biografi ini dengan cepat berkembang. Al-Zuhri adalah orang pertama yang mengembangkannya. Dia berusaha mengaitkan satu hadits dengan yang lain.
BENTUK DAN ISI KARYA SEJARAH ISLAM
Perlu diketahui bahwa historiografi Arab pra-Islam dimulai dari bentuk sejarah lisan. Sejarah lisan itu tertuang dalam bentuk al-Ayyam dan al-Ansab. Kabilah-kabilah Arab meriwayatkan al-Ayyam terdiri atas perang-perang dan kemenangan (Al Maghazi), untuk tujuan membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah yang lain, baik dalam bentuk syair maupun prosa yang diselang-selingi syair. Sementara al-Ansab adalah jamak dari nasab yang berarti silsilah (genealogy).
Perhatian sejarah pra-Islam hanya terarah pada tradisi lisan itu. Gaya penyampaiannya dilakukan secara berantai, oleh Danar Widiyanta membaginya menjadi bentuk khabar, kronik, biografi, dan sejarah umum, sebagai berikut.
1. Khabar
Bentuk historiografi yang paling tua yang langsung berhubungan dengan cerita perang dengan uraian yang baik dan sempurna ditulis dalam beberapa halaman saja, dinamakan khabar. Dalam konteks karya sejarah yang lebih luas, khabar sering dipergunakan sebagai “laporan”, “kejadian” atau “cerita”. Seperti karya Ali ibn Muhammad al-Madaini (wafat tahun 831). Diantara sejumlah karyanya muncul monograf tentang pertempuran-pertempuran perorangan dan penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh orang Islam.
2. Kronik
Penyusunan sejarah berdasarkan urutan penguasa dan tahun-tahun kejadian. Kronik ini bisa ditambah dengan hal-hal baru dalam bentuk suplemen yang lazim disebut “dyal” atau ekor. Seperti karya Khalifah ibn. Khayyat, dalam bahasa Arab, ditulis sampai tahun 847, kira-kira delapan tahun sebelum penulisnya meninggal. Ia memulai uraiannya mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sejarah Muhammad pada permulaan hayatnya.
3. Biografi
Biografi disusun dalam kelompok yang lazim disebut “tabaqah” . Karya ini mencakup sejarah hidup orang-orang besar, tokoh-tokoh terkemuka serta orang-orang penting yang telah meninggal dalam waktu yang kira-kira sama. Seperti biografi Nabi Muhammad SAW yang banyak tertuang dalam buku-buku sejarah islam.
4. Sejarah Umum
Abad ke-9, kita hanya tahu dari judul-judul bukunya, menulis banyak sekali mengenai arti politik dan peristiwa-peristiwa khusus. Pada akhir abad ke-9, sejarah politik dikaitkan dengan sejarah pemikiran, dan mulai membicarakan berbagai gejala penting dari peradaban-peradaban yang pernah dikenal. Seperti karya sejarah dari al-Yaqubi, berjudul Tarikh al-Yaqubi yang disebarkan oleh Goutsma di Leiden tahun 1883 terdiri atas dua jilid
Dalam perkembangan selanjutnya, historiografi Islam diwarnai oleh aliran Yaman, Madinah dan aliran Irak. Aliran-aliran ini kemudian melebur menjadi satu. Peleburan ini dinamakan “pertemuan tiga aliran”, yang ditempatkan setelah pasal-pasal yang berisi pembahasan tiga aliran itu. Tiga aliran itu adalah sebagai berikut:
1. Aliran Yaman
Disebut juga Arab Selatan. Riwayat-riwayat tentang Yaman dimasa silam kebanyakan dalam bentuk hikayat (al-qashash, cerita), sebagaimana al-Ayyam di kalangan Arab Utara. Isinya adalah cerita-cerita khayal dan dongeng-dongeng kesukuan. Aliran ini merupakan kelanjutan dari corak sejarah sebelum Islam. Penulisnya dapat dijuluki tukang hikayat (narator) dan kitab-kitabnya dapat dikatakan riwayat-riwayat sejarah (novel sejarah). Oleh karena itu, para sejarawan tidak menilai hikayat-hikayat itu sebagai memiliki nilai historis.Tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut: Ka’b al-Ahbar, Wahb ibn Munabbih dan Abid Ibn Syariyyah al-Jurhumi
2. Aliran Madinah
Aliran ini muncul di Madinah, yaitu aliran sejarah ilmiah yang mendalam, yang banyak memperhatikan al-Maghazi (perang-perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW) dan biografi nabi (al-Sirah al-Nabawiyah), dan berjalan di atas pola ilmu hadits, yaitu sangat memperhatikan sanad.
Sejalan dengan riwayat perkembangannya, para sejarawan dalam aliran ini terdiri dari para ahli hadits dan hukum Islam (fiqh). Mereka adalah Abdullah ibn al-Abbas, Said ib al-Musayyab, Aban ibn Utsman ibn Affan, Syurahbil ibn Sa’ad, Urwah ibn Zubayr ibn al-Awwam, Ashim ibn Umar ibn Qatadah al-Zhafari, Muhammad ibn Muslim ibn Ubaidillah ibn Syihab al-Zuhri, dan Musa ibn Uqbah.
3. Aliran Irak
Aliran Irak merupakan aliran yang terakhir dengan bidang cakupan lebih luas dari dua aliran sebelumnya. Langkah pertama yang sangat menentukan perkembangan penulisan sejarah di Irak yang dilakukan oleh bangsa Arab adalah pembukuan tradisi lisan. Hal itu dilakukan pertama kali oleh Ubaidullah ibn Abi Rafi, sekretaris Ali ibn Abi Thalib ketika menjalankan kekhalifahannya di Kufah.
Disamping itu, Ubaidullah telah menulis buku berjudul Qadhaya Amir al-Mu’minin ‘Alayh al-Salam dan Tasmiyah man Syahad Ma’a Amir al-Mu’minin fi Hurub al-Jamal wa Shiffin wa al-Nahrawan min al-Shahahab Radhia allah Anhum. Oleh karena itu, ia dipandang sebagai sejarawan pertama dalam aliran Irak ini. Pada penulisan sejarah ini, ia diikuti oleh Ziyad ibn Abih yang menulis buku dengan judul Matsalib Al-Arab.
Cakupan bidang yang luas dalam aliran ini dikatakan sebagai kebangkitan yang sebenarnya, tentang penulisan sejarah sebagai ilmu. Pada masa ini, pengaruh dari hadits telah ditinggalkan dan bersamaan dengan itu, terlihat adanya upaya meninggalkan pengaruh pra-Islam yang mengandung banyak ketidak-benaran, seperti dongeng-dongeng dan cerita khayal. Aliran ini melahirkan sejarawan-sejarawan besar dimasa kemudian, dan diikuti oleh hampir seluruh sejarawan yang datang kemudian.
Para sejarawan dari aliran Irak jumlahnya sangat banyak, yang terkenal adalah Abu Amr ibn al-Ala, Hammad al-Rawiyah, Abu Mikhnaf, Awanah ib al-Hakam, Syayf ibn Umar al-Asadi al0Tamimi, Nashr ibn Muzahim, al-Haitsam ibn Udi, al-Mad’ini, Abu Ubaydah Ma’mar ibn Al-Mutsni al-Taymi, al-Ashma’I, Abu al-Yaqzhan al Nassabah, Muhammad ibn al-Sa’ib al-Kalibi, dan Haisyim ibn Muhammad al-Sa’ib al-Kalibi. Yang terpenting diantara mereka adalah Awanah ibn Al-Hakam, Sayf ibn Umar al-Asadi al-Tamimi, dan Abu Mikhnaf.
0 komentar:
Post a Comment